Wednesday, December 5, 2007

lanjutan BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern

Sejarah Penyusunan Al-Qur'an

II. KEASLIAN QUR-AN

SEJARAH PENYUSUNANNYA

Keaslian yang tak dapat disangsikan lagi telah memberi
kepada Qur-an suatu kedudukan istimewa di antara kitab-kitab
Suci, kedudukan itu khusus bagi Qur-an, dan tidak dibarengi
oleh Perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Dalam dua bagian
pertama daripada buku ini kita telah menjelaskan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam Perjanjian Lama dan
empat Injil, sebelum Bibel dapat kita baca dalam keadaannya
sekarang. Qur-an tidak begitu halnya, oleh karena Qur-an
telah ditetapkan pada zaman Nabi Muhammad, dan kita akan
lihat bagaimana caranya Qur-an itu ditetapkan

Perbedaan-perbedaan yang memisahkan wahyu terakhir daripada
kedua wahyu sebelumnya, pada pokoknya tidak terletak dalam
"waktu turunnya" seperti yang sering ditekankan oleh
beberapa pengarang yang tidak memperhatikan hal-hal yang
terjadi sebelum kitab suci Yahudi Kristen dibukukan, dan
hal-hal yang terjadi sebelum pembukuan Qur-an, mereka juga
tidak memperhatikan bagaimana Qur-an itu diwahyukan kepada
Nabi Muhammad.

Orang mengatakan bahwa teks yang ada pada abad VII Masehi
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk dapat sampai
kepada kita tanpa perubahan daripada teks yang jauh lebih
tua daripada Qur-an dengan perbedaan 15 abad. Kata-kata
tersebut adalah tepat, akan tetapi tidak memberi keterangan
yang cukup. Tetapi di samping itu, keterangan tersebut
diberikan untuk memberi alasan kepada perubahan-perubahan
teks kitab suci Yahudi Kristen yang terjadi selama
berabad-abad, dan bukan untuk menekankan bahwa teks Qur-an
itu karena lebih baru daripada teks kitab suci Yahudi
Kristen, lebih sedikit mengandung kemungkinan untuk dirubah
oleh manusia.

Bagi Perjanjian Lama, yang menjadi sebab kekeliruan dan
kontradiksi yang terdapat di dalamnya adalah: banyaknya
pengarang sesuatu riwayat, dan seringnya teks-teks tersebut
ditinjau kembali dalam periode-periode sebelum lahirnya Nabi
Isa; mengenai empat Injil yang tidak ada orang dapat
mengatakan bahwa kitab-kitab itu mengandung kata-kata Yesus
secara setia dan jujur atau mengandung riwayat tentang
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan realitas yang
sungguh-sungguh terjadi, kita sudah melihat bahwa
redaksi-redaksi yang bertubi-tubi menyebabkan bahwa
teks-teks tersebut kehilangan autentisitas. Selain daripada
itu para penulis Injil tidak merupakan saksi mata terhadap
kehidupan Yesus.

Selain daripada itu kita harus membedakan antara Qur-an,
Wahyu tertulis, daripada Hadits jami' kumpulan riwayat,
tentang perbuatan dan kata-kata Nabi Muhammad. Beberapa
sahabat Nabi telah mulai mengumpulkannya segera setelah Nabi
Muhammad wafat.5 Dalam hal ini, dapat saja terjadi
kesalahan-kesalahan yang bersifat kemanusiaan karena para
penghimpun Hadits adalah manusia-manusia biasa; akan tetapi
kumpulan-kumpulan mereka itu kemudian disoroti dengan tajam
oleh kritik yang sangat serius, sehingga dalam prakteknya,
orang lebih percaya kepada dokumen yang dikumpulkan orang,
lama setelah Nabi Muhammad wafat.

Sebagaimana halnya dengan teks-teks Injil, Hadits mempunyai
autentisitas yang berlainan, dari satu pengumpul kepada
pengumpul yang lain. Sebagaimana hal Injil, tak ada sesuatu
Injil yang ditulis pada waktu Yesus masih hidup (karena
semuanya ditulis lama sesudah Nabi Isa meninggal) maka
kumpulan Hadits juga dibukukan setelah (Nabi Muhammad
meninggal).

Bagi Qur-an, keadaannya berlainan. Teks Qur-an atau Wahyu
itu dihafalkan oleh Nabi dan para sahabatnya, langsung
setelah wahyu diterima, dan ditulis oleh beberapa
sahabat-sahabatnya yang ditentukannya. Jadi, dari permulaan,
Qur-an mempunyai dua unsur autentisitas tersebut, yang tidak
dimiliki Injil. Hal ini berlangsung sampai wafatnya Nabi
Muhammad. Penghafalan Qur-an pada zaman manusia sedikit
sekali yang dapat menulis, memberikan kelebihan jaminan yang
sangat besar pada waktu pembukuan Qur-an secara definitif,
dan disertai beberapa regu untuk mengawasi pembukuan
tersebut.

Wahyu Qur-an telah disampaikan kepada Nabi Muhammad oleh
malaikat Jibril, sedikit demi sedikit selama lebih dari 20
tahun. Wahyu yang pertama adalah yang sekarang merupakan
ayat-ayat pertama daripada surat nomor 96. Kemudian Wahyu
itu berhenti selama 3 tahun, dan mulai lagi berdatangan
selama 20 tahun sampai wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632
M.; dapat dikatakan bahwa turunnya Wahyu berlangsung 10
tahun sebelum Hijrah (622) dan 10 tahun lagi sesudah Hijrah.

Wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad adalah sebagai
berikut (Surat 96 ayat 1-5):6

"Bacalah dengan {menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya."

Professor Hamidullah mengatakan dalam Pengantar yang dimuat
dalam terjemahan Qur-an bahwa isi dari wahyu pertama adalah
"penghargaan terhadap kalam sebagai alat untuk pengetahuan
manusia" dan dengan begitu maka menjadi jelas bagi kita
"perhatian Nabi Muhammad untuk menjaga kelangsungan Qur-an
dengan tulisan."

Beberapa teks menunjukkan secara formal bahwa lama sebelum
Nabi Muhammad meninggalkan Mekah untuk hijrah ke Madinah,
ayat-ayat Quran yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad
sudah dituliskan. Kita nanti akan mengetahui bahwa Qur-an
membuktikan hal tersebut.

Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya
biasa menghafal teks-teks yang telah diwahyukan. Adalah
tidak masuk akal jika Qur-an menyebutkan hal-hal yang tidak
sesuai dengan realitas, karena hal-hal itu mudah dikontrol
disekeliling Muhammad yakni oleh sahabat-sahabat yang
mencatat Wahyu tersebut.

Empat Surat Makiyah (diturunkan sebelum Hijrah) memberi
gambaran tentang redaksi Qur-an sebelum Nabi Muhammad
meninggalkan Mekah pada tahun 622 M.

Surat 80 ayat 11-1 6:

"Sekali-kali jangan (demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran
Tuhan itu adalah peringatan, maka barang siapa yang
menghendaki, tentulah ia memperhatikan. Di dalam kõtab-kitab
yang dimuliakan, yang ditinggikan, lagi disucikan. Di tangan
para penulis, yang mulia lagi berbakti."

Yusuf Ali, dalam Terjemah Qur-an yang ditulisnya pada tahun
1936 mengatakan bahwa pada waktu Surat tersebut diwahyukan
sudah ada 42 atau 45 Surat yang beredar di antara kaum
muslimin di Mekah (Jumlah Surat-surat dalam Qur-an adalah
114 Surat).

"Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al Qur-an yang
mulia yang tersimpan dalam Lauhul Mahfudz."

"Sesungguhnya Al Qur-an ini adalah bacaan yang sangat mulia
(yang terdapat) pada kitab yang terpelihara (Lauhul
Makfudz). Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam."

"Dan mereka berkata (lagi). Dongengan-dongengan orang-orang
dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah
dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang."

Ayat tersebut menyinggung dakwaan para lawan Nabi Muhammad
yang menuduh bahwa Muhammad adalah Nabi palsu, mereka
menggambarkan bahwa ada orang yang mendiktekan sejarah kuno
kepada Nabi Muhammad dan Muhammad menyuruh
sahabat-sahabatnya untuk menulisnya.

Ayat tersebut menyebutkan: "Pencatatan dengan tulisan" yang
didakwakan kepada Muhammad oleh lawan-lawannya.
Suatu Surat yang diturunkan sesudah Hijrah, menyebutkan
tentang lembaran-lembaran yang di dalamnya tertulis
perintah-perintah suci.

Surat 98 ayat 2 dan 3:

"Seorang Rasul dari Allah (yaitu Nabi Mahammad) yang
membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur-an). Di
dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus."

Dengan begitu maka Qur-an sendiri memberitahukan bahwa
penulisan Quran telah dilakukan semenjak Nabi Muhammad masih
hidup. Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad mempunyai juru
tulis-juru tulis banyak, di antaranya yang termashur adalah
Zaid bin Tsabit.

Dalam pengantar dalam Terjemahan Qur-annya (197) Prof.
Hamidullah melukiskan kondisi waktu teks Qur-an ditulis
sampai Nabi Muhammad wafat.

Sumber-sumber sepakat untuk mengatakan bahwa tiap kali suatu
fragmen daripada Qur-an diwahyukan, Nabi memanggil seorang
daripada para sahabat-sahabatnya yang terpelajar dan
mendiktekan kepadanya, serta menunjukkan secara pasti tempat
fragmen baru tersebut dalam keseluruhan Qur-an.
Riwayat-riwayat menjelaskan bahwa setelah mendiktekan ayat
tersebut, Muhammad minta kepada juru tulisnya untuk membaca
apa yang sudah ditulisnya, yaitu untuk mengadakan pembetulan
jika terjadi kesalahan. Suatu riwayat yang masyhur
mengatakan bahwa tiap tahun pada bulan Ramadlan, Nabi
Muhammad membaca ayat-ayat Qur-an yang sudah diterimanya di
hadapan Jibril. Pada bulan Ramadlan yang terakhir sebelum
Nabi Muhammad meninggal, malaikat Jibril mendengarkannya
membaca (mengulangi hafalan) Qur-an dua kali. Kita
mengetahui bahwa semenjak zaman Nabi Muhammad, kaum
muslimin membiasakan diri untuk berjaga pada bulan Ramadlan
dan melakukan ibadat-ibadat tambahan dengan membaca seluruh
Qur-an. Beberapa sumber menambahkan bahwa pada pembacaan
Qur-an yang terakhir di hadapan Jibril, juru tulis Nabi
Muhammad yang bernama Zaid hadir. Sumber-sumber lain
mengatakan bahwa di samping Zaid juga ada beberapa orang
lain yang hadir.

Untuk pencatatan pertama, orang memakai bermacam-macarn
bahan seperti kulit, kayu, tulang unta, batu empuk untuk
ditatah dan lain-lainnya.

Tetapi pada waktu yang sama Muhammad menganjurkan supaya
kaum muslimin menghafalkan Qur-an, yaitu bagian-bagian yang
dibaca dalam sembahyang. Dengan begitu maka muncullah
sekelompok orang yang dinamakan hafidzun (penghafal Qur-an)
yang hafal seluruh Qur-an dan mengajarkannya kepada
orang-orang lain. Metoda ganda untuk memelihara teks Qur-an
yakni dengan mencatat dan menghafal ternyata sangat
berharga.

Tidak lama setelah Nabi Muhammad wafat (tahun 632 M.),
penggantinya (sebagai Kepala Negara), yaitu Abu Bakar,
Khalifah yang pertama, minta kepada juru tulis Nabi, Zaid
bin Tsabit untuk menulis sebuah Naskah; hal ini ia
laksanakan.

Atas initiatif Umar (yang kemudian menjadi Khalifah kedua),
Zaid memeriksa dokumentasi yang ia dapat mengumpulkannya di
Madinah; kesaksian daripada penghafal Qur-an, copy Qur-an
yang dibikin atas bermacam-macam bahan dan yang dimiliki
oleh pribadi-pribadi, semua itu untuk menghindari kesalahan
transkripsi (penyalinan tulisan) sedapat mungkin. Dengan
cara ini, berhasillah tertulis suatu naskah Qur-an yang
sangat dapat dipercayai.

Sumber-sumber mengatakan bahwa kemudian Umar bin Khathab
yang menggantikan Abu Bakar pada tahun 634 M, menyuruh bikin
satu naskah (mushaf) yang ia simpan, dan ia pesankan bahwa
setelah ia mati, naskah tersebut diberikan kepada anaknya
perempuan, Hafsah janda Nabi Muhammad

Khalifah ketiga, Uthman bin Affan yang menjabat dari tahun
644 sampai 655, membentuk suatu panitya yang terdiri
daripada para ahli dan memerintahkan untuk melakukan
pembukuan besar yang kemudian membawa nama Khalifah
tersebut. Panitya tersebut memeriksa dokumen yang dibuat
oleh Abubakar dan yang dibuat oleh Umar dan kemudian
disimpan oleh Hafsah, panitya berkonsultasi dengan
orang-orang yang hafal Qur-an. Kritik tentang autentisitas
teks dilakukan secara ketat sekali. Persetujuan saksi-saksi
diperlukan untuk menetapkan suatu ayat kecil yang mungkin
mempunyai arti lebih dari satu; kita mengetahui bahwa
beberapa ayat Qur-an dapat menerangkan ayat-ayat yang lain
dalam soal ibadat. Hal ini adalah wajar jika kita mengingat
bahwa kerasulan Muhammad adalah sepanjang dua puluh tahun.7

Dengan cara tersebut di atas, diperolehlah suatu teks di
mana urutan Surat-surat mencerminkan urutan yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad ketika membaca Qur-a:n di bulan Ramadlan
di muka malaikat Jibril seperti yang telah diterangkan di
atas.

Kita dapat bertanya-tanya tentang motif yang mendorong 3
Khalifah pertama, khususnya Uthman untuk mengadakan koleksi
dan pembukuan teks. Motif tersebut adalah sederhana;
tersiarnya Islam adalah sangat cepat pada beberapa dasawarsa
yang pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad. Tersiarnya
Islam tersebut terjadi di daerah-daerah yang penduduknya
tidak berbahasa Arab. Oleh karena itu perlu adanya
tindakan-tindakan pengamanan untuk memelihara tersiarnya
teks Qur-an dalam kemurnian aslinya. Pembukuan Uthman adalah
untuk memenuhi hasrat ini.

Uthman mengirimkan naskah-naskah teks pembukuannya ke
pusat-pusat Emperium Islam, dan oleh karena itu maka menurut
Professor Hamidullah , pada waktu ini terdapat naskah Qur-an
(mushaf) Uthman di Tasykent8 dan Istambul. Jika kita sadar
akan kesalahan penyalinan tulisan yang mungkin terjadi,
manuskrip yang paling kuno yang kita miliki dan yang
ditemukan di negara-negara Islam adalah identik. Begitu juga
naskah-naskah yang ada di Eropa. (Di Bibliotheque National
di Paris terdapat fragmen-fragmen yang menurut para ahli,
berasal dan abad VIII dan IX Masehi, artinya berasal dari
abad II dan III Hijrah). Teks-teks kuno yang sudah ditemukan
semuanya sama, dengan catatan ada perbedaan-perbedaan yang
sangat kecil yang tidak merubah arti teks, jika konteks
ayat-ayat memungkinkan cara membaca yang lebih dari satu
karena tulisan kuno lebih sederhana daripada tulisan
sekarang.

Surat-surat Qur-an yang berjumlah 114, diklasifikasi menurut
panjang pendeknya, dengan beberapa kekecualian. Oleh karena
itu urutan waktu (kronologi) wahyu tidak dipersoalkan;
tetapi orang dapat mengerti hal tersebut dalam kebanyakan
persoalan. Banyak riwayat-riwayat yang disebutkan dalam
beberapa tempat dalam teks, dan hal ini memberi kesan
seakan-akan ada ulangan. Sering sekali suatu paragraf
menambahkan perincian kepada suatu riwayat yang dimuat di
lain tempat secara kurang terperinci. Dan semua yang mungkin
ada hubungannya dengan Sains modern, seperti kebanyakan
hal-hal yang dibicarakan oleh Qur-an, dibagi-bagi dalam
Qur-an dengan tidak ada suatu tanda adanya klasifikasi.

Penciptaan Langit dan Bumi

III. PENCIPTAAN LANGIT-LANGIT DAN BUMI

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DENGAN RIWAYAT DALAM BIBEL

Berbeda dengan Perjanjian Lama, Qur-an tidak menyajikan
suatu riwayat yang menyeluruh tentang penciptaan. Sebagai
ganti suatu riwayat yang sambung menyambung, kita dapatkan
di beberapa tempat dalam Qur-an ayat-ayat yang menunjukkan
aspek-aspek tertentu daripada penciptaan dan memberi sedikit
banyak perincian mengenai kejadian-kejadian yang
menunjukkannya secara berturut-turut. Untuk mempunyai
gambaran yang jelas tentang bagaimana kejadian-kejadian itu
disajikan, kita harus mengumpulkan bagian-bagian yang
terpisah-pisah dalam beberapa surat.

Menyebutkan sesuatu kejadian dalam beberapa tempat dalam
Qur-an tidak hanya khusus mengenai penciptaan. Banyak
soal-soal penting juga dilakukan semacam itu, baik mengenai
kejadian-kejadian di bumi atau di langit atau mengenai
soal-soal tentang manusia yang sangat penting bagi ahli
Sains. Bagi tiap-tiap kejadian tersebut, telah diadakan
suatu pengumpulan ayat-ayat.

Bagi banyak pengarang Eropa, riwayat Qur-an tentang
penciptaan sangat mirip dengan riwayat Bibel, dan mereka
senang untuk menunjukkan dua riwayat tersebut secara
paralel. Saya merasa bahwa ide semacam itu salah, karena
terdapat perbedaan-perbedaan yang nyata antara dua riwayat.
Dalam soal-soal yang penting dari segi ilmiah, kita dapatkan
dalam Qur-an keterangan-keterangan yang tak dapat kita
jumpai dalam Bibel. Dan Bibel memuat
perkembangan-perkembangan yang tak ada bandingannya dalam
Qur-an.

Persamaan yang semu antara dua teks sangat terkenal; di
antaranya angka-angka yang berurut tentang penciptaan, pada
permulaannya nampak identik; enam hari dalam Qur-an sama
dengan enam hari dalam Bibel. Tetapi pada hakekatnya,
persoalannya adalah lebih kompleks dan perlu diselidiki.

ENAM PERIODE DARIPADA PENCIPTAAN

Riwayat Bibel9 menyebutkan secara tegas bahwa penciptaan
alam itu terjadi selama enam hari dan diakhiri dengan hari
istirahat, yaitu hari Sabtu, seperti hari-hari dalam satu
minggu. Kita telah mengetahui bahwa cara meriwayatkan
seperti ini telah dilakukan oleh para pendeta pada abad
keenam sebelum Masehi, dan dimaksudkan untuk menganjurkan
mempraktekkan istirahat hari Sabtu; tiap orang Yahudi harus
istirahat pada hari Sabtu sebagaimana yang dilakukan oleh
Tuhan setelah bekerja selama enam hari.

Jika kita mengikuti faham Bibel, kata "hari" berarti masa
antara dua terbitnya matahari berturut-turut atau dua
terbenamnya matahan berturut-turut. Hari yang difahami
secara ini ada hubungannya dengan peredaran Bumi sekitar
dirinya sendiri. Sudah terang bahwa menurut logika orang
tidak dapat memakai kata "hari" dalam arti tersebut di atas
pada waktu mekanisme yang menyebabkan munculnya hari, yakni
adanya Bumi serta beredarnya sekitar matahari, belum
terciptakan pada tahap-tahap pertama daripada Penciptaan
menurut riwayat Bibel; ketidak mungkinan hal ini telah kita
bicarakan dalam bagian pertama daripada buku ini.

Jika kita menyelidiki kebanyakan terjemahan Qur-an, kita
dapatkan, seperti yang dikatakan oleh Bibel, bahwa bagi
wahyu Islam, proses penciptaan berlangsung dalam waktu enam
hari. Kita tidak dapat menyalahkan penterjemah-penterjemah
Qur-an karena mereka memberi arti "hari" dengan arti yang
sangat lumrah.

Kita dapatkan terjemahan Surat 7 (A'raf) ayat 54:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari."

Sedikit jumlah terjemahan atau tafsir Qur-an yang
mengingatkan bahwa kata "hari" harus difahami sebagai
"periode."

Ada orang yang mengatakan leahwa teks Qur-an tentang
penciptaan alam membagi tahap-tahap penciptaan itu dalam
"hari-hari" dengan sengaja dengan maksud agar semua orang
menerima hal-hal yang dipercayai oleh orang-orang Yahudi dan
orang-orang Kristen pada permulaan lahirnya Islam dan agar
soal penciptaan tersebut tidak bentrok dengan keyakinan yang
sangat tersiar luas.

Dengan tidak menolak cara interpretasi seperti tersebut,
apakah kita tidak dapat menyelidiki lebih dekat dan meneliti
arti yang mungkin diberikan oleh Qur-an sendiri dan oleh
bahasa-bahasa pada waktu tersiarnya Qur-an, yaitu kata yaum
(jamaknya ayyam).

Arti yang paling terpakai daripada "yaum" adalah "hari,"
tetapi kita harus bersikap lebih teliti. Yang dimaksudkan
adalah terangnya waktu siang dan bukan waktu antara
terbenamnya matahari sampai terbenamnya lagi. Kata jamak
"ayyam" dapat berarti beberapa hari akan tetapi juga dapat
berarti waktu yang tak terbatas, tetapi lama. Arti kata
"ayyam" sebagai periode juga tersebut di tempat lain dalam
Qur-an, surat 32 (Sajdah) ayat 5:

"Dalam suatu hari yang panjangnya seribu tahun dari
perhitungan kamu."

Dalam ayat lain, surat 70 (Al-Ma'arij) ayat 4, kita dapatkan:

"Dalam suatu hari yang panjangnya lima puluh ribu
tahun."

Bahwa kata "'yaum" dapat berarti "periode" yang sangat
berbeda dengan "hari" telah menarik perhatian ahli-ahli
tafsir kuno yang tentu saja tidak mempunyai pengetahuan
tentang tahap-tahap terjadinya alam seperti yang kita miliki
sekarang.

Maka Abussu'ud, ahli tafsir abad XVI M. tidak dapat
menggambarkan hari yang ditetapkan oleh astronomi dalam
hubungannya dengan berputarnya bumi dan mengatakan bahwa
untuk penciptaan alam diperlukan suatu pembagian waktu,
bukan dalam "hari" yang biasa kita fahami, akan tetapi dalam
"peristiwa-peristiwa" atau dalam bahasa Arabnya "naubat."

Ahli-ahli Tafsir modern mempergunakan lagi interpretasi
tersebut. Yusuf Ali (1934) dalam tafsirnya (bahasa Inggris),
selalu mengartikan "hari" dalam ayat-ayat tentang
tahap-tahap penciptaan alam, sebagai periode yang panjang,
atau "age."

Kita dapat mengakui bahwa untuk tahap-tahap penciptaan alam,
Qur-an menunjukkan jarak waktu yang sangat panjang yang
jumlahnya enam. Sains modern tidak memungkinkan manusia
untuk mengatakan bahwa proses kompleks yang berakhir dengan
terciptanya alam dapat dihitung "enam." Tetapi Sains modern
sudah menunjukkan secara formal bahwa persoalannya adalah
beberapa periode yang sangat panjang, sehingga arti "hari"
sebagai yang kita fahami sangat tidak sesuai.

Suatu paragraf yang sangat panjang dan membicarakan
penciptaan alam merangkaikan riwayat tentang
kejadian-kejadian di bumi dengan kejadian-kejadian di
langit; yaitu surat 41 (Fussilat) ayat 9 sampai 12 sebagai
berikut:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Katakanlah Hai Muhammad, sesungguhnya patutkah
kamu tidak percaya kepada zat yang menciptakan
bumi dalam dua periode, dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagiNya. Ia adalah Tuhan semesta
alam. Dan Ia menciptakan di bumi itu gunung-gunung
yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)-nya dalam empat masa yang sama (cukup)
sesuai bagi segala yang memerlukannya.

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, dan dia
(langit itu masih merupakan) asap lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi 'Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu
dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab:
'Kamidatang-dengan suka hati.'

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan
Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah
ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui."

Empat ayat dari Surat 41 tersebut menunjukkan beberapa
aspek; bentuk gas yakni bentuk pertama daripada bahan samawi
serta pembatasan secara simbolis bilangan langit sampai
tujuh. Kita akan melihat nanti apa arti angka tersebut.
Percakapan antara Tuhan di satu pihak dan langit dan bumi di
pihak lain adalah simbolis; maksudnya adalah untuk
menunjukkan bahwa setelah diciptakan Tuhan, langit-langit
dan bumi menyerah kepada perintah-perintah Tuhan.

Ada orang-orang yang mengatakan bahwa paragraf tersebut
bertentangan dengan ayat yang mengatakan bahwa penciptaan
itu melalui enam periode. Dengan menjumlahkan dua periode
yang merupakan penciptaan bumi dan empat periode untuk
pembagian makanan bagi penduduknya dan dua periode untuk
penciptaan langit, kita akan mendapatkan delapan periode,
dan hal ini merupakan kontradiksi dengan enam periode
tersebut di atas.

Sesungguhnya teks yang dimaksudkan untuk mengajak orang
berfikir tentang kekuasaan Tuhan dengan memulai memikirkan
bumi sehingga nanti dapat memikirkan langit, teks tersebut
merupakan dua bagian yang dipisahkan dengan kata: "tsumma"
yang berarti: di samping itu (selain daripada itu). Tetapi
kata tersebut juga berarti: kemudian daripada itu. Maka kata
tersebut dapat mengandung arti urut-urutan. Yakni urutan
kejadian atau urutan dalam pemikiran manusia tentang
kejadian yang dihadapi. Tetapi juga mungkin hanya berarti
menyebutkan beberapa kejadian-kejadian tetapi tidak
memerlukan arti: urut-urutan. Bagaimanapun juga, periode
penciptaan langit dapat terjadi bersama dengan dua periode
penciptaan bumi. Sebentar lagi kita akan membicarakan
bagaimana Qur-an menyebutkan proses elementer penciptaan
alam dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi pada waktu
yang sama untuk langit dan bumi sesuai dengan konsep modern.
Dengan begitu kita akan mengerti benar kebolehan
menggambarkan simultanitas kejadian-kejadian yang disebutkan
dalam fasal ini.

Jadi tak ada pertentangan antara paragraf yang kita
bicarakan dengan konsep yang terdapat dalam teks-teks yang
lain yang ada dalam Qur-an, yakni teks yang mengatakan bahwa
penciptaan alam itu terjadi dalam enam periode.

QUR-AN TIDAK MENUNJUKKAN URUT-URUTAN
DALAM PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI

Dalam dua paragraf daripada Qur-an yang baru saja kita
sebutkan, terdapat ayat mengenai penciptaan langit-langit
dan bumi (surat 7 ayat 54), dan di lain tempat disebutkan
penciptaan bumi dan langit-langit (surat 41 ayat 9 s/d 12),
nampak bahwa Qur-an tidak menunjukkan urut-urutan dalam
penciptaan langit-langit dan bumi.

Terdapat beberapa ayat yang menyebutkan penciptaan bumi
lebih dahulu seperti dalam surat 2 ayat 29, dan dalam surat
20 ayat 4. Akan tetapi terdapat lebih. banyak ayat-ayat di
mana langit-langit disebutkan sebelum bumi (surat 7 ayat 54,
surat 10 ayat 3, surat 11 ayat 7, surat 25 ayat 59, surat 32
ayat 4, surat 50 ayat 38, surat 57 ayat 4, surat 79 ayat 27,
dan surat 91 ayat 5 s.d. 10).

Jika kita tinggalkan surat 79, tak ada suatu paragraf dalam
Qur-an yang menunjukkan urutan penciptaan secara formal.
Yang terdapat hanya huruf "wa" yang artinya "dan" serta
fungsinya menghubungkan dua kalimat. Terdapat juga kata
"tsumma" yang sudah kita bicarakan di atas dan yang dapat
menunjukkan, sekedar sesuatu di samping sesuatu lainnya,
atau urutan.

Pada hemat saya, hanya terdapat satu paragraf dalam Quran,
di mana disebutkan urutan antara kejadian-kejadian
penciptaan secara jelas, yaitu ayat 27 s.d. ayat 33 surat 79

[Tulisan Arab]

Artinya: "Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya
ataukah langit? Allah telah membinanya Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya.
Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan
menjadikan siangnya terang benderang, dan bumi
sesudah itu dihamparkannya. Ia memancarkan
daripadanya mata airnya dan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhannya, dan gunung-gunung
dipancangkannya dengan teguh Semua itu untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu."

Perincian nikmat-nikmat Dunia yang Allah berikan kepada
manusia, yang diterangkan dalam bahasa yang cocok bagi
petani atau orang-orang pengembara (nomad) di Jazirah
Arabia, didahului dengan ajakan untuk memikirkan tentang
penciptaan alam. Akan tetapi pembicaraan tentang tahap Tuhan
menggelar bumi dan menjadikannya cocok untuk tanaman,
dilakukan pada waktu pergantian antara siang dan malam telah
terlaksana. Terang bahwa di sini ada dua hal yang
dibicarakan: kelompok kejadian-kejadian samawi dan kelompok
kejadian-kejadian di bumi yang diterangkan dengan waktu.
Menyebutkan hal-hal tersebut mengandung arti bahwa bumi
harus sudah ada sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada
ketika Tuhan membentuk langit. Dapat kita simpulkan bahwa
evolusi langit dan bumi terjadi pada waktu yang sama, dengan
kait mengkait antara fenomena-fenomena. Oleh karena itu tak
perlu memberi arti khusus mengenai disebutkannya bumi
sebelum langit atau langit sebelum bumi dalam penciptaan
alam. Tempat kata-kata tidak menunjukkan urutan penciptaan,
jika memang tak ada penentuan dalam hal ini pada ayat-ayat
lain.

Proses fundamental daripada pembentukan kosmos dan
kesudahannya dengan penyusunan alam

Dalam dua ayat Qur-an disajikan suatu sintesa singkat
daripada fenomena-fenomena yang menyusun proses fundamental
tentang pembentukan kosmos.

Surat 21 ayat 30:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bakwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air,
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?"

Dalam surat 41 ayat 11, kita dapatkan sebagai berikut:

[Tulisan Arab]

Artinya: "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit
dan dia (langit itu masih merupakan) asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah
kamu keduanya menurut perintah Ku dengan suka hati
atau terpaksa. Keduanya menjawab: Kami datan8
dengan suka hati."

Nanti kita akan membicarakan tentang asal kehidupan yang
dikatakan "air," di samping masalah-masalah biologi yang
terdapat dalam Qur-an. Untuk sementara kita dapat
menyimpulkan sebagai berikut:

a). Menetapkan adanya suatu kumpulan gas dengan
bagian-bagian kecil yang sangat halus. Dukhan = asap. Asap
itu terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan bagian-bagian
kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair,
dan dalam suhu rendah atau tinggi

b). Menyebutkan proses perpisahan (fatq) dari suatu kumpulan
pertama yang unik yang terdiri dari unsur-unsur yang
dipadukan (ratq). Kita tegaskan lagi, "fatq" dalam bahasa
Arab artinya memisahkan dan "ratq" artinya perpaduan atau
persatuan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang
homogen.

Konsep kesatuan yang berpisah-pisah menjadi beberapa bagian
telah diterangkan dalam bagian-bagian lain dari Qur-an
dengan menyebutkan alam-alam ganda. Ayat pertama dari surat
pertama dalam Qur-an berbunyi: "Dengan nama Allah, Maha
Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan
sekalian alam."

Kata-kata alamin (alam-alam) terdapat berpuluh kali dalam
Qur-an. Langit-langit juga disebutkan sebagai ganda, bukan
saja dalam bentuk kata jamak; tetapi dengan angka simbolik
yaitu angka tujuh. Angka tujuh dipakai dalam Qur-an 24 kali
untuk maksud bermacam-macam. Sering kali angka tujuh itu
berarti "banyak" dan kita tidak tahu dengan pasti sebabnya
angka tersebut dipakai. Bagi orang-orang Yunani dan
orang-orang Rumawi, angka 7 juga mempunyai arti "banyak"
yang tidak ditentukan. Dalam Qur-an angka 7 dipakai 7 kali
untuk memberikan bilangan kepada langit, angka 7 dipakai
satu kali untuk menunjukkan langit-langit yang tidak
disebutkan. Angka 7 dipakai satu kali untuk menunjukkan 7
jalan di langit.

Bacalah ayat-ayat di bawah ini. Surat 2 ayat 29.

[Tulisan Arab]


Artinya: "Dialah .Allah, yang menyaksikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikanNya tujuh
langit Dan Dia maha mengetahui segala sesuatu."

Surat 23 ayat 17.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di
atas kamu tujuh buah jalan, dan Kami sekali-
kali tidaklah lengah terhadap ciptaan."

Surat 67 ayat 3
[Tulisan Arab]

Artinya: "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Karena itu lihatlah berulang-
ulang adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?"

Surat 71 ayat 15-16
[Tulisan Arab]

Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah menciptakan tujuh langit bertingkat-
tingkat. Dan Allah menciptakan padanya bulan
sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai
pelita?"

Surat 78 ayat 12.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah langit
yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat
terang (matahari)."10

Untuk ayat-ayat tersebut para ahli tafsir Qur-an sepakat
bahwa angka 7 menunjukkan "banyak" dengan tak ada perinci.11

Langit-langit adalah banyak, dan bumi juga banyak. Pembaca
modern yang membaca Qur-an akan heran bahwa ia menemukan
dalam suatu teks dan abad VI suatu benda yang
mengatakan bahwa bumi-bumi seperti bumi kita terdapat dalam
kosmos, padahal manusia pada zaman kita sekarang ini, sampai
hari ini belum dapat membuktikan.

Sesungguhnya surat 65 ayat 12 berbunyi:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan
seperti itu pula bumi, berlaku perintah {Allah) di
antaranya, (Allah menciptakan yang demikian)
supaya kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya Allah,
ilmunya benar-benar meliputi segala sesuatu."

Karena angka tujuh menunjukkan "ganda" yang tak ditentukan,
kita dapat mengambil konklusi bahwa teks Qur-an menunjukkan
dengan jelas bahwa tidak hanya terdapat suatu bumi, bumi
manusia, tetapi terdapat bumi-bumi lain yang serupa dalam
kosmos ini.

Suatu hal lain yang mentakjubkan pembaca Qur-an pada abad 20
ini adalah ayat-ayat yang menyebutkan tiga macam benda-benda
yang diciptakan, yaitu:

Benda-benda yang terdapat di langit
Benda-benda yang terdapat di atas bumi.
Benda-benda yang terdapat di antara langit-langit dan bumi.

Bacalah ayat 6 surat 20:
[Tulisan Arab]

Artinya: "KepunyaanNyalah semua yang ada di langit,
semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya
dan semuanya yang di bawah tanah."

Surat 25 ayat 59 :
[Tulisan Arab]

Artinya: "Yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa."

Surat 32 ayat 4 .
[Tulisan Arab]

Artinya: "Allahlah yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Ia bersemayam di atas 'arsy."

Surat 50 ayat 38.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan sesunggahnya telah Kami ciptaan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
enam masa dan Kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan."12

Kata-kata "yang ada di antara langit dan bumi," terdapat
juga dalam surat 21 ayat 16, surat 44 ayat 7 dan 38, surat
78 ayat 37, surat 15 ayat 85, surat 46 ayat 3 dan surat 43
ayat 85.

Penciptaan di luar langit dan bumi yang berkali-kali
tersebut dalam Qur-an, secara apnori kurang dapat
digambarkan. Untuk memahami ayat-ayat tersebut, kita perlu
kembali kepada penemuan manusia yang paling modern tentang
adanya bahan-kosmik ekstra galaktik, dan untuk itu kita
harus mengarah dan yang paling sederhana kepada yang paling
kompleks dan mengikuti hasil-hasil Sains masakini mengenai
terbentuknya kosmos. Hal ini akan kita bicarakan dalam
paragraf yang akan datang.

Tetapi sebelum memasuki pemikiran-pemikiran yang bersifat
ilmiah murni, saya rasa baik untuk meringkaskan dasar-dasar
pokok yang dipakai oleh Qur-an untuk memberi penerangan
kepada kita tentang penciptaan kosmos. Menurut hal-hal yang
telah kita bicarakan, dasar-dasar tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Adanya enam penode untuk penciptaan pada umumnya
2. Adanya jaringan yang berkaitan antara tahap-tahap
penciptaan langit-langit dan tahap-tahap penciptaan bumi.
3. Penciptaan kosmos mula-mula dari kumpulan yang unik yang
merupakan kesatuan dan kemudian terpecah.
4. Terdapatnya banyak langit dan banyak bumi.
5. Terdapatnya benda-benda ciptaan Tuhan antara
langit-langit dan bumi.

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS

SISTEM MATAHARI

Bumi dan planet-planet yang beredar sekitar matahari
merupakan suatu alam yang teratur yang dimensinya sangat
besar bagi ukuran manusia. Bukankah bumi itu dipisahkan
daripada matahari oleh jarak ± 150 juta km? Jarak ini sangat
besar bagi manusia, tetapi jarak itu sangat kecil jika
dibandingkan dengan jarak yang memisahkan matahari daripada
planet yang paling jauh dalam sistem matahari. Dengan angka
bulat jarak itu adalah 40 kali lebih besar, jadi kurang
lebih 6 milliard km. Lipatan jarak tersebut, yakni ± 12
milliard km menunjukkan dimensi yang terbesar dalam sistem
matahari. Cahaya matahari memerlukan waktu enam jam untuk
sampai di planet tersebut, yang bernama Pluton, padahal
cahaya itu mempunyai kecepatan vang dahsyat, yakni 300-000
km per detik. Tetapi beberapa milliard tahun diperlukan
cahaya untuk perjalanan dari bintang-bintang yang terjauh
sepanjang pengetahuan manusia sekarang sampai ke bumi kita
ini.

GALAKSI

Matahari dari bumi kita ini merupakan satu di antara
satelit-satelit lain yang melingkunginya hanya merupakan
satu unsur yang tak berarti di antara beribu-ribu milliard
bintang yang keseluruhannya merupakan suatu kumpulan yang
dinamakan galaksi. Kita dapat melihat angkasa (space) penuh
dengan malam musim panas yang indah yang membentuk apa yang
dinamakan kabut susu.- Kelompok bintang-bintang tersebut
mempunyai dimensi yang sangat amat besar. Jika cahaya dapat
menempuh seluruh sistem matahari dalam beberapa jam, cahaya
itu memerlukan 90 ribu tahun untuk memotong jarak dari satu
sudut yang paling jauh kepada sudut imbangannya yang paling
jauh dalam suatu kelompok bintang-bintang yang paling kompak
yang merupakan galaksi kita.

Dan lagi galaksi kita ini, yang begitu dahsyat besarnya
seperti yang kita lukiskan di atas, hanya merupakan satu
unsur kecil daripada langit. Terdapat kumpulan-kumpulan
raksasa daripada bintang-bintang yang mirip dengan kabut
susu di luar galaksi kita.

Kumpulan-kumpulan raksasa bintang-bintang itu baru diketahui
manusia 50 tahun yang lalu, yaitu karena eksplorasi
astronomik (penyelidikan bintang-bintang) dapat mengambil
manfa'at dari alat-alat optik yang sempurna seperti alat
yang memungkinkan dibuatnya teleskop Mount-Wilson di Amerika
Serikat. Dengan cara ini orang dapat mengetahui sejumlah
besar sekali daripada galaksi serta galaksi-galaksi lain
yang terpisah dan terdapat pada jarak-jarak yang sangat amat
jauh, sehingga memerlukan ukuran sendiri yaitu ukuran tahun
cahaya yang dinamakan Parsec, yakni suatu jarak yang
ditempuh oleh cahaya dalam 3,26 tahun, dengan kecepatan 300
ribu km per detik.

FORMASI DAN EVOLUSI GALAKSI, BINTANG-BINTANG DAN
SISTEM-SISTEM PLANETER

Apakah yang pernah ada dalam ruang yang sangat amat luas
yang sekarang dihuni oleh galaksi. Sains modern tak dapat
memberikan jawaban kepada soal ini, kecuali jika bertolak
dan periode tertentu dari evolusi kosmos yang Sains itu
sendin tak dapat mengira jarak waktu yang memisahkan antara
kita dan kosmos.

Sains modern berpendapat bahwa kosmos telah terjadi dari
kumpulan gas yakni hidrogen dan sedikit helium yang berputar
secara pelan pada zaman yang sangat kuno. Kumpulan gas
tersebut kemudian terbagi menjadi potongan-potongan banyak
daripada dimensi dan kelompok yang sangat besar. Ahli-ahli
ilmu astrofisika (fisika bintang) mengirakan bahwa dimensi
tersebut adalah satu milliard sampai 100 milliard kali
besarnya matahari, dan besarnya matahari adalah 300.000 kali
besarnya bumi. Angka-angka tersebut memberikan gambaran
kepada kita tentang pentingnya kelompok gas mula-mula yang
kemudian melahirkan galaksi.

Pecahan baru terjadi lagi dan melahirkan bintang-bintang.
Kemudian terjadilah proses kondensasi di mana daya tarik
(karena benda-benda itu bergerak dan beredar sangat cepat),
tekanan, pengaruh medan-medan magnetik dan radiasi semuanya
memberikan pengaruh.

Bintang-bintang menjadi bercahaya karena perubahan kekuatan
daya tarik menjadi energi panas. Reaksi termonuklir ikut
melakukan peran dan karena bercampur maka terjadilah atom
berat yang menggantikan atom ringan. Dengan begitu maka
hidrogen, menjadi helium, kemudian menjadi karbon dan
kemudian lagi menjadi oksigen, dan akhirnya menjadi logam,
kemudian menjadi metalloid. Jadi bintang-bintang itu
mempunyai kehidupan dan astronomi modern telah dapat
menyusun klasifikasi mengenai perkembangan bintang tersebut.
Bintang itu juga mengalami kematian. Dalam tahap
perkembangannya yang terakhir terjadi suatu ledakan dalam
beberapa bintang dan setelah itu bintang-bintang itu mati.

Planet-planet, khususnya bumi, terjadi karena proses
perpisahan dari kumpulan gas asli yang pada permulaannya
merupakan kumpulan gas primitif. Semenjak 1/4 abad, para
ahli sudah sepakat bahwa matahari menjadi beku (padat) di
dalam gumpalan utama, sedang planet-planet lain menjadi
padat di tengah-tengah orbit yang melingkungi bumi. Kita
harus ingat dan hal ini sangat penting dalam persoalan yang
kita hadapi sekarang, bahwa tak ada urut-urutan dalam
terjadinya unsur-unsur samawi seperti matahari dan juga
dalam unsur di bumi. Yang terjadi adalah paralelisme
perkembangan dengan identitas masing-masing.

Di sini, Sains memberi keterangan kepada kita tentang waktu
kejadian-kejadian tersebut di atas terjadi; orang
memperkirakan umur galaksi kita 10 milliard tahun, dan 5
milliard tahun kemudian menurut hipotesa ini, terjadilah
sistem matahari. Penyelidikan tentang radio-aktivitas
menunjukkan bahwa bumi dan matahari telah terjadi 4.5
milliard tahun yang lalu; menurut perhitungan yang lebih
baru, umur bumi dan matahari dikurangi 100 miliun tahun.
Koreksi waktu ini mengherankan; koreksi tersebut berarti:
0.1/4.5 =2.2%, padahal faktanya 100 juta tahun.

Mengenai terbentuknya sistem matahari, ahli-ahli astrofisika
telah memperoleh data-data tentang proses-proses umum yang
dapat diringkaskan. Perpadatan (kondensasi) dan pengecilan
kumpulan gas yang beredar, perpecahan dalam
potongan-potongan, semua itu telah menghasilkan matahari dan
planet-planet, termasuk bumi kita.13 Hasil-hasil Sains
tentang kumpulan gas primitif dan caranya berpecah menjadi
bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya dan yang
terhimpun dalam galaksi telah membenarkan secara pasti
konsep adanya alam ganda, tetapi tidak memberi kepastian
tentang adanya sesuatu planet yang menyerupai bumi.

KONSEP ALAM GANDA

Walaupun begitu ahli-ahli astrofisika modern berpendapat
bahwa sangat boleh jadi ada planet-planet yang menyerupai
bumi. Mengenai sistem matahari tak ada ahli astrofisika yang
mengatakan kemungkinan adanya planet seperti bumi di
dalamnya. Oleh karena itu planet-planet seperti bumi itu
harus dicari di luar sistem matahari, mereka mengira ada
kemungkinan terdapatnya planet seperti bumi di luar sistem
matahari karena alasan-alasan sebagai berikut:

Orang memperkirakan bahwa dalam galaksi kita, seperdua dari
100 milliard bintang, masing-masing mempunyai sistem planet
seperti sistem matahari. Memang 50 milliard bintang
mempunyai rotasi (edaran) yang pelan, dan hal ini mendorong
kita untuk menduga bahwa ada planet-planet yang melingkungi
masing-masing sebagai satelit. Jauhnya bintang-bintang itu
menyebabkan kita tidak dapat melihat planet-planet tersebut,
akan tetapi adanya planet-planet satelit tersebut sangat
boleh jadi karena sifat-sifat trajektori. Pergelombangan
ringan daripada trajektori bintang menunjukkan adanya
satelit yang menemani bintang tersebut.

Sebagai contoh bintang yang diberi nama Bernard mempunyai
suatu teman di luar trajektori Jupiter, bahkan mungkin ada
dua satelit.

P. Guerim seorang ahli astrofisika menulis: "Sistem planeter
sudah terang, tersebar banyak dalam kosmos, sistem matahari
dan bumi tidak satu-satunya yang ada." Kemudian ia
lanjutkan: "Kehidupan, sebagai planet-planet yang memberinya
tempat juga tersebar di seluruh kosmos, dimana saja terdapat
kondisi fisis-kimiawi yang diperlukan untuk terbukanya
kehidupan tersebut dan perkembangannya selanjutnya."

MATERI INTERSTELLAIR

Proses pokok terbentuknya kosmos adalah padatan materi dari
kelompok gas primitif: terpecahnya dalam beberapa pecahan
yang menjadikan bahan galaksi. Bahan galaksi berpecah-pecah
menjadi bintang-bintang dan planet-planet yang lebih kecil.
Perpecahan yang terus menerus itu meninggalkan elemen pokok
yang dapat kita namakan "sisa" nama ilmiahllya: bahan
galaksi interstellair

Bahan galaksi interstellair dilukiskan dari beberapa aspek
yang berlainan. Kadang-kadang dari aspek nebula (kelompok
bintang) yang gemerlapan, menyebarkan sinar yang diterimanya
dari bintang-bintang lain yang dapat dibentuk dengan debu
atau asap menurut istilah astrofisika; kadang-kadang dan
aspek nebula yang remang-remang dan tidak padat, dan
kadang-kadang dari bahan-bahan interstellair yang lebih
misterius seakan-akan untuk menghalangi pengambilan
gambar-gambar angkasa. Adanya jembatan materi antar galaksi
sudah dapat dipastikan walaupun sangat tidak padat: tetapi
oleh karena memenuhi ruang yang sangat besar dan galaksi itu
berjauhan sekali satu daripada lainnya, gas-gas tersebut
dapat bertemu dengan kelompok lain yang walaupun tidak
padat, dapat melalui kumpulan gas galaksi. A. Boichat
mengatakan bahwa adanya kumpulan gas antar galaksi itu
sangat penting dan dapat menimbulkan perubahan besar tentang
perkembangan kosmos.

Penciptaan Alam Menurut Qur'an

BERHADAPAN DENGAN AYAT-AYAT QUR-AN TENTANG PENCIPTAAN ALAM

Marilah kita selidiki lima dasar yang menjadi landasan
Qur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam.

I. Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi,
menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi,
terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat
dihuni manusia. Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an
mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam empat waktu. Apakah
empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains
modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada
zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak
ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan
bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai
yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4,
diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa
jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah
mungkin diketahui) daripada pembentukan matahari dan
embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan
(kondensasi) nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini
adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas dengan proses
yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan
gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang
sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains.

II. Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua
kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan
pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya
(seperti bumi). Bukankah simultanitas ini telah nampak juga
dalam teks Qur-an seperti yang telah kita ketahui?

III. Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada permulaan
terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an
untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi
asal kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive
(kelompok gas asli).

IV. Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an
dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah
dibenarkan oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli
astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat
besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan
bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat
kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang
Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya,
para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu
sangat mungkin.

V. Adanya suatu penciptaan pertengahan antara
langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat
dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi
yang terdapat di luar sistim astronomik teratur.

Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an
sampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruh
oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat pertentangan
antara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentang
penciptaan kosmos.

Kita perlu menggaris bawahi keunggulan Qur-an setelah kita
mengetahui bahwa teks Perjanjian Lama yang kita miliki telah
memberi perincian-perincian tentang penciptaan kosmos tetapi
perincian-perincian itu tak dapat diterima oleh ilmu
pengetahuan. Kita tidak heran karena kita tahu bahwa teks
Sakerdotal (para pendeta) dari Bibel tentang penciptaan alam
itu ditulis pada waktu bangsa Israil dibuang ke Babylon.
Para pendeta Yahudi itu mempunyai maksud-maksud yuridis yang
sudah kita terangkan di atas dan mereka itu telah menyusun
riwayat-riwayat yang sesuai dengan pandangan keagamaan
mereka.

Adanya perbedaan yang menyolok antara riwayat Bibel dan
riwayat Qur-an tentang penciptaan kosmos adalah sangat
menarik perhatian karena semenjak permulaan timbulnya agama
Islam, Nabi Muhammad selalu dituduh telah menjiplak isi
Bibel. Dalam hal penciptaan kosmos ini, tuduhan semacam itu
sama sekali tidak mempunyai landasan.

Bagaimana 14 abad yang lalu seseorang dapat mengkoreksi
riwayat yang sudah tersiar dengan menghilangkan
kekeliruan-kekeliruan ilmiah dan mengemukakan apa yang ia
bawakan sendiri yaitu hal-hal yang telah dibenarkan oleh
Sains pada abad kita ini. Hipotesa semacam itu tak dapat
dipertahankan. Qur-an membicarakan penjelasan tentang
penciptaan kosmos yang sangat berbeda dengan penjelasan
Bibel.


JAWABAN TERHADAP BEBERAPA KEBERATAN

Tak dapat dibantah lagi bahwa terdapat persamaan antara
riwayat Bibel dan riwayat Qur-an mengenai hal-hal lain dari
penciptaan-penciptaan, khususnya yang mengenai sejarah
keagamaan.

Akan tetapi kita sangat heran karena di negara-negara Barat
orang tidak merasa keberatan terhadap Yesus karena Yesus
menyebutkan soal-soal yang sama dan ajaran-ajaran Injil,
sedangkan mereka (orang Barat) itu mendakwa Muhammad sebagai
seorang Nabi palsu karena dalam ajaran-ajarannya menyebutkan
hal-hal tersebut serta melukiskannya sebagai wahyu. Tetapi
mana buktinya bahwa Muhammad telah menjiplak dalam Qur-an
hal-hal yang para pendeta Yahudi mengajarkan atau
mendiktekannya. Tak ada hal yang menguatkan dakwaan mereka
kecuali pernyataan bahwa seorang pendeta masehi memberikan
pendidikan agama kepada Nabi Muhammad. Harap para pembaca
meneliti apa yang dikatakan oleh R. Blachere tentang hikayat
ini dalam karangannya yang berjudul: Soal-soal mengenai
Muhammad.

Ada juga orang yang mengemukakan semacam persamaan antara
isi ayat-ayat Qur-an dan kepercayaan-kepercayaan pada zaman
kuno sekali, lebih kuno daripada Bibel.

Secara umum orang ini mengatakan bahwa dalam kitab-kitab
Suci terdapat bau-bau mitos kosmos: umpamanya kepercayaan
orang-orang Polynesia tentang adanya air asli kuno dalam
kegelapan, dan air itu memisahkan diri setelah ada cahaya.
Waktu itulah langit dan bumi terbentuk. Jika kita
membandingkan mitos ini dengan riwayat penciptaan kosmos
menurut Bibel, memang kita merasa ada semacam persamaan,
tetapi sangat sembrono untuk mengatakan bahwa Bibel
mengambil alih mitos kosmos tersebut.

Juga sembrono sekali untuk menganggap konsep Qur-an tentang
pecahan materi asli yang menjadi bahan susunan atom pada
permulaannya, yaitu suatu konsep yang sama dengan konsep
Sains modern, sebagai konsep berasal dari mitos-mitos kosmos
bermacam-macam yang memberikan gambaran yang sedikit banyak
ada persamaannya.

Adalah menarik untuk menganalisa lebih dekat
kepercayaan-kepercayaan dan riwayat-riwayat mitos, karena di
sana ada titik tolak yang pantas dan dalam beberapa hal
sesuai dengan apa yang kita ketahui sekarang atau apa yang
kita merasa mengetahuinya, tetapi yang tereampur dengan
lukisan-lukisan khayalan dalam kerangka mitos.

Hal itu adalah konsep yang banyak tersiar bahwa langit dan
bumi itu tadinya bersatu, kemudian berpisah. Jika orang
menambahkan dalam langit dan bumi gambaran telor dengan
bibit di dalamnya dan bumi, seperti yang terjadi di Jepang,
maka tambahan khayalan ini akan menghilangkan nilai konsep
tersebut.

Di negeri-negeri lain, orang menambah khayalan suatu
tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di bumi untuk mengangkat langit
dan memisahkannya dari bumi. Di sini khayalan perincian
ditambahkan dan memberi ciri khas kepada mitos-mitos
tersebut.

Tetapi di samping tambahan-tambahan itu semua ada ciri-ciri
umum yang tetap ada, dengan ide adanya kumpulan bahan yang
unik pada permulaan proses perkembangan kosmos, dan bahan
itu berpecah dan akhirnya menjadi alam-alam yang kita kenal.

Jika kita menyebutkan mitos-mitos kosmos di sini, maksud
kita adalah untuk menggarisbawahi daya khayalan manusia, dan
menunjukkan perbedaan yang dalam antara isi ayat-ayat Qur-an
dalam soal penciptaan kosmos ini, yang tidak ditambah dengan
perincian-perincian khayalan yang terdapat dalam mitos,
tetapi, sebaliknya disertai dengan keagungan bahasa dan
persesuaian dengan hasil-hasil penyelidikan Sains.

Dengan keterangan tersebut di atas, ayat-ayat Qur-an tentang
penciptaan alam yang diterima sebagai wahyu oleh Muhammad 14
abad yang lalu, tak dapat dikatakan sebagai karangan akal
manusia.

IV. ASTRONOMI DALAM QUR-AN

Qur-an itu penuh dengan pemikiran-pemikiran tentang langit.
Dalam fasal yang lalu yang membicarakan penciptaan alam,
kita telah melihat bahwa adanya langit-langit dan bumi-bumi
telah disebutkan; begitu juga tentang adanya ciptaan tengah
(antara langit dan bumi) yang telah ditunjukkan kebenarannya
oleh Sains modern. Ayat-ayat tentang penciptaan alam, telah
menunjukkan secara tidak langsung ide umum tentang isi
langit-langit, artinya tentang segala sesuatu yang berada di
luar bumi kita.

Di samping ayat-ayat yang khusus menggambarkan penciptaan,
ada lebih dari 40 ayat Qur-an yang memberikan kepada
astronomi (ilmu bintang) keterangan-keterangan tambahan,
sebagian dari ayat-ayat tersebut hanya merupakan renungan
tentang keagungan zat Pencipta dan Pengatur segala sistem
bintang-bintang dan planet-planet yang kita ketahui, dan
yang dipelihara dalam keseimbangan dengan peraturan yang
diketemukan oleh Newton, yaitu peraturan daya tarik antara
benda-benda (law of gravitation).

Ayat-ayat pertama yang kita muat di sini tidak akan
memberikan bahan untuk pemikiran ilmiah; maksud ayat-ayat
tersebut hanya untuk menarik perhatian kekuasaan Tuhan.
Walaupun begitu kita harus menyebutkannya, agar kita
memperoleh idea real tentang caranya teks Qur-an menguraikan
organisasi kosmos, 14 abad yang lalu.

Yang saya katakan ini merupakan suatu fakta baru dalam wahyu
Ilahi. Empat Injil dalam Perjanjian Baru dan juga Perjanjian
Lama tidak membicarakan pengaturan alam. (Kita sudah
membicarakan ketidak benaran riwayat Bibel tentang
penciptaan alam secara umum). Tetapi Qur-an membicarakan
soal penciptaan alam dengan panjang. Apa yang dimuat oleh
Qur-an adalah penting, tetapi apa yang tidak dimuat juga
penting. Qur-an tidak memuat teori yang pada waktu Qur-an
diwahyukan merupakan teori yang terhormat tentang pengaturan
alam samawi akan tetapi yang oleh Sains telah dibuktikan
kesalahannya; nanti kita akan memberikan contoh hal ini.
Untuk sementara, aspek negatif ini perlu digaris bawahi.14

A. PEMIKIRAN UMUM TENTANG LANGIT

Surat 50 ayat 6, mengenai manusia secara umum:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Apakah mereka tidak melihat akan langit yang
ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya
dan menghiasinva dan langit-langit itu tidak
mempunyai retak-retak sedikitpun."

Surat 31 ayat 10:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dia menciptakan langit tanpa tiang yang
kamu melihatnya."

Surat 13 ayat 2:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayan di atas Arsy dan menundukkan matahari
dan bulan."

Dua ayat yang terakhir ini merupakan sangkalan terhadap
kepercayaan bahwa langit itu dapat bertahan karena ada
tiang-tiang yang menegakkannya supaya jangan jatuh di atas
bumi.

Surat 55 ayat 7:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia
telah meletakkan neraca (keadilan)."

Surat 22 ayat 65:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Dan Dia menahan langit jatuh ke bumi
melainkan dengan izinNya."

Orang mengetahui bahwa menjauhkan benda-benda samawi dalam
jarak yang sangat besar dan sesuai dengan pentingnya
benda-benda tersebut, merupakan dasar daripada
keseimbangannya. Lebih jauh benda itu, lebih lemahlah daya
yang menarik satu benda kepada benda lainnya. Lebih dekat
benda itu, lebih kuat daya tarik di antara mereka; ini
adalah kasus bulan yang dekat kepada bumi. Dan bulan itu,
dengan daya tariknya mempengaruhi posisi air dalam laut atau
fenomena pasang surut. Jika dua benda samawi ini terlalu
berdekatan satu dengan lainnya, maka bentrokan tak dapat
dielakkan, maka sikap tunduk kepada suatu perintah merupakan
syarat mutlak untuk tidak terjadinya kekacauan.

Inilah sebabnya menyerahnya langit-langit kepada perintah
Allah seringkali disebutkan.

Surat 23 ayat 86:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Katakanlah Hai Muhammad: Siapa yang empunya
langit yang tujuh dan yang empunya Arsy yang
besar?"

Kita telah mengetahui bahwa langit tujuh artinya
langit-langit yang banyak sekali dan tak dapat dibatasi
dengan angka. Surat 45 ayat 13:

Artinya: "Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai satu rahmat)
daripadaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir."

Surat 55 ayat 5:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan matahan dan langit {beredar)
menurut perhitungan."

Surat 6 ayat 96:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam
untuk beristirahat dan menjadikan matahari dan
bulan untuk perhitungan."

Surat 14 ayat 33:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dia telah menundukkan pula bagimu matahari
dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya) dan telah menundukan bagimu malam dan
siang."

Di sini, sesuatu ayat menyempurnakan ayat yang lain.
Perhitungan-perhitungan yang disebutkan di sini
mengakibatkan peredaran yang teratur dari benda-benda
samawi. Hal ini dijelaskan dengan kata "daib" yang berarti
bekerja dengan gairah dan mantap. Di sini berarti bahwa
matahari dan bulan itu beredar dengan hati-hati, terus
menerus. Tidak menyimpang dari peraturan yang diberikan:

Surat 36 ayat 39:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-
manzilah sehingga (setelah dia sampai ke manzilah
yang terakhir), kembalilah dia sebagai bentuk
tandan yang tua."

Ini adalah isyarat kepada melengkungnya papah kurma, yang
mengambil bentuk bulan tanggal muda selagi papah itu
mengering. Komentar ini akan diteruskan kemudian.

Surat 16 ayat 12:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari
dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) dengan perintahNya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memahaminya."

Qur-an menyebutkan adanya pengaturan samawi yang sempurna
ini dengan menekankan faedahnya untuk mempermudah gerak
manusia di bumi dan di laut, begitu juga untuk mempermudah
perhitungan waktu. Hal ini dapat dimengerti dengan mudah
jika orang mengingat bahwa Qur-an pada mulanya merupakan
petunjuk bagi sekelompok manusia yang hanya dapat memahami
bahasa yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Itulah
sebabnya kita dapatkan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:

Surat 6 ayat 97:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang
bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam
kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami)
kepada orang-orang yang mengetahui."

Surat 16 ayat 16:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan).
Dan dengan bintang-bintang itu mereka mendapat
petunjuk (untuk lalu lintas)."

Surat 10 ayat 15:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkanNya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada
orang-orang yang mengetahui."

Di sini ada catatan penting. Bibel memberi sifat kepada
matahari dan bulan dengan kata "yang memberi
cahaya"'matahari dikatakan besar, bumi dikatakan kecil.
Qur-an membedakan antara matahari dan bulan dengan
perbedaan-perbedaan yang lain. Memang perbedaan itu hanya
perbedaan lafal (verbal). Tetapi bagaimana berbicara kepada
orang-orang pada waktu itu, dengan tidak menyesatkan, dengan
mengatakan bahwa matahari dan bulan bukan planet yang
mempunyai sifat-sifat yang identik

B. WATAK BENDA-BENDA SAMAWI

MATAHARI DAN BULAN

Matahari adalah cahaya (Diya) dan bulan adalah terang (Nur).
Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan
orang-orang yang mencampuradukkan dua kata tersebut.
Sesungguhnya perbedaan arti antara dua kata tersebut sangat
kecil. Diya berasal dari akar (DWJ) yang menurut kamus Arab
Perancis karangan Kazimerski, berarti menyala, mengkilat;
tetapi pengarang itu juga memberi arti terang di samping
arti cahaya.

Akan tetapi perbedaan antara matahari dan bulan akan diberi
penjelasan dengan jalan perbandingan-perbandingan lain:

Surat 25 ayat 6 1 :
[Tulisan Arab]

Artinya: "Maha suci Allah yang menjadikan di langit
gugusan bintang dan Dia jadikan juga padanya
matahari dan bulan yang bercahaya."

Surat 71 ayat 15-16:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat.
Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya
dan menjadikan matahari sebagai pelita."

Surat 78 ayat 12-13:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah langit
yang kokoh Dan Kami jadikan pelita yang amat
terang (matahari)."

Lampu yang sangat terang adalah pasti matahari. Di sini
bulan dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir), dari
akar yang sama dengan kata nur (kata terang dipakai untuk
bulan). Matahari dibandingkan dengan pelita (siraj) atau
lampu yang sangat kuat sinarnya (wakhaj).

Manusia pada zaman Muhammad dapat menerima perbandingan
antara matahari, bintang yang membakar yang sangat terkenal
oleh orang-orang yang hidup di sahara, dengan bulan,
bintang, udara sejuk di waktu malam. Perbandingan tentang
hal ini yang kita dapatkan dalam Qur-an adalah wajar. Yang
sangat menarik perhatian dan perlu dicatat di sini ialah
keagungan perbandingan, dan tidak terdapatnya dalam teks
Qur-an unsur-unsur perbandingan yang menunjukkan keagungan
pada waktu Qur-an diturunkan tetapi yang nampak pada zaman
kita sekarang sebagai khayalan.

Kita mengetahui bahwa matahari adalah suatu bintang yang
menghasilkan panas yang hebat serta cahaya, karena terjadi
pembakaran di dalamnya, dan kita mengetahui bahwa bulan yang
tidak mempunyai cahaya dan dirinya sendiri, hanya
memantulkan kembali cahaya yang ia terima dari matahari dan
ia sendiri merupakan suatu bintang yang tidak berkegiatan,
sedikitnya di lapisan-lapisannya yang di luar. Dalam teks
Qur-an tak ada yang bertentangan dengan apa yang kita
ketahui pada zaman kita ini tentang kedua benda samawi itu.

BINTANG-BINTANG

Bintang-bintang adalah seperti matahari, benda-benda samawi
yang menjadi wadah fenomena fisik bermacam-macam, yang
diantaranya yang paling mudah dilihat adalah pembuatan
cahaya. Bintang-bintang adalah benda-benda samawi yang
mempunyai cahaya sendiri.

Bintang, bahasa ArabnyaNajm disebutkan dalam Qur-an 13 kali.
Kata jamaknya "Nujum" akar kata itu berarti, nampak. Kata
itu menunjukkan suatu benda samawi yang dapat kita lihat
dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda itu
memancarkan cahaya atau hanya memberikan refleks daripada
cahaya yang ia terima dari luar. Untuk memberi gambaran yang
tepat bahwa suatu benda samawi adalah benda yang kita
namakan bintang, kita sebutkan surat 86 ayat 13:

[Tulisan Arab]

Artinya: "Demi langit dan yang datang pada malam hari,
tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari,
yaitu bintang yang cahayanya menembus."

Bintang pada waktu malam diberi sifat dalam Qur-an dengan
kata "tsaqib," artinya yang membakar, dan membakar diri
sendiri dan yang menembus. Di sini menembus kegelapan waktu
malam. Kata yang sama "tsaqib," juga dipakai untuk
menunjukkan bintang-bintang yang berekor; ekor itu adalah
hasil pembakaran internal.

PLANET-PLANET

Adalah sukar untuk mengatakan bahwa kata planet-planet itu
disebutkan dalam Qur-an dengan arti yang tepat seperti yang
kita berikan kepada planet-planet yang kita ketahui
sekarang. Planet-planet itu sendiri tidak bercahaya.
Planet-planet tersebut beredar sekitar matahari. Bumi kita
adalah salah satu dari planet-planet tersebut. Jika ada
orang menduga akan adanya planet lain, planet itu halus ada
dalam sistem matahari. Dan semenjak dahulu manusia
mengetahui planet-planet selain bumi, yaitu: mercury, venus,
mars, yupiter, saturnus. Ada lagi tiga planet yang ditemukan
kemudian yaitu: uranus, neptunus dan pluton.

Nampaknya Qur-an menamakan planet itu dengan nama Kaukab.
Kata jamaknya Kawakib, tetapi tanpa memberitahukan
jumlahnya. Impian Nabi Yusuf menyebutkan sebelas (surat 12
atau surat Yusuf) akan tetapi ini adalah riwayat impian Nabi
Yusuf.

Untuk menjelaskan arti kata planet (Kaukab) dalam Qur-an,
kita baca ayat yang sangat masyhur yang arti sesungguhnya
nampak bersifat spiritual dan juga dipersoalkan diantara
para ahli tafsir Qur-an. Walaupun begitu, kata itu penting
karena ada perbandingan mengenai kata yang menunjukkan
"planet."

Teks tersebut adalah sebagai berikut: Surat 24 ayat 35:

[Tulisan Arab]

Artinya: "Allah pemberi cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita
besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang yang bercahaya seperti
mutiara."

Yang dimaksudkan di sini adalah proyeksi cahaya kepada suatu
benda yang merefleksikan (kaca) dengan memberinya kilatan
mutiara, sebagaimana planet yang disinari matahari. Ini
adalah satu-satunya perinci yang menerangkan arti kata
"Kaukab" yang dapat kita jumpai dalam Qur-an.

Kata Kaukab terdapat juga dalam ayat-ayat lain. Dalam
beberapa ayat kita tak dapat menentukan apakah yang
dimaksudkan dengan kata itu. (Surat 6 ayat 72, dan surat 82
ayat 1-3).

Akan tetapi dalam suatu ayat terdapat kata"Kawakib" yang
menurut pengetahuan modern hanya dapat diartikan planet.
Yaitu surat 37 ayat 6
[Tulisan Arab]

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang
terdekat dengan hiasan yaitu planet-planet.,'

Kalimat Qur-an: "Langit yang terdekat" dapatkah diartikan:
sistem matahari? Kita mengetahui bahwa tak terdapat di
antara benda-benda samawi yang terdekat kepada kita selain
planet. Matahari adalah bintang satu-satunya dalam sistem
ini yang pakai nama. Orang tak dapat mengerti, benda samawi
apa gerangan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut, jika
bukan planet. Rasanya sudah benar jika kita terjemahkan
"Kawakib" dengan "planet;" dan ini berarti bahwa Qur-an
menyebutkan adanya "planet" menurut definisi modern.

LANGIT YANG TERDEKAT

Berkali-kali Qur-an menyebutkan kata: "langit yang terdekat"
dan benda-benda samawi yang menjadi susunannya, khususnya
sebagai yang baru saja kita bahas, planet. Tetapi jika
pemikiran-pemikiran spiritual campur dengan soal-soal
material yang dapat kita mengerti, arti kata-kata tersebut
menjadi sangat kabur meskipun kita sudah memperoleh
pengetahuan yang banyak daripada Sains modern.

Dengan begitu maka ayat yang kita cantumkan terakhir dapat
mudah dimengerti akan tetapi kalau kita teruskan dengan
membaca ayat 7 daripada surat 37 yang berbunyi:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Dan telah memeliharanya dari tiap-tiap syaitan
yang sangat durhaka."

Maka kita merasa telah beralih kepada bidang lain (bukan
bidang Sains modern) kata "memelihara" juga terdapat dalam
surat 21 ayat 32 dan surat 41 ayat 12.

Bagaimana kita akan mengartikan: Kami jadikan
bintang-bintang itu alat pelempar syaitan, yang dilukiskan
oleh ayat 5 surat 67 sebagai dalam langit yang terdekat.

Lampu-lampu yang disebut dalam ayat tersebut apakah ada
hubungannya dengan bintang berekor yang telah kita bicarakan
di atas? Hal-hal ini tempatnya di luar rangka penyelidikan
ini. Kita sajikan di sini hal-hal tersebut sekedar untuk
menyempurnakan segi-segi tulisan ini, tetapi pada tahap
kemajuan ilmu sekarang nampaknya hasil-hasil penyelidikan
ilmiah tak dapat memberi petunjuk untuk memahami soal-soal
yang berada di luar jangkauan manusia

D. EVOLUSI ALAM SAMAWI

Dengan mengingat ide modern tentang penciptaan kosmos, kita
telah menunjukkan evolusi yang terjadi, semenjak dan
kelompok asap pertama (nebula) sampai kepada terbentuknya
galaksi dan bintang-bintang, dan untuk sistem matahari,
sampai timbulnya planet-planet, yaitu dari semenjak matahari
pada tingkatan perkembangannya sekarang. Hasil-hasil
penyelidikan ilmiah memungkinkan kita untuk berfikir bahwa
dalam sistem matahari dan dalam kosmos pada umumnya, evolusi
itu masih berlangsung terus

Jika kita mengetahui semua itu, kita tentu akan mendekatkan
diri kepada keterangan-keterangan yang terdapat dalam Qur-an
yang dalam rangka menyebutkan manifestasi kekuasaan Tuhan.

Berkali-kali Qur-an menyebutkan Tuhan telah menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan .

Kita dapatkan kata-kata tersebut dalam surat 13 ayat 2,
surat 31 ayat 29, surat 35 ayat 13, surat 39 ayat 15.

Tetapi, ide tentang waktu yang ditentukan dihubungkan dengan
ide, tentang tempat yang dituju dalam surat 36 ayat 38.

[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya,
demikianlah ketetapan yang maha Perkasa lagi maha
mengetahui."

Tempat peredaran yang ditentukan, adalah terjemahan dari
kata bahasa Arab mustaqarr. Tak ada sangsi lagi bahwa
mustaqarr mengandung arti tempat tertentu.

Bagaimanakah menghadapkan keterangan-keterangan Qur-an
tersebut dengan hasil-hasil penyelidikan Sains modern?

Qur-an memberikan kepada matahari keadaan yang berkembang
(evolutif) dan tempat tujuan. Kepada bulan, Qur-an juga
memberikan keadaan yang sama. Untuk memahami
keterangan-keterangan Qur-an, kita harus menengok kepada
pendapat Sains modern yang mengenai evolusi bintang pada
umumnya dan evolusi matahari secara khusus, serta yang
mengenai formasi samawiyah yang mengikuti gerak matahari
dalam angkasa, dengan mengingat bahwa bulan termasuk dalam
formasi tersebut.

Matahari adalah suatu bintang yang umurnya diperkirakan oleh
ahli astronomi 4.5 milliar tahun. Sebagai halnya dengan
bintang-bintang yang lain matahari mengalami perkembangan.
Pada waktu ini pada tahap permulaan, matahari kita kenal
sebagai bintang yang merubah hidrogen menjadi atom helium.
Keadaan sekarang ini akan berlangsung selama 5.5 milliar
tahun menurut perhitungan para ahli yang memprakirakan bagi
tiap bintang seperti matahari satu tahap yang lamanya 10
milliar tahun. Setelah tahap pertama, seperti yang telah
diamati para ahli-ahli tentang bintang-bintang yang serupa,
akan menyusul tahap kedua yang cirinya adalah selesainya
perubahan hidrogen menjadi helium. Akibat dari hal tersebut,
ialah bahwa lapisan matahari yang di luar akan terbakar,
sedang lapisan dalam akan menjadi dingin. Pada tahap akhir,
cahaya matahari akan sangat berkurang dan kepadatannya akan
bertambah. Hal ini dapat dilihat dalam bintang-bintang dari
tipe yang dinamakan: cebol-cebol putih (white dwarfs).

Dari hal-hal tersebut di atas, yang perlu kita perhatikan
bukannya tahun-tahun yang hanya digunakan disini untuk
memberikan perkiraan, faktor waktu, akan tetapi adalah idea
tentang evolusi atau perkembangan. Hasil pengetahuan modern
dapat meramalkan bahwa dalam beberapa milliar tahun, kondisi
sistem matahari tidak lagi seperti sekarang, sebagaimana
dengan bintang-bintang lain yang sudah diamati
tahap-tahapnya sampai tahap terakhir, kita dapat melihat
selesainya matahari.

Ayat yang kedua (surat 36, ayat 38) menyebutkan matahari
mengarah ke tempatnya yang khusus.

Tempat khusus itu telah dibenarkan oleh astronomi modern dan
dinamakan Apex matahari; sesungguhnya sistem matahari
berkembang dalam angkasa menuju kepada titik dalam
konstelasi Hercule, di dekat bintang Zega yang hubungannya
sudah diketahui benar; gerak sistem matahari mempunyai
kecepatan 19 kilometer per detik.

Perincian-perincian astronomi ini perlu disebutkan di sini
berhubung dengan dua ayat tersebut di atas, yang dapat kita
katakan sesuai sepenuhnya dengan hasil-hasil Sains modern.

EKSPANSI KOSMOS

Ekspansi kosmos adalah satu fenomena yang sangat besar yang
diungkapkan oleh Sains modern. Ini adalah satu hal yang
sudah dibuktikan; segala diskusi tentang hal ini hanya
mengenai pola bagaimana ekspansi itu teljadi.

Dengan bertitik tolak dari teori relativitas umum, ekspansi
kosmos mendapat dukungan fisik dalam pemeriksaan tentang
bayangan (spectrum) galaksi; pergeseran sistematik ke arah
bayangan merah dapat diartikan sebagai fakta bahwa galaksi
itu saling menjauhkan diri satu daripada yang lain. Dengan
begitu maka ekstensi kosmos itu akan selalu membesar, dan
pembesaran ini akan lebih penting jika orang berada lebih
jauh daripada kita. Kecepatan pergeseran yang terus menerus
daripada benda-benda samawi merupakan pecahan dari kecepatan
cahaya; tetapi lebih berharga.

Dapatkah ayat Qur-an selanjutnya (surat 51 ayat 47) yang
melukiskan perkataan Tuhan, dihadapkan dengan Sains modern

[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami,
dan Kami meluaskannya."

Bukankah langit, terjemahan kata "samaa" itu tidak lain
daripada alam di luar bumi? Yang kita terjemahkan: "dan Kami
meluaskannya" adalah kata fa'il daripada kata kerja ausa'a
yang artinya membesarkan, meluaskan, melebarkan.

Beberapa penterjemah Qur-an, tidak dapat mengetahui arti
kata tersebut dan mengartikannya secara keliru, seperti yang
dilakukan oleh R. Blachere: "dan Kami penuh dengan
kebesaran." Pengarang-pengarang lain meraba arti itu akan
tetapi tak berani mengatakan dengan terang. Hamidullah dalam
terjemahan Qur-annya berbicara tentang membesarnya langit
dan angkasa, akan tetapi dengan membubuhi tanda tanya (?).
Tetapi ada beberapa orang yang mempunyai bahan-bahan ilmiah
yang sudah disahkan, memberikan arti sebagai yang kita
sebutkan di atas. Hal ini terjadi dengan tafsir Muntakhab
yang diterbitkan oleh Majlis Tinggi Urusan Islam di Cairo.
Buku tersebut menyebutkan soal membesarnya alam ini dengan
tidak ragu-ragu.

E. MENUNDUKKAN ANGKASA

Terdapat tiga ayat dalam Qur-an yang perlu sekali kita
perhatikan, yang pertama menerangkan secara tegas hal yang
dapat dilakukan manusia untuk menundukkan angkasa. Dalam dua
ayat lainnya Tuhan menyebutkan bahwa orang-orang kafir Mekah
akan sangat terperanjat jika mereka dapat naik ke langit.
Hal ini merupakan isyarat kepada suatu hipotesa yang tak
akan dikerjakan oleh mereka.

Ayat pertama adalah ayat 33 daripada surat 55:

[Tulisan Arab]

Artinya: "Hai jin dan manusia jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, dan kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan (sedang kamu tidak punya
kekuatan)."

Terjemahan tersebut memerlukan beberapa penjelasan:

a. Kata bahasa Perancis (si) (jika) menunjukkan kondisi yang
ada hubungannya dengan kenyataan atau dengan hipotesa yang
dapat dijelmakan atau hipotesa yang tak dapat dijelmakan.
Bahasa Arab lebih mampu menunjukkan perbedaan kondisi
tersebut. Ada kata (huruf) yang menunjukkan kejadian yaitu
(idza), ada lagi huruf yang menunjukkan hipotesa yang
mungkin yaitu (in), ada pula huruf yang menunjukkan hipotesa
yang tak mungkin dengan huruf (law). Jadi Qur-an menyebutkan
kemungkinan material realisasi yang kongkrit. Keterangan
lingustik ini menghilangkan secara tegas kemungkinan
interpretasi mistik yang beberapa pengarang lebih condong
untuk memberikannya, tetapi hal itu terang salah.

b. Tuhan mengarahkan pembicaraannya kepada roh (jin) dan
kepada manusia, dan tidak kepada hal-hal yang khayali.

c. Menembus sampai ke bahagian sebaliknya, adalah terjemahan
kata kerja (nafadza) yang diikuti dengan huruf (min).
Menurut kamus Kasimirski berarti memasuki, melalui dan
keluar dari segi lain daripada suatu benda (seperti panah
yang menembus). Hal tersebut berarti memasuki dalam dan
keluar dari pinggiran lain dari daerah-daerah tertentu.

d. Kekuasaan (sulthan) yang akan dimiliki manusia untuk
melaksanakan proyek ini merupakan kekuasaan yang datang
dari Tuhan.16

Tidak syak lagi bahwa ayat tersebut menunjukkan kemungkinan
bahwa dikemudian hari manusia akan dapat melakukan apa yang
biasanya sekarang kita namakan secara tidak benar
"menundukkan angkasa." Kita perlu memperhatikan juga bahwa
teks Qur-an tidak hanya menyebutkan penetrasi di
daerah-daerah samawi, akan tetapi juga penetrasi di bumi,
artinya masuk dalam-dalam ke bumi.

Dua ayat lainnya diambil dari surat 15, yakni ayat 14 dan
15. Tuhan membicarakan tentang orang-orang kafir di Mekah,
seperti konteks paragraf surat tersebut menerangkan:

[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan jika seandainya Kami membukakan kepada
mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu
mereka terus menerus naik keatasnya. Tentulah
mereka berkata: Sesungguhnya pandangan kamilah
yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang
yang kena sihir."

Ini adalah suatu keheranan terhadap suatu kejadian yang tak
tersangka, berbeda dengan apa yang dapat dikhayalkan oleh
manusia.

Kata-kata yang bersyarat di sini memakai huruf (law) yang
menunjukkan bahwa hipotesa yang disebutkan tidak akan
dilaksanakan bagi mereka yang memperhatikan paragraf ini.

Dalam hal-hal menundukkan "angkasa" kita berhadapan dengan
dua teks paragraf Qur-an; yang satu menunjukkan suatu
kejadian yang akan terjadi pada suatu waktu karena kekuasaan
yang akan diberikan oleh Tuhan kepada otak dan ketrampilan
manusia. Yang lain menunjukkan suatu kejadian yang tidak
akan dialami oleh orang-orang kafir di Mekah; inilah
sebabnya maka kejadian itu dilukiskan sebagai hal yang tak
akan terjadi. Tetapi kejadian itu akan dialami oleh
orang-orang lain, seperti yang digambarkan oleh ayat
pertama. Ayat ini menggarnbarkan reaksi manusia terhadap
suatu kejadian yang tak mereka harapkan tetapi yang akan
diberikan kepada astronout-astronout. Reaksi itu adalah
pandangan yang penuh dengan kekhawatiran serta perasaan
seakan-akan diri mereka kena sihir.

Mulai tahun 1961 para astronout telah mengalami petualangan
ini. Tahun 1961 adalah tahun dimana untuk pertama kali
manusia dapat terbang mengelilingi bumi. Menurut laporan
para astronout tersebut, jika seseorang berada diluar
atmosfir bumi, langit tidak lagi nampak biru seperti yang
dilihat oleh penduduk bumi, dan yang merupakan hasil
fenomena cahaya matahari yang disedot oleh lapisan-lapisan
atmosfir. Manusia yang berada diangkasa di luar atmosfir
bumi melihat langit itu hitam dan me lihat bumi sebagai
terselubung oleh lapisan warna kebiru-biruan yang disebabkan
oleh sedotan atmosfir bumi terhadap cahaya matahari. Bulan
yang tidak punya atmosfir nampak dengan warnanya sendiri di
atas dasar langit yang hitam. Ini adalah pandangan yang
sangat baru bagi manusia, pandangan angkasa yang
gambar-gambarnya sudah secara umum diketahui manusia
sekarang.

Di situ, jika kita menghadapkan teks Qur-an dengan Sains
modern kita akan terpesona dengan ketepatan yang tak mungkin
kita duga akan dibawa oleh fikiran seorang manusia yang
hidup 14 abad yang lalu.

Ayat umum mengenai bumi

V. BUMI

Sebagaimana halnya dengan pokok-pokok yang dibicarakan
sebelum ini, ayat yang mengenai bumi adalah tersebar di
seluruh Qur-an. Untuk mengkelompokkannya tidaklah mudah.
Pengelompokan di bawah ini adalah cara pengarang pribadi.

Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita dapat
memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan
bermacam-macam persoalan akan tetapi ayat-ayat tersebut
mempunyai ciri umum yaitu mengajak manusia untuk memikirkan
nikmat-nikmat Tuhan dengan memakai contoh-contoh.

Adalagi kelompok ayat-ayat yang dapat dipisahkan, yaitu
ayat-ayat yang membicarakan soal-soal khusus seperti:

siklus (peredaran) air dan lautan
dataran bumi
atmosfir bumi.

A. AYAT-AYAT YANG BERSIFAT UMUM

Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan
nikmat-nikmat Tuhan kepada ciptaanNya, mengandung di sana
sini pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan
dengan Sains modern. Dari segi pandangan ini ayat-ayat
tersebut malah lebih penting karena tidak menyebutkan
kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-macam mengenai
fenomena alamiah, yaitu kepercayaan yang digemari oleh
manusia pada zaman turunnya wahyu akan tetapi yang sekarang
ini telah terbukti salah.

Di satu pihak, ayat-ayat itu memajukan idea yang sederhana
yang dapat dimengerti dengan mudah oleh mereka yang diajak
bicara oleh Qur-an berhubung dengan kedudukan geografis
mereka yakni penduduk Mekah dan Medinah, serta orang-orang
Badui di Jazirah Arab. Di lain fihak ayat-ayat itu
menyajikan pemikiran-pemikiran umum yang dapat dimanfa'atkan
rakyat umum yang terpelajar di segala tempat dan di segala
waktu. Hal ini salah satu hal yang menunjukkan bahwa Qur-an
itu suatu buku universal (untuk segala manusia).

Oleh karena tak ada pengelompokan ayat-ayat tersebut dalam
Qur-an, maka ayat-ayat itu kita sajikan menurut urutan
surat-surat.

Surat 2 ayat 22:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap. Dia menurunkan air
hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki
untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, pada hal kamu
mengetahui."

Surat 2 ayat 164:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air; lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,
sungguh (terdapatlah) tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan."

Surat 13 ayat 3:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan
menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya
dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan. Allah menutup malam kepada
siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan."

Surat 15 ayat 19 s/d 21:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan
padanya gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala
sesuatu dengan ukuran. Dan Kami telah menjadikan
untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan
(Kamimenciptakan pula} makhluk-makhluk yang kamu
bukan pemberi rizki kepadanya. Dan tidak ada
sesuatupun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu."

Surat 20 ayat 53:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai
hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi
itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air
hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dan tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam- Makanlah dan gembalakanlah
binatang itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
sungguh terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
orang yang berakal."

Surat 27 ayat 61:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Atau siapakah yang telah menjadikan bumi
sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan
sungai-sungai di celah-celahnya dan yang
menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya
dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut?
Apakah di samping Allah ada Tuhan yang lain?
Bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak
mengetahui."

Di sini terdapat isyarat kepada stabilitas umum daripada
muka bumi. Kita sudah dapat mengetahui bahwa pada
periode-periode permulaan daripada bumi, maka bumi sebelum
dingin tidak stabil. Stabilitas muka bumi tidak mutlak,
karena terdapat zone (daerah) di mana gempa bumi sering
terjadi. Adapun pemisah antara dua lautan, hal ini merupakan
gambaran (image) tentang tidak tercampurnya air sungai dan
air laut pada muara-muara yang besar seperti yang akan kita
lihat nanti.

Surat 67 ayat 15:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah
sebahagian dari rizkinya, dan kepadaNyalah kamu
kembali setelah dibangkitkan."

Surat 79 ayat 30 s/d 33:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan bumi sesudah itu dihamparkannya. Ia
memancarkan dari padanya mata airnya dan
(menyembuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan
gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh. Semua
itu untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu."

Dalam beberapa ayat di atas, pentingnya air serta akibat
praktis dari adanya air terhadap tanah, dan kesuburan tanah,
digaris bawahi. Dalam negeri-negeri bersahara, air adalah
unsur nomor satu yang mempengaruhi kehidupan manusia. Tetapi
disebutkannya hal ini dalam Qur-an melampaui keadaan
geografis yang khusus. Keadaan planet yang kaya akan air,
keadaan yang unik dalam sistem matahari seperti yang
dibuktikan oleh Sains modern, di sini ditonjolkan. Tanpa
air, bumi akan menjadi planet mati seperti bulan. Qur-an
memberi kepada air tempat yang pertama dalam menyebutkan
fenomena alamiah daripada bumi. Siklus air telah mendapatkan
gambaran yang sangat tepat dalam Qur-an.

B. SIKLUS AIR DAN LAUTAN (1/2)

Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur-an yang
mengenai air dan kehidupan manusia ayat demi ayat, semuanya
akan nampak kepada kita sebagai ayat-ayat yang menunjukkan
hal yang sudah jelas. Sebabnya adalah sederhana; pada zaman
kita sekarang ini, kita semua mengetahui siklus air dalam
alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat
keseluruhannya.

Tetapi jika kita memikirkan konsep-konsep lama yang
bermacam-macam mengenai hal ini, kita akan mengetahui bahwa
ayat-ayat Qur-an tidak menyebutkan hal-hal yang ada
hubungannya dengan konsep mistik yang tersiar dan yang
mempengaruhi pemikiran filsafat secara lebih besar daripada
hasil-nasil pengamatan. Jika orang-orang zaman dahulu telah
dapat memperoleh pengetahuan praktis yang bermanfaat, untuk
memperbaiki pengairan air, walaupun pengetahuan itu
terbatas, di lain fihak mereka itu mempunyai gambaran
tentang siklus air yang tak akan dapat diterima oleh orang
sekarang.

Dengan cara pemikiran orang dahulu itu, mudahlah bagi
seseorang untuk menggambarkan bahwa air di bawah tanah itu
dapat diperoleh karena terjadinya gugusan dalam tanah. Orang
menyebutkan konsep Vitrue yang pada abad I SM.
mempertahankan ide tersebut di Roma. Dengan begitu, selama
beberapa abad, dan juga setelah Qur-an diwahyukan banyak
orang yang mengikuti ide yang salah tentang regime air.

Dalam artikel "Hydrogeologie" daripada Encyclopedia
Universalis, dua orang ahli, yaitu G. Castany dan B. Blavoux
menyajikan sejarah air yang sangat jelas sebagai berikut:

Bagi Thales dan Milet pada abad VII S.M. air laut masuk ke
benua karena pengaruh angin, air juga jatuh di atas bumi dan
masuk dalam tanah. Plato menyetujui ide ini dan berpendapat
bahwa kembalinya air ke laut itu terjadi karena tatare,
yakni jurang yang besar di pinggir bumi. Teori tersebut
dianut oleh banyak ahli fikir sampai abad XVII dengan Rene
Descartes, Aristoteles mengira bahwa uap air di tanah
menjadi padat dalam gua-gua yang dingin di gunung-gunung dan
menjadikan danau-danau di bawah bumi, danau-danau itu
mengisi sumber-sumber air. Pendapat Aristoteles diikuti oleh
Seneca (abad I M) dan banyak orang lainnya sehingga tahun
1877, O. Volger termasuk di antara pengikut teori tersebut.

Konsepsi tentang siklus air yang jelas untuk pertama kali
diutarakan oleh Bernard Palessy pada th. 1580. Konsepsi itu
mengatakan bahwa air di bawah tanah asalnya dari infiltrasi
air hujan dalam tanah. Teori tersebut kemudian dibenarkan
oleh E. Mariotte dan P. Perrault pada abad XVII M.

Dalam ayat-ayat Qur-an tak terdapat konsepsi yang salah,
tetapi diterima orang pada zaman Nabi Muhammad.

Silahkan baca ayat-ayat di bawah ini.

Surat 50 ayat 9 s/d 11:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak
manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
pohon-pohon dan biji tanaman yang diketam, dan
pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai
mayang bersusun-susun untuk menjadi rizki bagi
hamba-hamba (Kami). Dan Kami hidupkan dengan air
itu, tanah yang mati (kering). Seperti itulah
terjadinya kebangkitan."

Surat 23 ayat 18:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu
ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi,
dan sesungguhnya Kami berkuasa (pula)
rnenghilangkannya. Lalu dengan air itu Kami
tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur.
Di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan
yang banyak dan dari kebun-kebun itu kamu mendapat
makanan."

Surat 15 ayat 22:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami telah mengirimkan angin untak mengawinkan
(tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dan
langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu
dan sekali-kali bukannya kamu yang menyimpannya."

Ada dua cara untuk menafsirkan ayat yang terakhir ini, angin
yang menyuburkan dapat dianggap sebagai penyubur
tanaman-tanaman dengan jalan membawa pollen (benih buah dari
tumbuhan-tumbuhan lain). Tetapi dapat juga ditafsirkan
sebagai ekspresi kiyasan yang menggambarkan peranan angin
yang membawa awan yang tidak mendatangkan hujan atau awan
yang membawa hujan. Peranan ini sering disebut dalam ayat,
seperti ayat-ayat di bawah ini.

Surat 35 ayat 91:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu
angin untuk menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke
suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah
matinya dengan (hujan yang turun dari) awan itu. Demikianlah
kebangkitan itu."

Kita perhatikan bahwa pada bagian pertama daripada ayat
tersebut, susunan kata-katanya adalah susunan hikayat,
kemudian dengan mendadak dan tanpa transisi susunannya
berubah menjadi deklarasi daripada Tuhan. Perubahan susunan
yang mendadak dalam bentuk deklarasi sering terdapat dalam
Qur-an.

Surat 30 ayat 48:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin
itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya
di langit menurut yang dikehendakiNya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat
hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila
hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang
dikehendakiNya, tiba-tiba mereka jadi gembira."

Surat 7 ayat 57:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa
berita gembira di muka kedatangan rahmatNya
(hujan), hingga apabila angin itu telah membawa
awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang
tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu
Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan ini
pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang-orang yang telah mati, supaya
kamu mengambil pelajaran."

Surat 23 ayat 48-50:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa
kabar gembira dengan sebelum kedatangan rahmatNya
(hujan) dan Kami turunkan dari langit air yang
amat bersih. Agar Kami menghidupkan dengan air itu
sebagian besar dari mahluk Kami, binatang-binatang
ternak dan manusia yang banyak."

Surat 45 ayat 5:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan
yang diturunkan Allah dari langit, lalu
dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah
matinya. Dan pada perkisaran angin terdapat pula
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berakal."

Rizki dalam ayat ini adalah air yang turun dari langit,
seperti yang diterangkan oleh konteks. Yang ditekankan di
sini adalah perubahan angin, yaitu yang mempengaruhi
turunnya hujan.

Surat 13 ayat 17:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit,
maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, maka arus itu membawa buih yang
mengembang."

Surat 67 ayat 30:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Katakanlah kepadanya jika sumber air kamu menjadi
kering, maka siapakah yang akan mendatangkan air
yang mengalir bagimu?"

Surat 39 ayat 21.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya
Allah menurunkan air dari langit maka diaturNya
menjadi sumber-sumber di bumi kemudian
ditumbuhkanNya dengan air itu tanam-tanaman yang
bertmacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikannya hancur berderai-derai."

Surat 36 ayat 34:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan
anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata
air."

Pentingnya sumber-sumber dan diisinya dengan air hujan yang
digiring ke arah sumber itu digaris bawahi dalam tiga ayat
terakhir. Kita perlu memperhatikan hal ini, untuk mengingat
konsepsi yang tersiar pada abad pertengahan seperti konsepsi
Aristoteles yang mengatakan bahwa sumber-sumber itu mendapat
air dari danau-danau di bawah bumi. Dalam artikel
"Hidrologi" dalam Encyclopedia Universalis, M.R. Rememeras,
Guru Besar pada sekolah nasional untuk pertahanan desa,
pertahanan air dan hutan, menerangkan tahap-tahap pokok
daripada hidrologi dan menyebutkan proyek-proyek irigasi
kuno, khususnya di Timur Tengah. Ia mengatakan bahwa
empirisme telah mendahului ide pada waktu itu dan
konsepsi-konsepsi yang salah. Kemudian ia meneruskan: perlu
manusia menunggu zaman renaissance (antara tahun 1400-1600)
untuk melihat konsep-konsep filsafat mundur dan memberikan
tempatnya kepada penyelidikan-penyelidikan fenomena
hidrologi yang didasarkan atas pengamatan (observasi).
Leonardo da Vinci (1452-1519) menentang pernyataan-
pernyataan Aristoteles. Bernard Palessy, dalam bukunya:
Penyelidikan yang mengagumkan tentang watak air dan air
mancur, yang alamiah dan yang buatan (Paris 1570)
memberikan interpretasi yang benar tentang siklus air dan
khususnya pengisian sumber-sumber air daripada air hujan.

Surat 39 ayat 21 yang menyebutkan bahwa air hujan itu
mengarah kepada sumber-sumber air. Bukankah hal itu tepat
sekali seperti yang ditulis oleh Palessy pada tahun 1570.

Kemudian Qur-an membicarakan butir-butir es dalam Surat 24
ayat 43:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan,
kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)Nya,
kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari
celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung
maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada
siapa yang dikehendakiNya dan dipalingkannya dari
siapa yang dikehendakiNya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Ayat-ayat di bawah ini memerlukan komentar (Surat 56 ayat 68
sampai dengan 70).
[Tulisan Arab]

Artinya: "Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum?
Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami
yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami
jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak
bersyukur?"

Menyebutkan bahwa Tuhan dapat merubah air tawar menjadi
masin adalah suatu cara untuk menunjukkan kekuasaan Tuhan.
Suatu cara untuk mengingatkan akan kekuasaan Tuhan adalah
tantangan kepada manusia untuk menurunkan hujan dari awan ,
yang pertama memang betul-betul tantangan yang mustahil
diterima; tetapi yang kedua tidak lagi merupakan
kemustahilan pada zaman modern ini karena tehnik sudah
memungkinkan usaha menjatuhkan hujan. Apakah kemampuan
manusia untuk menjatuhkan hujan itu bertentangan dengan
pernyataan Qur-an?

Soalnya tidak begitu. Kita tetap harus meninjau batas-batas
kemampuan manusia dalam bidang ini. M.A. Facy, insinyur umum
daripada Meteorologi National menulis tentang "menurunkan
hujan" dalam Encyclopedia Universalis sebagai berikut:
"Orang tidak akan dapat menjatuhkan hujan daripada awan yang
tidak mengandung air, atau awan yang belum waktunya
menjatuhkan hujan dari pada awan yang tidak mengandung air,
atau awan yang belum waktunya menjatuhkan air walaupun ia
mengandung air." Jadi manusia hanya mempercepat proses
turunnya hujan dengan bantuan teknik modern, sedangkan
persyaratan-persyaratan alamiah sudah terpenuhi. Kalau
keadaan tidak begitu, yakni bahwa manusia dapat menurunkan
hujan, niscaya tak terdapat lagi kekeringan, tak ada lagi
tanah tandus. Kenyataannya tidak begitu. Untuk menguasai
hujan dan udara yang baik tetap menjadi impian manusia.

Manusia tak dapat memecahkan menurut kemauannya sendiri
suatu siklus yang sudah tetap dan menjamin peredaran
(sirkulasi) air dalam alam. Menurut hidrologi modern siklus
itu dapat diringkaskan sebagai berikut:

Sinar dan panas matahari menyebabkan uapan lautan-lautan dan
tanah-tanah yang digenangi atau tercampur dengan air.

Uap tersebut naik ke atmosfir dan membentuk awan-awan dengan
cara berpadat (kondensasi). Kemudian angin campur tangan
untuk memindahkan uap-uap itu ke jarak-jarak yang
berbeda-beda. Awan-awan itu kadang-kadang hilang tanpa
menurunkan hujan, kadang-kadang berkumpul satu dengan yang
lain untuk membentuk kondensasi yang lebih besar dan
kadang-kadang berpecah-pecah untuk menurunkan hujan pada
tahap tertentu daripada perkembangan awan. Jika hujan itu
turun di atas lautan (yang merupakan 70% daripada wajah
bumi) siklus tersebut dengan lekas menjadi tertutup. Tetapi
jika hujan itu jatuh di atas tanah, sebagian akan disedot
oleh tumbuh-tumbuhan dan membesarkan tumbuh-tumbuhan itu.
Tumbuh-tumbuhan itu, dengan transpirasinya mengembalikan
sebagian air hujan ke atmosfir. Sebagian lain daripada air
hujan meresap dalam tanah, dan dari tanah itu sebagian
menuju ke lautan dengan perantaraan saluran-saluran atau
terus masuk lebih mendalam dalam tanah untuk kembali lagi ke
muka bumi melalui sumber-sumber atau air mancur.

Jika kita bandingkan hasil hidrologi modern dengan kandungan
beberapa ayat Qur-an yang telah kita sebutkan di atas kita
merasakan adanya persesuaian yang jelas di antaranya.
LAUTAN (2/2)

Sebagaimana ayat-ayat Qur-an telah memberikan bahan
perbandingan dengan ilmu pengetahuan modern mengenai siklus
air dalam alam pada umumnya, hal tersebut akan kita rasakan
juga mengenai lautan. Tak ada ayat Qur-an yang mengenai
lautan bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga
perlu digarisbawahi bahwa tak ada ayat Qur-an yang
membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan
kepercayaan-kepercayaan atau mitos, atau takhayul yang
terdapat pada zamanl Qur-an diwahyukan.

Beberapa ayat yang mengenai lautan dan pelayaran
mengemukakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang nampak dalam
pengamatan sehari-hari. yang semua itu untuk difikirkan.

Ayat-ayat itu adalah:

Surat 14 ayat 32:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya
bahtera itu berlayar di lautan dengan
kehendakNya."

Surat 16 ayat 14:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan
(untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya
daging yang segar (ikan) dan Kami mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya
kamu bersyukur."

Surat 31 ayat 31:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya
kapal itu berlayar di laut dengan nikmat
(kemurahan) Allah, supaya diperlihatkanNya
kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat
sabar lagi banyak bersyukur."

Surat 55 ayat 24:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan kepunyaanNyalah bahtera-bahtera yang tinggi
layarnya di lautan, laksana gunung."

Surat 36 ayat 41-44.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka
adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam
bahtera yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan untuk
mereka yang mereka kendarai yang seperti bahtera
itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami
tenggelamkan mereka; maka tiadalah bagi mereka
penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
Kecuali karena rahmat daripada Kami, dan untuk
memberikan kesenangan hidup sampai waktu
tertentu."

Ayat tersebut membicarakan perahu yang memuat manusia di
atas lautan seperti perahu yang membawa Nabi Nuh dan
penumpang-penumpang lainnya, serta membawa mereka sampai ke
daratan.

Ada lagi fakta mengenai lautan untuk diamati. Fakta tersebut
dapat diambil dari ayat-ayat Qur-an tentang lautan, dan
fakta tersebut menunjukkan suatu aspek yang khusus.

Tiga ayat membicarakan sifat-sifat sungai yang besar jika
sungai itu menuang ke dalam lautan.

Suatu fenomena yang sering kita dapatkan adalah bahwa air
lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar
tidak bercampur seketika. Orang mengira bahwa Qur-an
membicarakan sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu
dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan yang
panjangnya lebih dari 150 km, dan dinamakan Syath al Arab.
Di dalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan
suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar ke
dalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan. Untuk
memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah
terjemahan kata bahasa Arab "Bahr" yang berarti sekelompok
air yang besar, sehingga kata itu dapat dipakai untuk
menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil,
Tigris dan Euphrat.

Tiga ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sebagai
berikut:

Surat 25 ayat 53:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang
lain asin lagi pahit, Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi."

Surat 35 ayat 12:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan tidak sama (antara) dua laut. Yang ini tawar
segar sedap diminum, dan yang ini asin lagi pahit.
Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan
daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan
perhiasan yang dapat kamu memakainya."

Surat 55 ayat 19, 20, 22:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya
kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang
tidak dilampaui masing-masing. Dari keduanya
keluar mutiara dan marjan."

Selain menunjukkan fakta yang pokok, ayat-ayat tersebut
menyebutkan kekayaan-kekayaan yang dikeluarkan dari air
tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan:
batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak
campurnya air sungai dengan air laut di muara-muara hal
tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang
tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli
tafsir mengira bahwa dua sungai besar itulah yang
dimaksudkan. Sungai-sungai besar yang menuang ke laut
seperti Missisippi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan
yang sama; campurnya kedua macan air itu tidak terlaksana
seketika tetapi memerlukan waktu.

C. MUKA BUMI

Susunan bumi adalah kompleks. Pada waktu ini secara kasar
sekali kita dapat mengatakan bahwa bumi itu mempunyai
lapisan dalam; temperatur disitu sangat tinggi khususnya di
bagian tengah di mana batu-batu masih cair. Adapun lapisan
atas atau kulit bumi merupakan lapisan yang keras dan
dingin. Lapisan atas itu sangat tipis, hanya setebal antara
beberapa kilometer dan beberapa puluh kilometer; sedang
poros bumi itu lebih dari 6.000 kilometer. Dengan begitu
maka kulit bumi, rata-rata tidak sampai 1/100 poros bumi.
Dalam batas 1/100 inilah fenomena-fenomena geologi terjadi.

Yang paling dasar daripada perubahan-perubahan geologi
adalah lipatan yang asalnya adalah rangkaian gunung-gunung.
Terbentuknya lipatan-lipatan itu dalam geologi dinamakan
"orogenese." Proses ini penting sekali karena setelah nampak
relief (pemunculan) yang akan membentuk gunung terjadi pula
gerakan kearah kedalam yang proporsional dengan kulit bumi
yang menjamin tempat duduknya gunung itu dalam lapisan di
bawahnya.

Sejarah tentang pembagian muka bumi menjadi tanah dan lautan
adalah hasil penyelidikan yang masih baru dan masih belum
sempurna, walaupun yang mengenai periode yang tidak sangat
kuno tetapi yang lebih banyak diketahui. Sangat boleh jadi
bahwa timbulnya lautan (hidrosfir) terjadi l/2 milliard
tahun yang lalu. Mula-mula semua benua merupakan satu
kesatuan pada "Zaman Pertama" dan kemudian terserak-serak.
Di lain pihak ada benua-benua atau bagian benua yang muncul
sebagai akibat terjadinya gunung dalam daerah laut (seperti
benua Atlantik Utara dan sebagian dari Europa -- menurut
pandangan Sains modern).

Yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah pembentukan bumi
adalah munculnya rangkaian gunung-gunung. Para ahli
mengelompokkan semua evolusi bumi, dari periode pertama
sampai periode keempat dengan mengambil pedoman dari tahap
orogenik (gunung-gunung) dan tahap-tahap ini sendiri
dikelompokkan dalam siklus-siklus orogenik, karena tiap-tiap
munculnya relief gunung akan mempengaruhi keseimbangan
antara lautan dan benua. Munculnya gunung-gunung telah
menghilangkan beberapa bagian bumi yang tinggi dan
menumbuhkan bagian-bagian yang baru dan telah merubah
pembagian udara laut dan udara kontinental semenjak
beratus-ratus juta tahun. Udara kontinental hanya mengambil
tempat 3/10 dari seluruh muka bumi.

Dengan cara tersebut di atas kita dapat menyimpulkan secara
sangat tidak sempurna perubahan-perubahan yang terjadi dalam
beberapa ratus juta tahun yang lalu.

Adapun yang mengenai relief bumi, Qur-an hanya menyinggung
terbentuknya gunung-gunung. Sesungguhnya dari segi yang kita
bicarakan di sini, hanya sedikit yang dapat kita katakan;
yaitu ayat-ayat yang menunjukkan perhatian Tuhan kepada
manusia dalam hubungannya dengan terbentuknya bumi seperti
dalam:

Surat 71 ayat 19, 21:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai
hamparan supaya kamu menempuh jalan-jalan yang
luas di bumi itu."

Surat 51 ayat 48 :
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik
yang menghamparkan adalah Kami."

(Permadani) yang digelar (dihamparkan) adalah kulit bumi
yang keras yang di atasnya kita dapat hidup. Adapun
lapisanlapisan di bawah adalah sangat panas, cair dan tak
sesuai dengan kehidupan. Ayat-ayat Qur-an yang mengenai
gunung-gunung serta isyarat-isyarat tentang stabilitasnya
karena akibat fenomena lipatan adalah sangat penting.

Surat 88 ayat 19, 20:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan,
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan."

Konteks ayat mengajak orang-orang yang tidak beragama untuk
melihat fenomena-fenomena alamiah. Ayat-ayat di bawah ini
menjelaskan lebih lanjut:

Surat 78 ayat 6, 7:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai
hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak."

Orang-orang yang beragama itu memakai (autad, kata jamak
dari watad) untuk menetapkan tenda di atas tanah.

Para ahli geologi modern menggambarkan lipatan tanah yang
mengambil tempat duduk di atas relief, dan yang dimensinya
berbeda-beda sampai beberapa kilometer bahkan beberapa puluh
kilometer. Daripada fenomena lipatan inilah kulit bumi dapat
menjadi stabil.

Karena hal-hal tersebut di atas kita tidak heran jika
membaca Qur-an dan mendapatkan pemikiran-pemikiran tentang
gunung-gunung seperti berikut:

Surat 79 ayat 32:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh."

Surat 31 ayat 10:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dia meletakkan gunung-gunung di (permukaan) bumi
supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu."

Kata-kata tersebut diulangi lagi dalam surat 16 ayat 15.
Idea yang sama diterangkan dengan cara yang agak berlainan
dalam surat 21 ayat 31:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung
yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama
mereka. "

Ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa cara gunung-gunung itu
diletakkan adalah sangat menjamin stabilitasnya, dan hal ini
sangat sesuai dengan penemuan-penemuan geologi.

D. ATMOSFIR BUMI

Dalam beberapa aspek yang mengenai langit secara khusus dan
yang telah kita bicarakan dalam fasal yang telah lalu,
Qur-an memuat beberapa paragraf yang ada hubungannya dengan
fenomena-fenomana yang terjadi dalam atmosfir. Mengenai
hubungannya paragraf-paragraf Qur-an tersebut dengan
hasil-hasil Sains modern, kita dapatkan seperti yang
sudah-sudah di lain-lain persoalan, tidak adanya kontradiksi
dengan pengetahuan ilmiah yang sudah dikuasai manusia
sekarang tentang fenomena-fenomena yang disebutkan.

KETINGGIAN (ALTITUDE)

Sesungguhnya ini adalah pemikiran sederhana terhadap rasa,
"tidak enak" yang dirasakan orang di tempat yang tinggi, dan
yang akan bertambah-tambah jika orang itu berada dalam
tempat yang lebih tinggi lagi, hal ini dijelaskan dalam
Surat 6 ayat 125.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Barang siapa yang Allah menghendaki akan
memberikan kepadanya pentunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan
barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit
seolah-olah ia sedang mendaki langit."

Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa rasa "tidak enak"
dalam ketinggian tidak diketahui oleh orang-orang Arab pada
zaman Nabi Muhammad. Saya berpendapat tidak begitu. Di
Jazirah Arab terdapat puncak-puncak yang tingginya lebih dan
3500 m dan hal ini tidak memungkinkan bahwa orang tidak
mengetahui kesesakan nafas di tempat yang tinggi.17

Ada juga ahli tafsir yang memahami ayat ini sebagai
pemberian tahu tentang penundukan angkasa. Tetapi fikiran
yang semacam itu sama sekali tak dapat diterima.

LISTRIK DI ATMOSFIR

Listrik yang ada di atmosfir dan akibat-akibatnya seperti
guntur dan butir-butir es disebutkan dalam beberapa ayat
sebagai berikut:

Surat 13 ayat 12-13:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk
menimbulkan ketakutan dan harapan; Dia mengadakan
awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan
memuji Allah (demikian pula para malaekat) karena
takut kepadaNya, dan Allah melepaskan halilintar,
lalu mengenai siapa yang Dia kehendaki. Namun
mereka berbantah-bantahan (juga) tentang Allah.
Dan Dialah Tuhan yang Maha Keras {siksanya)."

Surat 24 ayat 43 (ini sudah pernah disebutkan dalam fasal
ini juga):
[Tulisan Arab]

Artinya: "Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan
kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya
kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu huyan keluar dari
celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan
hutiran-butiran es dari langit (yaitu dari
gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung,
maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada
siapa yang dikehendakinya, dan dipalingkannya dan
siapa yang dikehendakinya. Kilatan awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Dalam dua ayat tersebut digambarkan hubungan yang erat
antara terbentuknya awan-awan berat yang mengandung hujan
atau butiran-butiran es dan terbentuknya guntur. Yang
pertama sangat dicari orang karena manfaatnya, yang kedua
ditolak orang. Turunnya guntur adalah keputusan Tuhan.
Hubungan antara dua fenomena atmosfir sesuai dengan
pengetahuan tentang listrik atmosfir yang sudah dimiliki
oleh manusia sekarang.

BAYANGAN

Fenomena yang sangat biasa di zaman kita, yaitu bayangan dan
pergeserannya disebutkan dalam ayat-ayat seperti berikut:

Surat 16 ayat 81:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Allah menjadikan bagimu bayangan-bayangan
dari apa yang telah Dia ciptakan."

Surat 16 ayat 48 :
[Tulisan Arab]

Artinya: "Apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu
yang telah diciptakan Allah yang bayangannya
berbolak-balik kekanan dan kekiri dalam keadaan
sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri."

Surat 25 ayat 45 dan 46:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan)
Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayangan-bayangan dan kalau Dia
menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap
bayang-bayang itu. Kami jadikan matahari sebagai
petunjuk atas bayang-bayang itu."

Di luar hal-hal yang menunjukkan tunduknya segala ciptaan
Tuhan termasuk bayangan, kepada penciptanya Yang Maha Kuasa,
dan di samping Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya, ayat-ayat
Qur-an tersebut menyebutkan hubungan antara bayangan dan
matahari. Kita perlu ingat bahwa pada zaman Nabi Muhammad
orang mengira bahwa pergeseran bayangan itu dikondisikan
oleh pergeseran matahari dari Timur ke Barat. Aplikasi
kepercayaan ini adalah jadwal matahari untuk menunjukkan
waktu di antara terbit dan terbenamnya matahari. Di sini
Qur-an membicarakan fenomena "bayangan" tanpa menyebutkan
penjelasan yang diterima orang pada waktu Qur-an diwahyukan;
penjelasan tersebut dapat diterima manusia selama beberapa
abad sesudah Nabi Muhammad. Tetapi sekarang penjelasan
tersebut dirasakan tidak benar. Oleh karena itu Qur-an hanya
membicarakan peran matahari sebagai petunjuk bagi bayangan.

Dengan begitu maka kita rasakan tidak adanya konflik antara
caranya Qur-an menyebutkan bayangan dan apa yang telah
diketahui manusia pada zaman modern ini.

VI. ALAM TUMBUH-TUMBUHAN DAN BINATANG

Dalam fasal ini kita kumpulkan beberapa ayat Qur-an yang
menyebutkan asal kehidupan aspek-aspek tertentu dalam alam
tumbuh-turnbuhan serta persoalan-persoalan umum atau khusus
tentang alam binatang. Dengan mengumpulkan ayat-ayat yang
tersebar di bagian-bagian Qur-an dalam satu pengelompokan
yang rasionil, kita mengharap dapat memberikan ide yang
menyeluruh tentang apa yang disebutkan oleh Qur-an dalam
bermacam-macam soal.

Untuk masalah-masalah dalam fasal ini dan juga dalam fasal
berikutnya, kita harus sangat teliti dalam menyelidiki teks
Qur-an, karena memang terdapat kesulitan yang inheren dalam
mengartikan kalimat (vocabulary). Kesulitan-kesulitan
seperti itu hanya dapat diatasi setelah kita menyelidiki
hasil-hasil penyelidikan ilmiah mengenai persoalan yang kita
hadapi. Konfrontasi dengan Sains modern dalam hal-hal yang
mengenai makhluk hidup yakni tumbuh-tumbuhan, binatang dan
manusia adalah sangat diperlukan untuk mengetahui arti
beberapa ayat Qur-an yang mengenai soal-soal tersebut.

Terdapat beberapa terjemahan beberapa ayat Qur-an yang
dilakukan oleh ahli-ahli sastra ternyata dianggap tidak
tepat oleh ahli Sains. Keadaan yang serupa dirasakan juga
terhadap beberapa buku tafsir yang pengarangnya tidak
memiliki pengetahuan Sains yang sangat perlu untuk memahami
teks Qur-an

A. ASAL MULA KEHIDUPAN

Soal ini selalu menjadi perhatian manusia, baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk makhluk-makhluk hidup
sekelilingnya. Kasus manusia yang munculnya di atas bumi
serta caranya mempunyai keturunan merupakan bahan
perkembangan yang sangat penting, akan dibicarakan dalam
fasal yang akan datang.

Dalam membicarakan asal mula kehidupan secara umum, Qur-an
mengambil sikap yang sangat ringkas dan menyebutkannya dalam
ayat yang mengenai proses pembentukan kosmos yang sudah kita
sajikan dan kita jelaskan.

Surat 21 ayat 30:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya, dan daripada air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup."

Soal asal kehidupan tidak menimbulkan keragu-raguan. Ayat
tersebut dapat berarti bahwa tiap-tiap benda hidup,
diciptakan dari air sebagai bahan baku, atau tiap-tiap benda
hidup berasal dari air. Kedua arti tersebut di atas adalah
sesuai dengan Sains modern yang mengatakan bahwa kehidupan
itu berasal dari air, atau air itu adalah bahan pertama
untuk membentuk sel hidup. Tanpa air tak akan ada kehidupan.
Jika seseorang berbicara tentang adanya kehidupan dalam
suatu planet, lebih dahulu ia bertanya apakah planet itu
mengandung air cukup. Hasil-hasil penyelidikan modern
memungkinkan kita berfikir bahwa benda-benda hidup yang
paling kuno adalah termasuk dalam alam tumbuh-tumbuhan.
Telah diketemukan lumut-lumut yang berasal daripada
tanah-tanah yang tertua yang diketahui manusia. Unsur-unsur
alam binatang muncul kemudian; binatang juga datang dari
lautan.

Yang kita terjemahkan dengan "air" adalah kata bahasa Arab
Maa', yang berarti air hujan, air laut atau benda yang
encer. Dalam arti pertama (air hujan) air merupakan unsur
yang sangat perlu untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan.

Surat 20 ayat 53:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Dan menurunkan dari langit air hujan, maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dan
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam."

Ayat tersebut merupakan ayat yang untuk pertama kali
menyebutkan adanya: pasangan-pasangan dalam alam
tumbuh-tumbuhan; kita akan kembali membicarakan hal ini
nanti.

Dalam arti kedua, yakni Maa' sebagai barang cair tanpa
perincian, kata tersebut dipakai secara tidak diterangkan
lebih lanjut untuk menunjukkan dasar adanya semua binatang.

Surat 24 ayat 45:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan
dari air."

Nanti akan kita ketahui bahwa kata "Maa'" jika dapat berarti
sperma

Dengan begitu maka baik mengenai asal kehidupan pada umunya,
atau unsur yang menyebabkan munculnya tumbuh-tumbuhan di
atas bumi atau asal bibit binatang, semua ayat-ayat Qur-an
yang mengenai asal kehidupan adalah sesuai dengan Sains
modern. Tak ada suatupun yang mendapat tempat dalam Qur-an,
diantara mitos-mitos yang banyak tersiar pada waktu Qur-an
diwahyukan.

B. ALAM TUMBUH-TUMBUHAN

Kita tak dapat menyebutkan disini semua ayat-ayat Qur-an
yang lerlalu banyak, yang menyebutkan rahmat Tuhan, mulai
dengan hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Kita hanya
akan menyebutkan tiga ayat.

Surat 16 ayat 10-11:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dialah yang telah menurunkan air hujan dari
langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan
sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan; yang pada
tempat tumbuhnya kamu menggembalakan ternakmu. Dia
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan,
tanam-tanaman zaitun, kurma, anggur dan segala
macam buah-buahan."

Surat 6 ayat 99:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit,
lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam
tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak dan dari mayang kurma, tangkai-tangkai
yang menjulai, (dan dari air itu) Kami keluarkan
pula kebun anggur, zaitun dan delima yang serupa
dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di
waktu pohonnya berbuah. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang yang berfirman."

Surat 50 ayat 9 - 11:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak
manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dari air itu
pohon-pohon dan biji-biji tanam yang diketam, dan
pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai
mayang yang bersusun-susun untuk menjadi rizki
kepada hamba-hamba Kami. Dan Kami hidupkan dengan
air itu tanah yang mati (kering) seperti itulah
terladinya kebangkitan."

Di samping pemikiran-pemikiran secara umum sebagai tersebut
di atas, Qur-an menambahkan pemikiran-pemikiran lain tentang
aspek-aspek yang lebih khusus.

KESEIMBANGAN DALAM ALAM TUMBUH-TUMBUHAN

Surat 15 ayat 19.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan
padanya gunung, dan Kami tumbuhkan padanya segala
sesuatu menurut ukuran."

PERBEDAAN HASIL TUMBUH-TUMBUHAN

Surat 13 ayat 4:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang
berdampingan dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon korma yarng bercabang
dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang
sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu
atas sebagian yang lain tentang rasa dan
bentuknya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berfikir."

Adanya ayat tersebut di atas menunjukkan keagungan kata-kata
Qur-an dari ayat tersebut tidak menyebutkan kepercayaan pada
waktu Qur-an diwahyukan, akan tetapi menunjukkan
kebenaran-kebenaran pokok.

Ada ayat-ayat lain yang perlu kita perhatikan yaitu
ayat-ayat yang membicarakan reproduksi (perkawinan dan
akibat- akibatnya) dalam alam tumbuh-tumbuhan.

REPRODUKSI TUMBUH-TUMBUHAN

Kita perlu ingat bahwa reproduksi terjadi dalam alam
tumbuh-tumbuhan dengan dua cara sexual dan a sexual.
Sesungguhnya yang dapat kita namakan reproduksi itu hanya
yang terjadi dengan cara sexual, karena reproduksi semacam
itu menunjukkan proses biologi yang bertujuan untuk
melahirkan individu baru yang sama dengan individu yang
melahirkan.

Adapun reproduksi a sexual hanya merupakan pergandaan,
karena reproduksi semacam itu terjadi dengan pembagian
sesuatu organisme. Sesudah organisme itu terpisah, ia
mengalami perkembangan yang akan menjadikannya sama dengan
induknya. Guilliermond dan Mangenot menganggap hal tersebut
sebagai kasus pertumbuhan yang istimewa. Contoh yang sangat
sederhana dapat kita jumpai dalam hal seperti berikut: Satu
cabang daripada sesuatu tumbuh-tumbuhan dipotong, ditanam di
tanah yang cukup mendapat air, cabang itu akan hidup sendiri
dengan timbulnya akar-akar baru. Ada tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai anggauta khusus untuk perkembangan tersebut, ada
pula yang mengeluarkan anggauta baru yang menyesuaikan diri
seperti biji-biji (yang merupakan hasil reproduksi seksual).

Reproduksi sexual daripada tumbuh-tumbuhan terjadi dengan
hubungan antara unsur-unsur jantan dan unsur-unsur betina
yang bersatu di dalam tumbuh-tumbuhan itu sendiri atau
terpisah di tumbuh-tumbuh an lain. Reproduksi sexual itul ah
yang disebutkan dalam Qur-an.

Surat 20 ayat 53:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Yang telah menjadikan bagimu sebagai hamparan
dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu
jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan,
maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dan tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam."

Pasangan adalah terjemahan dan kata bahasa Zauj (jamaknya
Azwaj) yang arti pokoknya sesuatu yang dengan sesuatu
lainnya menjadi sepasang. Kata tersebut juga dipakai untuk
sepatu, kita mengatakan sepasang sepatu.

Surat 22 ayat 5:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami lihat bumi itu kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu
dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah."

Surat 31 ayat 10:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan daripadanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik."

[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan menjadikan padanya (bumi) semua buah-buahan
berpasang-pasangan."

Kita mengetahui bahwa "buah" adalah hasil proses reproduksi
daripada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi yang mempunyai
organisasi (susunan anggauta) yang lengkap dan sangat
kompleks. Tahap sebelum menjadi buah adalah bunga dengan
anggauta jantan (etamine) dan betina (ovules). Ovul ini
setelah menerima "pollen" menghasilkan buah, dan buah itu
sesudah matang menghasilkan biji. Tiap-tiap buah mengandung
arti tentang adanya anggauta jantan dan anggota betina.
Inilah yang dimaksudkan oleh ayat tersebut di atas.

Tetapi kita harus ingat bahwa dalam beberapa pohon, buah
dapat dihasilkan oleh bunga yang tidak dikawin seperti
pisang, beberapa macam ananas, tin (fique), orange dan buah
anggur. Buah tersebut tidak berasal dari pohon yang
mempunyai jenis seks.

Selesainya reproduksi terjadi dengan proses tumbuhnya biji,
setelah terbukanya tutup luar (yang mungkin juga terpadat
dalam biji). Terbukanya tutup luar itu memungkinkan
keluarnya akar yang akan menyerap makanan dari tanah.
Makanan itu perlu untuk tumbuh-tumbuhan yang lambat
pertumbuhannya, yaitu untuk berkembang dan menghasilkan
individu baru.

Suatu ayat memberi isyarat kepada pembenihan ini.

Surat 6 ayat 95
[Tulisan Arab]

Artinya: "Sesungguhnya Allah membelah butit tumbuh-tumbuhan
dan biji buah-buahan."

Qur-an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam
alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam
rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak
ditentukan.

Surat 36 ayat 36:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa
yang mereka tidak ketahui."

Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai
arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi
Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk
di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam
benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik
dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah
untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu
secara gamblang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak
menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.

C. ALAM BINATANG

Dalam Qur-an persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan
alam binatang menjadi sasaran pengkritik yang memerlukan
kita berhadapan dengan Sains mengenai hal-hal tertentu.
Tetapi jika kita tidak menyebutkan ayat yang menyebutkan
unsur-unsur alam binatang dengan maksud supaya manusia
memikirkan nikmat besar yang diberikan Allah kepadanya maka
rasanya kita belum memberikan gambaran yang sempurna tentang
isi Qur-an. Ayat di bawah ini kita sebutkan untuk memberi
gambaran bagaimana Qur-an menyebutkan penyesuaian yang
harmonis antara penciptaan alam dan hajat-hajat manusia,
yakni manusia di desa-desa . Surat 16 ayat 5 s/d 8:

[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Dia telah menciptakan binatang ternak
untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan
dan berbagai-bagai manfaat, dan kamu makan (apa
yang dapat dimakan) daripadanya. Dan kamu
memperoleh pandangan yang indah padanya ketika
kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu
melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia
memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu
tak sanggup sampai kepadanya melainkan dengan
kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri.
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih dan
Penyayang. Dan Dia telah menciptakan kuda, bigal
dan keledai agar kamu menungganginya dan
menjadikannya perhiasan; dan Allah menciptakan apa
yang kamu tidak mengetahuinya."

Di samping pemikiran-pemikiran secara umum, Qur-an
menyebutkan beberapa permasalahan tentang hal-hal yang
bermacam-macam:

reproduksi dalam alam binatang.
adanya masyarakat binatang.
pemikiran tentang lebah, laba-laba dan burung-burung.
permasalahan mengenai asal susu binatang.

1. REPRODUKSI DALAM ALAM BINATANG

Hal ini secara sangat singkat disebutkan dalam ayat 45 dan
46 daripada surat 53:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-
pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani
apabila dipancarkan."

Pasangan adalah kata-kata yang sama yang kita dapatkan dalam
ayat-ayat yang membicarakan reproduksi tumbuh-tumbuhan. Di
sini soal sex ditegaskan. Perincian yang sangat mengagumkan
adalah gambaran yang tepat tentang beberapa tetes zat cair
yang diperlukan untuk reproduksi. Kata yang sama yang
menunjukkan sperma dipakai juga untuk membicarakan
reproduksi manusia dan hal ini akan kita bicarakan dalam
fasal yang akan datang.

2. TENTANG ADANYA MASYARAKAT BINATANG

Surat 6 ayat 38:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi
dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al
Kitab, kemudian kepada Tuhan merekalah, mereka
dihimpunkan."

Beberapa hal dalam ayat tersebut harus kita beri komentar.
Pertama-tarna: nasib binatang-binatang sesudah mati perlu
disebutkan. Dalam hal ini nampaknya Qur-an tidak mengandung
sesuatu doktrin. Kemudian soal taqdir secara umum, yang
kelihatannya menjadi persoalan di sini, dapat difahami
sebagai taqdir mutlak atau taqdir relatif, terbatas pada
struktur atau organisasi fungsional yang mengkondisikan
tindakan (behaviour). Binatang bereaksi kepada fakta luar
yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu.

Menurut Blachere, seorang ahli tafsir kuno seperti Al Razi
berpendapat bahwa ayat ini hanya menunjukkan
tindakan-tindakan instinktif yang dilakukan oleh binatang
untuk memuji Tuhan.

Syekh si Baubekeur "Hamzah" (Sayid Abubakar Hamzah, seorang
ulama Maroko) dalam tafsirnya menulis: "Naluri yang
mendorong makhluk-makhluk untuk berkelompok dan
berreproduksi, untuk hidup bermasyarakat yang menghendaki
agar pekerjaan tiap-tiap anggauta dapat berfaedah untuk
seluruh kelompok."

Cara hidup binatang-binatang itu pada beberapa puluh tahun
terakhir telah dipelajari secara teliti dan kita menjadi
yakin akan adanya masyarakat-masyarakat binatang. Sudah
terang bahwa hasil pekerjaan kolektif telah dapat meyakinkan
orang tentang perlunya organisasi kemasyarakatan. Tetapi
penemuan tentang mekanisme organisasi beberapa macam
binatang baru terjadi dalam waktu yang akhir-akhir ini.
Kasus yang paling banyak diselidiki dan diketahui adalah
kasus lebah. Nama Von Frisch dikaitkan orang dengan
penyelidikan tersebut. Pada tahun 1973 Von Frisch, Lorenz
dan Tinbergenmendapat hadiah Nobel karena penyelidikan
mereka.

3. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TENTANG LEBAH,
LABA-LABA DAN BURUNG-BURUNG

Jika para ahli sistem syaraf ingin memberi contoh tentang
organisasi yang mengatur kelakuan binatang, maka binatang
yang paling sering disebut adalah lebah, laba-laba dan
burung; khususnya burung-burung yang berpindah-pindah. Kita
dapat menguatkan bahwa tiga macam binatang tersebut memberi
contoh yang sangat baik tentang organisasi yang tinggi.

Bahwa Qur-an menyebutkan tiga macam binatang tersebut adalah
sesuai dengan ciri-ciri yang sangat menarik perhatian dari
segi ilmiah mengenai binatang-binatang tersebut.

LEBAH

Lebah ini dalam Qur-an menjadi sasaran komentar yang paling
panjang.

Surat 16 ayat 68-69:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Tuhan mewahyukan kepada lebah:
Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu dan di rumah-rumah yang didirikan
manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu).. Dari perut lebah itu keluar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat-obat yang menyembuhkan
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang
yang memikirkan."

Adalah sukar untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan
mengikuti jalan Tuhan dengan rasa tunduk, kecuali jika kita
memahaminya secara umum. Apa yang dapat kita katakan, sesuai
dengan pengetahuan kita tentang kelakuan binatang-binatang
itu adalah bahwa di sini sebagai juga dalam tiap-tiap kasus
daripada tiga macam binatang yang disebutkan sebagai contoh
dalam Qur-an, suatu penyusunan syaraf yang sangat istimewa
merupakan pendorong atau dasar kelakuannya. Kita mengetahui
umpamanya bahwa dengan menari, lebah dapat mengadakan
perhubungan antara mereka. Dengan perantaraan tarian
tersebut lebah dapat memberi pengarahan kepada lebah lain
atau memberi tahu di mana terdapat bunga yang harus mereka
isap. Pengalaman Von Frisch yang masyhur menunjukkan arti
gerakan lebah ini yang dimaksudkan untuk pertukaran
informasi antara lebah-lebah pekerja.

LABA-LABA

Laba-laba disebutkan dalam Qur-an untuk menekankan keremehan
rumahnya, rumah yang paling tidak tahan apa-apa. Adalah
suatu tempat perlindungan yang sangat lemah, mereka yang
mencari Tuhan selain Allah, begitulah kata-kata Qur-an.

Surat 29 ayat 41.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah, padahal sesungguhnya
rumah yang paling lemak ialah rumah laba-laba
kalau mereka mengetahui."

Sarang laba-laba tersusun dari benang sutra yang dikeluarkan
oleh kelenjar-kelenjar binatang itu, daya tahannya sangat
rendah, dan karena keremehannya orang tak memerlukan
menirunya.

Ahli-ahli alam (natur) mempertanyakan pola pekerjaan yang
luar biasa daripada sel-sel syaraf laba-laba yang
memungkinkannya untuk membikin suatu rajut yang ukurannva
sangat sempurna' Qur-an tidak membicarakan soal ini.

BURUNG-BURUNG

Burung-burung sering disebut dalam Qur-an. Kita dapatkan
dalam hikayat Ibrahim, Yusuf, Dawud, Sulaiman dan Nabi Isa.
Tetapi disebutkannya burung dalam hikayat-hikayat tersebut
tak ada hubungannya dengan pembicaraan kita sekarang ini.

Kita telah menyebutkan ayat yang menyinggung adanya
masyarakat binatang-binatang bumi dan burung-burung.

Surat 6 ayat 38.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi
dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya melainkan umat-umat juga seperti kamu."

Ada dua ayat lainnya yang menonjolkan tunduknya
burung-burung kepada kekuasaan Allah secara total.

Surat 16 ayat 79.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang
dimudahkan terbang di angkasa bebas, tidak ada
yang menahannya selain daripada Allah.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang yang
beriman."

Surat 67 ayat 19.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-
burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya
di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di
udara) selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia
maha Melihat segala sesuatu."

Terjemahan suatu kata dalam dua ayat tersebut di atas adalah
sulit. Terjemahan yang kita muat di sini menunjukkan bahwa
Tuhan itu menguasai burung-burung. Kata kerja bahasa Arab
adalah "amsaka" yang arti dasarnya, memegang.

Kita dapat merasakan hubungan antara ayat-ayat yang
menekankan ke bersandaran kelakuan burung kepada pengaturan
Tuhan dengan hasil-hasil penyelidikan ilmiah yang
menunjukkan kemahiran beberapa jenis burung dalam mengatur
kepindahan mereka dari satu daerah ke daerah vang lain.
Memang hanya adanya program kepindahan yang terdapat dalam
watak sesuatu macam binatanglah yang dapat menjadikan
binatang-binatang itu mengerti trayek yang sukar dan
berbelit-belit bagi burung muda yang tidak punya pengalaman
dan tak punya orang yang menunjukkan jalan, serta dapat pula
kembali pada tanggal yang pasti kepada tempat asal mulanya.

Dalam bukunya, Kekuatan dan Kelemahan (La puissance et la
Fragilite), Professor Hamburger menyebutkan contoh yang
mashur mengenai burung ("multon") di lautan Pasifik dan
pergeserannya dalam jarak 8 sampai 25.000 kilometer. Para
ahli sudah mengakui bahwa petunjuk-petunjuk yang kompleks
untuk perjalanan itu telah tertulis dalam sel syaraf
burung-burung tersebut. Memang hal-hal tersebut sudah
teratur. Tetapi siapa yang mengaturnya.

4. ASAL ZAT-ZAT SUSU BINATANG

Asal zat-zat susu binatang dibicarakan dalam Qur-an dan
sesuai dengan Sains modern (surat 16 ayat 66). Terjemahan
dan tafsiran ayat ini adalah terjemahan dan tafsiran pribadi
pengarang buku ini oleh karena terjemahan-terjemahan
modernpun biasanya memberi ide yang sudah tak dapat diterima
lagi. Umpamanya:

Terjemahan Blachere: "Sesungguhnya kamu dapat pelajaran
dalam binatang-binatangmu. Aku memberi kamu minum dari susu
yang murni dan segar untuk peminum, yang berasal dalam perut
mereka daripada bahan-bahan di antara makanan yang telah
dikunyah dan darah."

Terjemahan Hamidullah: "Sungguh terdapat hal-hal yang perlu
difikirkan dalam ternakmu. Daripada yang terdapat dalam
perut, antara kotoran dan darah. Aku beri minum kepadamu
susu yang murni dan mudah diminum oleh peminumnya."

Ahli-ahli Psikologi yang ditanya mengenai teks tersebut
mengatakan bahwa teks itu kabur, karena tidak sesuai dengan
Sains modern yang paling elementer. Kedua tafsir tersebut di
atas adalah karya orang-orang ahli ke Islaman yang ternama.
Tetapi kita tahu bahwa seorang penterjemah walaupun ia ahli
ke Islaman, dapat saja melakukan kesalahan dalam terjemahan
ilmiah, jika ia tidak menjadi spesialis dalam ilmu yang ia
terjemahkan.

Terjemahan yang sesuai menurut pemikiran saya adalah sebagai
berikut: "Sesungguhnya bagi kamu, dalam binatang ternakmu
terdapat suatu pelajaran. Aku memberi minum kepadamu, dari
zat yang terdapat dalam badan ternak itu dan yang terjadi
karena hubungan antara zat yang ada dalam usus dan darah,
susu murni yang mudah ditelan oleh mereka yang minum."

Tafsiran di atas sangat dekat dengan tafsiran Muntakhab,
cetakan tahun 1973 yang disusun oleh Majlis Tertinggi Urusan
Islam di Cairo dan yang berdasarkan penyelidikan-penyelidik-
an psikologi modern.

Dari segi arti kata, terjemahan yang saya usulkan dapat
diterangkan sebagai berikut. Saya menterjemahkan: "dalam
badan mereka" dan tidak seperti terjemahan Blachere dan
Hamidullah, "dalam perut mereka" oleh karena kata "batn"
berarti juga tengah-tengah dan di dalam sesuatu, di samping
arti "perut." Kata "batn" tidak mempunyai arti anatomi yang
pasti. Jadi terjemahan "di dalam badan binatang" menurut
pendapat saya sesuai dengan konteks.

Soal "asal" zat-zat SUSU diterangkan dengan huruf "min"
(dari) dan soal "hubungan" diterjemahkan dengan huruf
"baina" (antara) sebagai yang terdapat dalam dua terjemahan
lain, tetapi "baina" juga dipakai untuk menunjukkan antara
benda-benda atau antara orang-orang.

Dari segi ilmiah, kita harus ingat kepada pemikiran
psikologis agar dapat mengerti arti ayat tersebut.

Zat-zat yang pokok yang menjamin makanan sesuatu organisme
datang dari transformasi kimia yang terjadi sepanjang
anggauta-anggauta pencernakan, zat-zat itu timbul dari
unsur-unsur yang terdapat dalam usus. Jika unsur-unsur dalam
usus itu sudah sampai waktunya untuk bertransformasi,
unsur-unsur itu menembus kulit-kulit usus dan mengarah ke
alat-alat sirkulasi. Perpindahan ini terjadi dengan dua
cara: cara langsung dengan yang dinamakan "saluran-saluran
Lymphatique" atau cara tidak langsung dengan melalui pintu
sirkulasi yang akan menyampaikan kepada lever (hati) tempat
unsur-unsur itu mengalami perubahan. Dari hati, unsur-unsur
itu menuju ke sirkulasi umum. Dengan cara ini, semua zat
diedarkan dengan peredaran darah.

Unsur-unsur susu itu keluar dari kelenjar-kelenjar penyusuan
yang mendapat bahan dari kunyahan makanan-makanan yang
dibawa oleh darah yang beredar. Jadi darah itu bertindak
sebagai pengumpul dan pembawa bahan-bahan yang berasal dari
makanan untuk dijadikan bahan bagi kelenjar-kelenjar
penyusuan yang menghasilkan susu atau dibawa ke
anggauta-anggauta lain.

Dalam hal ini semuanya bermula dari adanya isi usus dan
dinding usus. Pemikiran yang jitu ini sesuai dengan
hasil-hasil penyelidikan kimia dan psikologi pencernakan.
Hal ini tak diketahui orang pada zaman Nabi Muhammad, dan
hanya baru diketahui pada zaman modern. Adapun peredaran
darah, baru saja diketemukan oleh Halvey, yakni 10 abad
sesudah Qur-an diwahyukan.

Saya berpendapat bahwa adanya ayat-ayat dalam Qur-an yang
mengisyaratkan kepada ide-ide itu tak dapat diberi
penjelasan manusiawi mengingat bahwa ide-ide itu terbentuk
pada zaman modern.


VII. REPRODUKSI MANUSIA

Reproduksi merupakan suatu masalah yang dibahas manusia.
Dari permulaan dan juga dalam perincian-perinciannya
pembahasan itu mengandung konsepsi yang salah. Pada abad
pertengahan dan sampai periode yang belum begitu lama, mitos
dan khayal meliputi soal reproduksi. Hal tersebut memang
wajar, oleh karena untuk memahami mekanisme reproduksi yang
kompleks, orang harus tahu anatomi, harus telah menemukan
mikroskop dan harus sudah ada ilmu-ilmu fundamental yang
menjadi sumber fisiologi, embriyologi, obstetrik dan
lain-lain.

Qur-an berlainan dengan itu semua. Ia menyebutkan
tempat-tempat mekanisme yang tepat dan menyebutkan
tahap-tahap yang pasti dalam reproduksi, tanpa memberi bahan
yang keliru sedikit jua pun. Semuanya diterangkan secara
sederhana dan mudah difahami oleh semua orang serta sangat
sesuai dengan hal-hal yang ditemukan Sains pada kemudian
hari.

Reproduksi disebutkan dalam beberapa puluh ayat, tak pakai
urutan yang jelas, tetapi dengan beberapa penjelasan
mengenai soal-soal khusus. Untuk mendapatkan ide yang
menyeluruh, ayat-ayat tersebut perlu dikelompok-kelompokkan,
setelah dikelompokkan sebagai dalam hal yang sudah kita
bicarakan, komentar akan jadi lebih mudah.

PERINGATAN TENTANG IDE TERTENTU

Adalah sangat perlu untuk mengingatkan kepada ide-ide yang
tidak diketahui manusia ketika Qur-an diwahyukan.

Reproduksi manusia terjadi melalui proses-proses yang umum
bagi binatang yang menyusui. Pada permulaannya terjadi
pembuahan (fecondation) dalam rahim. Ada suatu ovule yang
memisahkan diri dan ovarium di tengah-tengah siklus
menstruasi. Yang menyebabkan pembuahan adalah sperma lelaki,
atau lebih tepat lagi spermatozoide, karena satu sel benih
sudah cukup; satu kadar yang sangat sedikit dari sperma
mengandung spermatozoide sejumlah puluhan juta. Cairan itu
dihasilkan oleh kelenjar lelaki dan disimpan untuk sementara
dalam ruangan dan saluran yang bermuara ke jalan air
kencing. Ada kelenjar tambahan yang bertebaran sepanjang
saluran sperma, dan menambah zat pelumas kepada sperma,
tetapi zat itu tidak mengandung unsur pembuahan.

Telor yang dibuahi semacam itu menetap pada suatu titik
tertentu dalam rahim wanita. Telor itu turun sampai ke rahim
dan menetap di sana dengan berpegangan dengan zat liat dan
dengan otot sesudah tersusunnya placenta. Jika telur yang
sudah dibuahi itu menetap di (tempat lain) dan tidak di
uterus, kehamilan akan terganggu.

Jika embriyo sudah dapat dilihat oleh mata biasa, embriyo
tersebut terlihat sebagai sepotong daging yang di dalamnya
bentuk manusia belum nampak. Bentuk manusia terjadi secara
bertahap dan menimbulkan tulang-tulang serta perlengkapan
lainnya seperti otot, sistem syaraf, sistem sirkulasi,
pembuluh-pembuluh dan lain-lain.

Inilah catatan-catatan yang dapat kita gunakan sebagai bahan
perbandingan dengan apa yang dapat dibaca dalam Qur-an
tentang reproduksi.

REPRODUKSI MANUSIA DALAM QUR-AN (1/2)

Adalah tidak mudah untuk mendapatkan ide reproduksi dalam
Qur-an. Kesulitan pertama adalah ayat-ayat yang mengenai
soal ini tersebar di seluruh Qur-an seperti yang kita lihat
dalam soal-soal lain. Tetapi soal ini tidak merupakan
kesulitan besar. Yang dapat menyesatkan seorang penyelidik
adalah soal arti kata (vocabulary).

Pada waktu sekarang terdapat terjemahan-terjemahan dan
tafsiran tentang beberapa ayat yang memberi gambaran salah
tentang wahyu Qur-an mengenai hal-hal ilmiah. Kebanyakan
terjemahan Qur-an menyebutkan pembentukan manusia mulai
dengan "segumpal darah" dan adherence (rangkaian).
Penjelasan semacam itu sangat tak dapat diterima oleh
seorang spesialis. Manusia bukan begitu asal mulanya. Dalam
ayat-ayat yang membicarakan menetapnya telur dalam uterus
(rahim) wanita, kita akan melihat kesalahan ahli-ahli ke
Islaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah.

Keadaan semacam tersebut meyakinkan kita akan pentingnya
perpaduan antara pengetahuan bahasa dan pengetahuan ilmiah
agar dapat mengerti makna ayat Qur-an yang membicarakan
reproduksi.

Pertama Qur-an menandaskan transformasi terus menerus yang
dialami oleh embriyo dalam uterus (rahim) si ibu.

Surat 82 ayat 6 dan 7.
[Tulisan Arab]


Artinya: "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan
tubuh)mu seimbang.

Surat 71 ayat 1 14
[Tulisan Arab]


Artinya: "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu
dalam beberapa tingkatan kejadian."

Di samping pernyataan yang sangat umum, teks Qur-an menarik
perhatian kita mengenai soal-soal teks reproduksi, yang
dapat kita kelompokkan sebagai benkut:

1) Pembuahan (fecondation) terjadi karena kadar
yang sangat sedikit daripada cair.
2) Watak dan zat cair yang membuahi.
3) Menetapnya telor yang sudah dibuahi.
4) Perkembangan embnyo.

1. PEMBUAHAN TERJADI KARENA KADAR
YANG SANGAT SEDIKIT DARIPADA CAIR

Qur-an menyebutkan soal ini sebelas kali dengan memakai
kata-kata yang kita dapatkan dalam surat 16 ayat 4.

[Tulisan Arab]

Artinya: "Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba
ia menjadi pembantah yang nyata."

Kita harus menterjemahkan kata bahasa Arab Nutfah dengan
kata "setetes sperma," kecuali jika nanti ada kata bahasa
Prancis yang lebih cocok. Perlu diterangkan bahwa "Nutfah"
berasal dan akar kata yang berarti: mengalir; kata tersebut
dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadah,
sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan
setetes kecil, dan di sini berarti setetes air sperma,
karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setetes itu adalah
setetes sperma.

Surat 75 ayat 37.
[Tulisan Arab]


Artinya: "Bukankah ia dahulu sctetes mani yangditumpahkan?"

Kata bahasa Arab Maniy berarti Sperma.

Suatu ayat lain menunjukkan bahwa setetes air itu ditaruh di
tempat yang tetap (Qarar) yang berarti alat kelamin.

Surat 23 ayat 13.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)."

Perlu ditambahkan di sini bahwa kata sifat "makin" tak dapat
saya terjemahkan dalam bahasa Perancis. Kata tersebut
menunjukkan tempat yang terhormat, tinggi dan kokoh.
Bagaimanapun, maksudnya adalah tempat membesarnya manusia
dalam organisme ibu. Tetapi yang lebih penting ialah bahwa
ide tentang setitik cair yang diperlukan untuk pembuahan,
sesuai tepat dengan Sains yang kita ketahui sekarang.

2. WATAK ZAT CAIR YANG MEMBUAHI

Qur-an menyebutkan cair yang memungkinkan pembuahan dengan
sifat-sifat yang perlu kita selidiki.

a. Sperma, seperti yang baru saja kita
terangkan (surat 75 ayat 37).

b. Cairan terpancar, (surat 86 ayat 6).
[Tulisan Arab]

Artinya: "Ia diciptakan dari air yang terpancar."

c. Cairan yang hina (surat 77 ayat 20).
[Tulisan Arab]


Artinya: "Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina."

Sifat "hina" (mahin) dapat diartikan, bukannya sifatnya
cairan itu sendiri, akan tetapi karena hubungannya dengan
fakta bahwa cairan itu dikeluarkan dari tempat keluarnya air
kencing dan memakai saluran yang dilewati air kencing.

d. Camparan atau dicampur (amsyaj).

Surat 76 ayat 2:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Sesunggahnya Kami telah menciptakan manusia
dan setetes mani yang bercampur ..."

Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah mengira bahwa campuran
itu adalah campuran unsur lelaki. Begitu juga ahli-ahli
tafsir kuno yang tidak memiliki ide sedikitpun tentang
fisiologi pembuahan, khususnya kondisi-kondisi biologi
wanita-wanita. Mereka itu mengira bahwa kata "campuran"
hanya menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita.

Tetapi ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang
diterbitkan oleh Majlis Tertinggi Soal-soal Islam di Cairo
mengoreksi cara para ahli tafsir kuno dan menerangkan bahwa
setetes sperma mengandung banyak unsur-unsur. Ahli-ahli
tafsir Muntakhab tidak memberikan perincian tetapi saya rasa
keterangannya sangat tepat.

Apakah unsur-unsur sperma yang bermacam-macam itu? Cairan
sperma dibikin oleh pengeluaran-pengeluaran bermacam-macam
yang berasal dari kelenjar-kelenjar seperti berikut :

a) Testicule, pengeluaran kelenjar kelamin lelaki yang
mengandung spermatozoide yakni sel panjang yang berekor dan
berenang dalam cairan serolite

b) Kantong-kantong benih (vesicules seminates); organ ini
merupakan tempat menyimpan spermatozoide, tempatnya dekat
prostrate, organ ini juga mengeluarkan cairan tetapi cairan
itu tidak membuahi.

c) Prostrate, mengeluarkan cairan yang memberi sifat krem
serta bau khusus kepada sperma.

d) Kelenjar yang tertempel kepada jalan air kencing.
Kelenjar Cooper atau Mery mengeluarkan cairan yang melekat,
dan kelenjar Lettre mengeluarkan semacam lendir.

Itulah unsur-unsur campuran yang tersebut dalam Qur-an.

Tetapi ada lagi suatu hal yang penting. Jika Qur-an
berbicara tentang cairan yang membuahi dan yang terdiri dari
bermacam-macam unsur, ia memberi tahu kepada kita bahwa
terjadinya manusia adalah karena sesuatu yang dapat
dikeluarkan dari cairan tersebut. Ini adalah arti surat 32
ayat 8.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati
air yang hina (air mani)."

Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai sari
(Quint essence) berarti suatu bahan yang dikeluarkan atau
keluar dari bahan lain dan merupakan bagian yang terbaik
daripada bahan itu. Bagaimanapun cara menterjemahkannya,
maksudnya adalah satu bagian daripada suatu keseluruhan.

Yang menyebabkan pembuahan telor atau memungkinkan
reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000
(sepersepuluh ribu) milimeter. Satu daripada beberapa juta
sel yang dikeluarkan oleh manusia dalam keadaan normal dapat
masuk dalam telor wanita (ovule). Sejumlah yang sangat besar
tetap dijalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari
kelamin wanita sampai ke telor (ovule) di dalam rendahan
rahim (uterus dan trompe). Dengan begitu maka hanya bagian
sangat kecil daripada cairan yang menunjukkan aktivitas
sangat komplit.

Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian antara teks
Qur-an dengan pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang.
3. NIDASI TELOR LELAKI DALAM RAHIM

Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di
dalam rendahan (cavite) Rahim (uterus). Inilah yang
dinamakan "bersarangnya telur."

Qur-an menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim
(kata jamaknya Arham).

Surat 22 ayat 5.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan."

Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya
(villis) yakni perpanjangan telor yang akan mengisap dari
dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor,
seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan
semacam ini mengokohkan telor dalam Rahim. Pengetahuan
tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman tnodern.

Pelekatan ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua
ayat pertama daripada surat 96 ayat 2.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat."

"Sesuatu yang melekat" adalah terjemahan kata bahasa Arab:
'alaq. Ini adalah arti yang pokok. Arti lain adalah
"gumpalan darah" yang sering disebutkan dalam terjemahan
Qur-an. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi.
Manusia tidak pernah melewati tahap "gumpalan darah." Ada
lagi terjemahan 'alaq dengan "lekatan" (adherence) yang juga
merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yakni "sesuatu
yang melekat" sesuai sekali dengan penemuan Sains modern.

Ide tentang "sesuatu yang melekat" disebutkan dalam 4 ayat
lain yang membicarakan transformasi urut-urutan semenjak
tahap "setetes sperma" sampai sempurna.

Surat 22 ayat 5 .
[Tulisan Arab]

Artinya: "Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dan kabur) maka (ketahuilah)
bahwasanya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, (sesuatu yang melekat) kemudian dari
segumpal daging yang sempurna keadaannya dan yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu."

Surat 23 ayat 4:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah
(sesuatu yang melekat)."

Surat 40 ayat 67.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dialah yang menciptakan kamu dan tanah,
kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dan
segumpal darah (sesuatu yang melekat)."

Surat 75 ayat 31. -38.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan
(kedalam rahim). Kemudian mani itu menjadi
segumpal darah (sesuatu yang melekat) lalu Allah
menciptakannya dan menyempurnakannya."

Anggauta tempat "mengandung" itu terjadi, selalu disebutkan
dalam Qur-an dengan kata yang berarti uterus.

Dan beberapa surat, tempat itu dinamakan "Tempat menetap
yang kokoh." (surat 23 ayat 13 yang pernah kita sebutkan dan
surat 77 ayat 21.18

4. PERKEMBANGAN EMBRIYO DIDALAM PERANAKAN

Hal-hal yang disebutkan oleh Qur-an sesuai dengan apa yang
diketahui manusia tentang tahap-tahap perkembangan embryo
dan tidak mengandung hal-hal yang dapat dikritik oleh Sains
modern.

Setelah "sesuatu yang melekat," yaitu kata-kata yang telah
kita lihat kebenarannya, Qur-an mengatakan bahwa embriyo
melalui tahap: daging (seperti daging yang dikunyah),
kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging
(diterangkan dengan kata lain yang berarti daging segar).

Surat 23 ayat 14.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan sesuatu yang
melekat dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah
Allah, Pencipta yang paling baik."

Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa
Arab mudlghah; daging (seperti daging segar) adalah
terjemahan lahm Perbedaan perlu digaris bawahi, embriyo pada
permulaannya merupakan benda yang nampak kepada mata biasa
(tanpa alat), dalam tahap tertentu daripada perkembangannya,
sebagai daging dikunyah. Sistem tulang, berkembang pada
benda tersebut dalam yang dinamakan "mesenhyme." Tulang yang
sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot, inilah yang
dimaksudkan dengan "lahm. "

Dalam perkembangan embriyo, ada beberapa bagian yang muncul,
yang tidak seimbang proporsinya dengan yang akan menjadi
manusia nanti, sedang bagian-bagian lain tetap seimbang.

Bukankah arti kata bahasa Arab "mukhallaq" yang berarti
"dibentuk dengan proporsi seimbang" dan dipakai dalam ayat 5
surat 22, disebutkan untuk menunjukkan fenomena ini?

Qur-an juga menyebutkan munculnya pancaindera dan hati
(perasaan, af-idah)

Surat 32 ayat 9.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke
dalam tubuhnya roh (ciptaan)Nya, dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati."

Qur-an juga menyebutkan terbentuknya seks:

Surat 53 ayat 45-46.
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-
pasangan laki-laki dan perempuan, dan air mani
apabila dipancarkan."

Terbentuknya seks juga disebutkan dalam surat 35 ayat 11 dan
surat 75 ayat 39.

Semua pernyataan-pernyataan Qur-an harus dibandingkan dengan
hasil-hasil Sains modern; persesuaian di antara kedua hal
tersebut sangat jelas. Tetapi juga sangat perlu untuk
membandingkannya dengan kepercayaan-kepercayaan umum yang
tersiar pada waktu Qur-an, agar kita mengetahui bahwa
manusia pada waktu itu tidak mempunyai konsepsi seperti yang
diuraikan oleh Qur-an mengenai problema-problema tertentu.
Mereka itu tidak dapat menafsirkan Qur-an seperti yang kita
lakukan sekarang setelah hasil Sains modern membantu kita.
Sesungguhnya hanya baru pada abad XIX, manusia mempunyai
pandangan yang jelas tentang hal-hal tersebut.

Selama abad pertengahan mitos dan spekulasi tanpa dasar
merupakan sumber daripada doktrin yang bermacam-macam, yang
tetap dianut orang setelah abad pertengahan selesai. Banyak
orang tidak tahu bahwa tahap fundamental dalam sejarah
embryologi adalah pernyataan Harvey pada th. 1651 bahwa:
"Semua yang hidup itu berasal dari telor."

Juga banyak orang tidak tahu bahwa embriyo itu terbentuk
sedikit demi sedikit, sebagian demi sebagian. Tetapi pada
waktu ilmu pengetahuan baru telah mendapat bantuan dari
penemuan baru yaitu mikroskop untuk menyelidiki soal-soal
kita ini, masih terdapat banyak orang yang membicarakan
peran telur spermatozoide. Seorang naturalis, yaitu Buffon
termasuk golongan ovist (yaitu golongan yang menganut teori
pengkotakan). Bonnet salah seorang penganut teori tersebut
mengatakan bahwa telor Hawa, ibu dari jenis manusia,
mengandung segala bibit jenis manusia, yang disimpan dalam
pengkotakan, yang satu didalam yang lainnya. Hipotesa
semacam ini masih diterima orang pada abad XVIII.

Lebih seribu tahun sebelum zaman tersebut, di mana
doktrin-doktrin khayalan masih mendapat pengikut, manusia
sudah diberi Qur-an oleh Tuhan. Pernyataan-pernyataan Qur-an
mengenai reproduksi manusia menjelaskan hal-hal yang pokok
dengan istilah-istilah sederhana yang manusia memerlukan
berabad-abad untuk menemukannya.

QUR-AN DAN PENDIDIKAN SEKS

Zaman kita ini mengira telah mencapai penemuan-penemuan baru
dalam segala bidang. Orang berpendapat bahwa kita telah
memperbarui pendidikan seks, dan mengira bahwa disajikannya
pengetahuan tentang soal-soal kehidupan adalah hasil alam
modern, dan bahwa abad-abad yang telah lampau merupakan abad
obscurantisme yang disebabkan oleh agama (tanpa dijelaskan
agama apa).

Tetapi apa yang telah kita katakan dalam fasal-fasal buku
ini menunjukkan bahwa semenjak 14 abad, soal-soal teoritis
tentang reproduksi manusia telah disajikan untuk diketahui
manusia, dalam batas-batas kemungkinan karena pada waktu itu
manusia belum memiliki pengetahuan anatomik dan fisiologi
yang memungkinkan perkembangan lebih lanjut; untuk penyajian
itu diperlukan bahasa yang sederhana yang sesuai dengan
kemampuan pemahaman orang-orang yang mendengarkan tuntunan
Qur-an.

Aspek-aspek praktis juga tidak ditinggalkan. Dalam Qur-an
kita dapatkan perincian-perincian tentang kehidupan praktis,
tentang tindakan yang harus dilakukan oleh manusia dalam
peristiwa-peristiwa bermacam-macam dalam hidupnya. Kehidupan
seks juga tidak dikecualikan. Dua ayat Qur-an membicarakan
hubungan seks. Hubungan seks itu disebutkan dengan kata-kata
yang mencakup: penjelasan tetapi dalam batas tata susila
yang diperlukan. Jika kita membaca terjemahan dan tafsiran
ayat-ayat itu, kita dapatkan perbedaan yang besar
didalamnya. Saya ragu untuk menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Saya berhutang budi kepada Doktor A.K. Geraud, bekas guru
besar Fakultas Kedokteran di Beirut.

Surat 86 ayat 6 dan 7:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Maka henaklah manusia memperhatikan dan apa ia
diciptakan. Dia diciptakan dari air yang
terpancar, yang keluar diantara bagian seksual
daripada laki-laki dan perempuan."

Daerah seks dalam badan manusia lelaki dinamakan dalam
Qur-an "sulb" (kata satu). Daerah seks dalam badan wanita
disebut "taraib" (kata jamak).

Yang tersebut di atas itu adalah terjemahan yang paling
tepat. Terjemahan itu berbeda dengan terjemahan yang
dilakukan oleh pengarang-pengarang Inggeris dan Perancis;
umpamanya: "manusia itu diciptakan daripada cairan yang
memancar yang keluar dari tulang punggung dan tulang-tulang
dada." Yang tersebut itu lebih merupakan interpretasi
daripada merupakan suatu terjemahan; disamping itu memang
sukar difahami. Kelakuan manusia dalam hubungan seks dengan
istrinya dalam bermacam-macam peristiwa juga diterangkan.

Mula-mula tuntunan untuk masa haid (menstruasi). Hal ini
diberikan dalam surat-surat ayat 222, 223:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah
haid itu adalah kotoran. Oleh karena itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid.
Janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka
suci. Bila mereka telah suci maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan,
sesungguhnya Allah menyukai orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Istrimu
adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,
maka datangilah tempat bercocok tanammu itu
bagaimans saja kamu kehendaki Dan kerjakanlah
amal-amal yang baik untuk dirimu."

Permulaan paragraf tersebut mempunyai arti yang jelas:
larangan bersetubuh dengan wanita yang sedang haid adalah
mutlak. Ayat kedua menunjukkan tindakan lelaki yang
mendahului menempatkan bibit yang akan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan baru. Di sini secara tidak langsung
ditekankan bahwa tujuan hubungan seks adalah untuk
mendapatkan keturunan. Terjemahan kalimat terakhir adalah
terjemahan Prof. R. Blachere. Kalimat terakhir itu nampaknya
menunjukkan tindakan pendahuluan untuk hubungan seks.19

Tuntunan yang diberikan di sini adalah bersifat umum.
Berhubung dengan ayat-ayat ini ada yang memajukan
pertanyaan, tentang contraceptique (K.B.). Dalam hal ini
Qur-an tidak memberi jawaban. Di sini atau di lain tempat.

Pengguguran juga tidak disebutkan akan tetapi ayat-ayat
banyak yang kita sebutkan di atas tentang transformasi yang
berurutan sudah cukup jelas untuk menganggap bahwa manusia
itu telah terbentuk dari semenjak ia dalam keadaan "sesuatu
yang melekat." Dalam kondisi ini rasa hormat yang mutlak
bagi manusia yang sering ditekankan oleh Qur-an, mendorong
kita untuk menghukum tindakan pengguguran secara total.
Pendirian semacam ini juga pendirian agama-agama monoteis
sekarang.

Hubungan seks diizinkan pada malam hari dalam bulan
Ramadlan; ayat tentang ini adalah Surat 2 ayat 187:

[Tulisan Arab]

Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa
bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu
pakaian bagimu dan kamupun pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu
dan memberi keringanan bagimu. Maka sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang ditetapkan
Allah untukmu."

Tetapi mengenai mereka yang melakukan ibadah haji di Mekah;
tak ada kekecualian pada waktu hari mulia itu.

Surat 2 ayat 1971:
[Tulisan Arab]


Artinya: "Maka barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh
rafath (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan
birahi yang tidak senonoh, atau bersetubuh)
berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji."

Larangan hubungan seks pada waktu haji itu mutlak, sebagai
mana larangan-larangan lainnya seperti memburu dan
bercekcok.

Menstruasi juga disebutkan dalam Qur-an berhubungan dengan
perceraian:

Surat 65 ayat 19:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Dan perempuan-perempuan yang putus masa dari haid
di antara perempuan-perempuanmu. Jika kamu
ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah
mereka adalah tiga bulan; begitu pula perempaan
yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang
hamil waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya."

Waktu menunggu (iddah) yang dibicarakan di sini adalah waktu
yang lalu antara pengumuman cerai dengan permulaan
perceraian itu berlaku (menjadi efektif). Wanita yang
dikatakan "putus masa daripada haid" ialah wanita yang sudah
mencapai ketingkatan (menopause). Bagi mereka, untuk
kebijaksanaan, waktu tiga bulan diperlukan antara pengumuman
talak dan berlakunya. Setelah waktu itu berlalu, mereka
boleh kawin lagi.

Bagi wanita yang belum haid; iddahnya juga tiga bulan.

Bagi wanita yang hamil, talak itu menjadi efektif hanya pada
waktu ia telah melahirkan.

Segala peraturan ini adalah sesuai dengan penyelidikan-
penyelidikan fisiologi. Di samping itu, kita dapatkan juga
dalam Qur-an ayat-ayat yang mengatur janda; ayat-ayat itu
mengandung hukum-hukum.

Dengan begitu maka mengenai pernyataan teoritis tentang
reproduksi, dan mengenai tuntunan-tuntunan praktis tentang
kehidupan seks antar suami isteri, kita dapatkan bahwa tak
ada sesuatu hal yang disebutkan dalam persoalan ini,
bertentangan dengan hasil penyelidikan Sains modern atau
akibat-akibatnya yang mungkin timbul kemudian.

HIKAYAT DALAM QUR-AN & BIBEL

I. TINJAUAN UMUM

Kita mendapatkan dalam Qur-an banyak soal-soal penting yang
sudah dibicarakan dalam Bibel, soal-soal penting itu ialah
pertama: hikayat Nabi-nabi Nuh, Ibrahim, Yusuf, Ilyas,
Yunus, Ayub, Musa, Raja-raja Israil, Saul, Dawud dan
Sulaiman. Kita hanya menyebutkan hikayat yang
penting-penting dan yang terdapat dalam Qur-an dan Injil,
dan kita menjauhkan riwayat kutipan. Kemudian
hikayat-hikayat kejadian yang besar yang mengandung campur
tangan Ilahi seperti penciptaan langit dan bumi, penciptaan
manusia. Banjir Nabi Nuh, keluaran dari Mesir yang dipimpin
oleh Musa. Kemudian segala yang ada hubungannya dengan Isa
dan ibunya Maryam yaitu yang tersebut dalam Perjanjian Baru.

Dapatkah persoalan-persoalan yang disebutkan oleh Quran dan
Injil mencetuskan pemikiran-pemikiran yang ada hubungannya
dengan Sains modern yang terdapat di luar kitab suci?

PARALEL QUR-AN/INJIL DAN PENGETAHUAN MODERN

Mengenai paralel Qur-an/Injil, pertama: perlu diterangkan
bahwa soal-soal dalam Injil yang menimbulkan kritik daripada
segi Sains --dan yang telah dibicarakan dalam bagian kedua
daripada buku ini-- tak ada suatu pun yang terdapat dalam
Qur-an.

Yesus (Nabi Isa) merupakan suatu masalah yang sangat sering
disebut dalam Qur-an, umpamanya berita tentang lahirnya

Maryam yang diberikan Tuhan kepada bapak Maryam, berita
tentang kelahiran Isa yang ajaib yang disampaikan kepada
Maryam, watak daripada Yesus, Nabi yang ditempatkan dalam
tingkat pertama, sifatnya sebagai Messia (juru selamat),
wahyu yang ia sampaikan kepada manusia dan berisi penguatan
serta perubahan terhadap Taurah, nasehat-nasehatnya,
murid-muridnya, para Rasul, mukjizat-mukjizat, kenaikannya
ke langit di samping Tuhan, peranannya dalam hari hukuman
dan lain-lain.

Surat 3 dan Surat 19 (yang dinamakan surat Maryam memuat
ayat-ayat panjang tentang keluarga Nabi Isa. Ayat-ayat itu
menceritakan kelahiran ibunya, Maryam, masa remajanya
Maryam, serta diberitahukannya tentang kelahiran Yesus yang
ajaib. Yesus selalu disebut: Isa anak Maryam. Silsilah
keturunannya diberikan melewati ibunya; ini adalah logis,
karena Yesus tidak mempunyai bapak biologis. Di sini Qur-an
berbeda dengan Injil Matius dan Injil Lukas, yang memberi
silsilah keturunan melewati bapaknya; seperti yang sudah
kita terangkan di lain tempat. Keterangan Injil Matius dan
Injil Lukas mengenai silsilah keturunan ini juga berbeda.

Dengan silsilah keturunan melewati ibu, Yesus telah
ditempatkan oleh Qur-an dalam garis Nabi Nuh, Ibrahim dan
bapak Maryam sendiri (dalam Qur-an, namanya Imran).

Surat 3 ayat 33 dan 34:
[Tulisan Arab]

Artinya: "Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi
segala umat, yaitu satu keturunan yang sebagiannya
(turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar
dan Maha Mengetahui."

Dengan begitu maka Yesus adalah keturunan Nuh dan Adam, dari
segi ibunya, Maryam. Bapa Maryam adalah Imran. Kekeliruan
nama-nama mengenai silsilah keturunan Yesus yang terdapat
dalam Injil, kemustahilan silsilah keturunan Yesus dalam
Perjanjian Lama mengenai Ibrahim, yaitu hal yang sudah kita
bicarakan dalam bagian pertama dan kedua daripada buku ini
tidak terdapat dalam Qur-an.

Saya menyebutkan hal-hal tersebut terdorong oleh sikap
obyektif. Sikap obyektif ini penting sekali kita perhatikan
untuk menghadapi dakwaan-dakwaan yang tidak mempunyai dasar
yang mengatakan bahwa Muhammad itu adalah pengarang Qur-an,
dan dia telah menjiplak banyak daripada Bibel. Kita
bertanya: argumentasi apa yang mendorong Muhammad untuk
menjiplak Injil dalam silsilah keturunan Yesus dan
memasukkan dalam Qur-an koreksi-koreksi, yang menempatkan
Qur-an di luar kritik Sains modern, padahal teks Injil dan
teks Perjanjian Lama tak dapat diterima oleh ilmu
pengetahuan.

PARALEL QUR-AN/PERJANJIAN LAMA DAN PENGETAHUAN MODERN

Mengenai Perjanjian Lama, aspek-aspek tertentu mengenai
paralel ini sudah kita bicarakan. Riwayat penciptaan kosmos
menurut Bibel merupakan bahan penyelidikan kritik dalam
bagian yang membicarakan Perjanjian Lama. Hal yang sama
telah dibicarakan menurut versi Qur-an. Perbandingan antara
riwayat Injil dan Qur-an sudah dilakukan sehingga kita tidak
perlu mengulanginya.

Pengetahuan sejarah adalah sangat kabur dan penemuan-
penemuan arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan
penyelidikan menurut pengetahuan modern mengenai sejarah
raja-raja Israil yang disebutkan dalam Qur-an dan Bibel.

Adapun tentang Nabi-nabi, kita mungkin dapat atau mungkin
tak dapat mencocokkan problema-problemanya dengan Sains
modern. Hal ini tergantung kepada keadaan; apakah
kejadian-kejadian yang diriwayatkan dalam Bibel dan Qur-an
itu terjadi dalam suatu sejarah yang meninggalkan
bekas-bekas yang dapat kita lihat pada waktu-waktu ini atau
tidak.

Ada dua hal yang menjadi pokok riwayat dalam Bibel dan
Qur-an. Dua hal tersebut penting dan dapat diselidiki dengan
mempergunakan ilmu pengetahuan sekarang, yaitu soal Banjir
Nabi Nuh dan soal exodus atau keluarnya Bani Israil dari
Mesir di bawah pimpinan Musa.

Mengenai Banjir Nabi Nuh, oleh karena sejarah peradaban
tidak meninggalkan bekas-bekas yang sesuai dengan riwayat
Bibel; sebaliknya Sains modern tidak menimbulkan kritik
terhadap riwayat Qur-an.

Mengenai exodus, oleh karena riwayat Qur-an dan riwayat
Bibel nampak saling menyempurnakan dan karena pengetahuan
modern memperkuatkannya dengan peninggalan sejarah yang
penting.


HIKAYAT DALAM QUR-AN & BIBEL

III. EXODUS MUSA

Dengan keluarnya Musa dan pengikut-pengikutnya dari Mesir
sebagai satu tahap untuk menetap di Kan'an, kita memasuki
suatu kejadian yang sangat penting, kejadian sejarah
tertentu dalam konteks tertentu, walaupun kita jumpai banyak
riwayat disana-sini yang ingin menggambarkannya sebagai
suatu legenda.

Dalam Perjanjian Lama, kitab Keluaran dengan riwayat
perjalanan di Sahara setelah keluar dari Mesir dan riwayat
perjanjian dengan Tuhan yang diadakan di gunung Sinai, semua
itu merupakan kitab kedua daripada Pentateuque (Taurat).
Qur-an juga memberikan tempat yang sangat besar bagi sejarah
Keluaran ini. Hikayat tentang hubungan antara Musa dan
saudaranya Harun dengan Fir'aun serta hikayat keluarnya dari
Mesir, terdapat dalam Qur-an dalam 10 surat dengan hikayat
yang panjang seperti Surat 7, 10, 20 dan 26 atau dalam
hikayat-hikayat yang lebih ringkas bahkan terdapat juga
dalam peringatan-peringatan yang sederhana nama Fir'aun,
pribadi pokok daripada pihak Mesir, terulang 74 kali dalam
Qur-an dalam 27 surat.

Penyelidikan mengenai dua riwayat, riwayat Injil dan riwayat
Qur-an merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena dua
riwayat itu pada dasarnya saling melengkapi, dan tidak
mengandung pertentangan seperti dalam riwayat Banjir. Memang
ada perbedaan, akan tetapi riwayat Bibel mempunyai arti
sejarah yang sangat besar, sebagai nanti kita akan
mengetahuinya, oleh karena riwayat itu mengarah untuk
menetapkan identifikasi Fir'aun atau lebih tepat lagi dua
Fir'aun yang tersangkut, dan dengan hipotesa Bibel sebagai
titik tolak. Qur-an membawakan informasi tambahan kepada dua
sumber kitab suci, dan ditambahkan pula hasil penyelidikan
modern kepada Egyptologi. Dengan bahan modern Egyptologi,
Bibel dengan ilmu pengetahuan modern mengadakan konfrontasi
dengan Qur-an dan berhasil menempatkan hikayat Kitab Suci
dalam konteks sejarah.

EXODUS MENURUT BIBEL

Riwayat Bibel bermula dengan menyebutkan masuknya orang
Yahudi ke Mesir bersama Ya'kub untuk mengikuti Yusuf.
Kemudian datang seorang Raja baru yang tidak mengenal Yusuf,
(Keluaran 1, 8). Ini adalah periode penindasan: pada waktu
itu Fir'aun memaksa orang-orang Yahudi untuk mendirikan
kota-kota yang dinamakan oleh Bibel kota Pitom dan kota
Ramses. Untuk mencegah tambahan penduduk Yahudi, Fir'aun
memerintahkan semua bayi Yahudi laki-laki dibuang ke sungai:
Musa dapat dipelihara ibunya selama tiga bulan sesudah
lahirnya, tetapi akhirnya si ibu memutuskan untuk
memasukkannya dalam suatu keranjang di pinggir sungai Nil.
Anak perempuan Fir'aun menemukannya dan mencarikannya
seorang pengasuh yang tidak lain adalah ibunya sendiri, oleh
karena saudara perempuan Musa yang mencari jejak, siapa yang
mengambil bayi, pura-pura tidak mengenalnya dan ia
menasehatkan kepada Sang Puteri itu seorang pengasuh yang
tidak lain adalah ibu bayi itu sendiri. Bayi itu
diperlakukan sebagai anak Fir'aun dan diberi nama Musa.

Musa sebagai orang muda berangkat ke Madyan; di sana ia
kawin dan tinggal lama. Suatu perincian yang penting adalah
bahwa dalam kitab Keluaran (2, 23) kita dapatkan kata-kata:
"Selama waktu yang lama itu raja Mesir meninggal."

Tuhan memerintahkan Musa untuk menemui Fir'aun dan
mengeluarkan saudara-saudaranya dari Mesir (Riwayat semacam
ini terdapat dalam riwayat Pohon Yang Terbakar).

Harun, saudaranya Musa membantunya dalam tugas ini. Setelah
kembali ke Mesir, Musa dan saudaranya menghadap Fir'aun,
yaitu Fir'aun baru yang menggantikan Fir'aun lama yang
memerintah ketika Musa dilahirkan dahulu.

Fir'aun melarang bangsa Yahudi pengikut Musa untuk
meninggalkan Mesir. Tuhan menampakkan diri lagi kepada Musa
dan memerintahkannya untuk mengulangi permintaannya. Pada
waktu itu menurut Bibel, Musa berumur 80 tahun. Musa
menunjukkan kepada Fir'aun bahwa ia memiliki kepandaian
adikodrati. Hal tersebut rupanya tidak cukup meyakinkan
Fir'aun. Kemudian Tuhan mengirim siksaan-siksaan: air sungai
berubah menjadi darah, timbulnya katak-katak, nyamuk, lalat,
wabah yang menyerang binatang, timbulnya penyakit di kulit
manusia dan binatang, hujan butiran es, belalang, kegelapan,
dan kematian bagi bayi-bayi pertama yang dilahirkan. Tetapi
semua itu tidak dapat menaklukkan Fir'aun untuk membiarkan
orang-orang Yahudi keluar dan Mesir.

Kemudian 600.000 manusia,22 belum terhitung keluarga mereka
dapat melarikan diri dan kota Ramses. Pada waktu itulah
Fir'aun mengendarai keretanya dan memimpin tentaranya. Ia
mengambil 6 ratus kereta yang terbaik dari segala kereta di
Mesir. Tiap kereta dikendarai oleh dua orang opsir. Raja
Mesir memimpin pengejaran terhadap orang-orang Yahudi.
(Keluaran 14, 6 dan 8).

Orang-orang Mesir dapat menyusul kelompok Musa di pinggir
sungai. Musa memukulkan tongkatnya dan lautan itu terbuka,
serta pengikut-pengikutnya memasukinya dengan selamat.
Orang-orang Mesir mengejar terus, dan semua kuda Fir'aun,
kereta-keretanya dan tentaranya yang berkuda semuanya ikut
memasuki lautan (Keluaran 14, 23). Air pulih kembali dan
menelan kereta-kereta dan penunggang kuda daripada tentara
Fir'aun yang memasuki lautan di belakang mereka. Tak ada
seorangpun yang selamat. (Keluaran 14, 38).

Teks kitab Keluaran adalah sangat jelas. Fir'aun memimpin
para pengejar. Ia binasa karena kitab keluaran menyebutkan
"tak ada seorangpun yang selamat." Di samping itu Bibel
menyebutkan perincian dari: Mazmur Daud; nyanyian 106 ayat
13 sampai 15 yang merupakan karunia kepada orang yang
membagi dua lautan yang penuh tumbuh-tumbuhan." Tak ada
kesangsian lagi bahwa menurut riwayat Bibel, Fir'aun yang
mengejar Musa telah binasa dalam laut. Bibel tidak
menyebutkan sesuatu tentang bagaimana nasib jenazahnya
Fir'aun.

KONFRONTASI RIWAYAT KITAB SUCI
DENGAN PENGETAHUAN MODERN (1/6)

Riwayat Qur-an dan Bibel mengenai menetapnya Bani Israil di
Mesir dan keluarnya mereka itu dari negeri tersebut
merupakan aspek-aspek yang dapat dijadikan bahan konfrontasi
dengan pengetahuan baru, walaupun dengan proporsi yang tidak
sama, karena ada aspek-aspek yang menimbulkan bermacam-macam
problema, dan ada aspek-aspek yang tidak menimbulkan
diskusi.

1. PENYELIDIKAN TENTANG PERINCI RIWAYAT-RIWAYAT

ORANG YAHUDI DI MESIR

Dengan tidak mengandung resiko kesalahan, dan sesuai dengan
yang tersebut dalam Bibel (Kejadian 15, 13 dan Keluaran 12,
40) kita dapat mengatakan bahwa orang-orang Yahudi menetap
di Mesir selama 400 atau 430 tahun. Perbedaan antara
Kejadian dan Keluaran tidak begitu penting karena hanya
mengenai waktu 30 tahun; menetapnya kaum Yahudi di Mesir
dimulai dengan kedatangan Yusuf anak Ya'kub dan
saudara-saudara Yusuf ke negeri itu, lama sesudah zaman
Ibrahim. Di samping Bibel yang memuat riwayat yang saya
sebutkan di atas, dan Qur-an, yang menyebutkan menetapnya
Israil di Mesir dengan tidak memberi keterangan kronologi,
kita manusia tidak mempunyai dokumen lain yang dapat memberi
keterangan tentang hal ini.

Pada waktu ini, mulai dari P. Montet sampai Daniel-Rops,
orang berpendapat bahwa kedatangan Yusuf dan keluarganya
terjadi pada waktu yang sama dengan gerakan Hyksos berhijrah
ke Mesir pada abad XVII S.M. Waktu itu, di Avaris ada
seorang raja Hyksos yang menyambut kedatangan Yusuf dan
saudara-saudaranya dengan baik.

Perkiraan tersebut bertentangan dengan Bibel Kitab Raja-raja
yang pertama (6, 1) yang mengatakan bahwa keluarnya Bani
Israil dari Mesir terjadi 480 tahun sebelum pembangunan
Candi Sulaiman (± th. 971 S.M.). Jadi menurut perkiraan ini,
exodus terjadi pada tahun 1450 S.M., dan masuknya Bani
Israil ke Mesir terjadi kira-kira pada tahun 1850-1880. Akan
tetapi orang sekarang memperkirakan bahwa Nabi Ibrahim hidup
di sekitar waktu itu, dan antara Ibrahim dan Yusuf terdapat
perbedaan waktu 250 tahun, menurut riwayat Injil. Maka
paragraf daripada Kitab Raja-raja pertama dalam Injil secara
kronologi tidak dapat diterima. Kita akan melihat bahwa
teori yang kita pertahankan di sini tidak hanya bertentangan
dengan teks yang tersebut dalam Kitab Raja-raja pertama,
akan tetapi kekeliruan kronologi dalam teks Kitab Raja-raja
pertama tersebut menghilangkan nilai teks tersebut sendiri.

Di luar hal-hal yang tersebut dalam Bibel, bekas-bekas yang
ditinggalkan oleh orang Yahudi di Mesir sangat kabur. Tetapi
terdapat Dokumen hieroglyphik (bahasa Mesir Kuno) yang
mengatakan bahwa di Mesir terdapat satu kelompok pekerja
yang disebut Aperu atau Haperu atau Habiru yang banyak orang
mengidentifikasikan dengan orang Ibrani, secara benar atau
salah. Yang dimaksudkan dengan kelompok tersebut adalah
pekerja-pekerja pembangunan, pekerja-pekerja pertanian,
pembuat anggur dan lain-lain. Dari mana mereka itu datang?
Sangat sulit untuk dijawab. Sebagaimana ditulis oleh R.P. de
Vaux, mereka itu bukan penduduk asli, mereka tidak
mempersatukan diri mereka dalam suatu kelompok masyarakat
dan mereka tidak mempunyai pekerjaan atau kedudukan yang
sama di antara mereka.

Di bawah pemerintahan Raja Tutmes III suatu dokumen papirus
mengatakan bahwa mereka itu adalah pekerja untuk
pemeliharaan kuda. Kita mengetahui bahwa Amenophis II pada
abad XV S.M. telah mendatangkan mereka sebagai orang-orang
hukuman dari Kan'an, karena mereka itu menurut R. P.de Vaux
merupakan bagian penting daripada penduduk Syria Palestina.

Pada kira-kira tahun 1300 S.M., di bawah pemerintahan Sethi
Pertama, orang-orang Aperu tersebut menimbulkan kekacauan di
Kan'an, di daerah Beth-Shean. Di bawah Ramses II, mereka itu
dipekerjakan sebagai pengangkut barang-barang atau
tiang-tiang untuk pekerjaan pembangunan (seperti pylon atau
bangunan monumen Ramses Miamon). Kita tahu pula dari Bibel
bahwa orang-orang Yahudi pada zaman pemerintahan Ramses
membangun ibu kota utara, kota Ramses. Dalam buku-buku Mesir
Kuno, terdapat pernyataan tentang Aperu pada abad XII, dan
untuk yang terakhir pada zaman Ramses III .

Tetapi Aperu hanya disebutkan di Mesir; apakah istilah itu
dapat dipakai khusus untuk menunjukkan orang Yahudi?
Barangkali perlu kita ingat bahwa perkataan itu dapat
berarti pekerja paksa, dengan tidak menunjukkan dari mana
asalnya; jadi kata tersebut menunjukkan pekerjaan kelompok.
Apakah kita tidak dapat membandingkan hal tersebut dengan
kata: "Suisse" dalam bahasa Perancis yang berarti penduduk
Switzerland, atau serdadu Swiss dalam kerajaan Perancis,
atau pengawal Vatikan atau pegawai Gereja Kristen?

Bagaimanayun juga di bawah pemerintah Ramses II, orang-orang
Yahudi (menurut Bibel) atau Aperu (menurut teks
hieroglyphik) mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan
besar yang diperintahkan oleh Fir'aun dan yang dapat kita
namakan, kerja paksa. Kita tidak syak lagi bahwa Ramses II,
adalah penindas orang-orang Yahudi. Kota-kota Ramses dan
Pitom yang disebutkan dalam kitab Keluaran, dibangun pada
bagian Timur Delta Nil. Desa Tanis dan Qantir sekarang,
terpisah oleh jarak 25 kilometer antara satu dan lainnya,
tepat pada tempat dua kilometer tersebut, yaitu Ibukota yang
didirikan oleh Ramses II. Dan Ramses II ini adalah Fir'aun
yang menindas Bani Israil.

Dalam konteks inilah Musa dilahirkan. Kita telah melihat
dalam paragraf-paragraf sebelum ini kisah bagaimana ia
diselamatkan danpada air sungai Nil. Nama Musa adalah nama
Mesir. Dalam karangannya yang berjudul: Mesir dan Bibel, P.
Montet telah menunjukkan hal ini. Mesw atau Mesy terdapat
dalam daftar kamus yang memuat nama-nama orang-orang dalam
bahasa Mesir yang ditemukan oleh Ranke. Musa adalah nama
tersebut ditulis dengan huruf Arab dalam Qur-an.

PENDERITAAN MESIR

Di bawah nama penderitaan-penderitaan, Bibel menyebutkan
sepuluh hukuman yang ditimpakan oleh Tuhan dan memberikan
perincian-perincian pada tiap-tiap penderitaan tersebut.
Banyak daripada penderitaan-penderitaan itu yang mempunyai
aspek adikodrati. Qur-an hanya menyebutkan lima, yang
sebenarnya hanya fenomena alamiah yang dibesar-besarkan,
yaitu banjir, belalang, penyakit kulit, katak dan darah.

Merajalelanya belalang dan katak disebutkan dalam Injil.
Injil menyebutkan bahwa air sungai Nil dirubah menjadi darah
yang membanjiri negeri; Qur-an menyebutkan darah, tetapi
tanpa perinci-perinci, jadi kita dapat membentuk hipotesa
apa saja mengenai darah tersebut. Penderitaan-penderitaan
lainnya, yaitu nyamuk, serangga, tumor kulit, butiran es,
kegelapan dan matinya bayi yang dilahirkan pertama serta
matinya binatang-binatang, yang disebutkan oleh Bibel,
berasal dari sumber-sumber yang bermacam-macam, seperti
riwayat banjir yang dibentuk dengan campuran (selingan) dari
dua sumber.

JALAN YANG DITEMPUH OLEH EXODUS

Qur-an tidak menyebutkan sesuatu jalan, tetapi Bibel
menunjukkan satu jalan dengan pasti. R.P. de Vaux dan P.
Montet, masing-masing telah mempelajari jalan itu. Permulaan
Exodus ada di Tanis-Qantir, tetapi untuk seterusnya, tak
terdapat bekas-bekas yang akan menguatkan riwayat Bibel,
sehingga orang tak dapat mengatakan di mana tempat lautan
itu membelah dengan memungkinkan lewatnya kelompok Masa.

MUKJIZAT LAUTAN

Orang menggambarkan adanya air surut yang disebabkan oleh
faktor astronomik, atau faktor sesmik (gempa) yang
disebabkan oleh letusan gunung yang jauh. Mungkin
orang-orang Yahudi mengambil kesempatan surutnya air laut,
sedangkan orang-orang Mesir yang mengejar mereka telah
dibinasakan oleh pulihnya keadaan air. Tetapi semua ini
hanya hipotesa belaka.

2. PENEMPATAN EXODUS DALAM KRONOLOGI FIR'AUN

Untuk menentukan waktu terjadinya Exodus kita dapat sampai
kepada hal-hal yang positif. Dari semenjak waktu yang sudah
lama, orang mengatakan bahwa Meneptah pengganti Ramses II
adalah Fir'aun Exodusnya Musa. Maspero seorang Perancis ahli
ilmu sejarah Mesir pada permulaan abad XX, menulis pada
tahun 1900 dalam karangannya: Petunjuk bagi pengunjung
musium Cairo, bahwa "Meneptah, menurut dokumen-dokumen dari
Iskandariyah adalah Fir'aunnya Exodus, yakni Fir'aun yang
binasa di lautan merah." Saya tidak dapat melihat dokumen
yang oleh Maspero dijadikan dasar bagi pernyataannya, akan
tetapi reputasi Maspero yang sangat serius mendorong kita
untuk memberi nilai kepada apa yang dikatakan olehnya.

Selain P. Montet, sangat jarang ahli sejarah Mesir atau
spesialis penafsiran Bibel yang menyelidiki argumen-argumen
yang menyokong atau menyanggah hipotesa tersebut. Sebaliknya
dalam beberapa puluh tahun yang terakhir telah muncul
hipotesa-hipotesa yang berlain-lainan yang nampaknya telah
dilontarkan untuk menunjukkan persesuaian dengan suatu
perinci dalam riwayat Bibel, tetapi pencetus hipotesa itu
tidak melihat aspek-aspek lain daripada riwayat-riwayat
Bibel. Itulah sebabnya kita mendapatkan hipotesa-hipotesa
yang kelihatannya sesuai dengan suatu aspek daripada riwayat
Bibel, akan tetapi pencetus hipotesa tersebut tidak mau
menghadapkan hipotesanya dengan hal-hal lain yang tersebut
dalam kitab suci (bukan saja dengan Bibel) dan juga, pada
waktu yang sama dengan hasil-hasil penyelidikan sejarah,
arkeologi dan lain-lain.

Di antara hipotesa-hipotesa baru yang sangat ajaib adalah
hipotesanya S. de Miceli ( 1960) yang mengakui telah dapat
menentukan waktu Exodus, yakni pada tanggal 9 April 1495
S.M., dari hal tersebut disandarkan semata-mata kepada
perhitungan kalender. Jika kita mengikuti pengarang ini,
maka Fir'aunnya Exodus adalah Tutmes II yang memerintah
Mesir pada waktu itu. Oleh karena dikatakan bahwa pada mumia
Tutmes II terdapat bekas-bekas penyakit kulit yang dinamakan
penyakit lepra oleh pengarang tersebut dengan tak ada
penjelasan lebih lanjut, dan oleh karena salah satu
penderitaan vang menimpa Mesir vang disebutkan oleh Bibel
adalah penyakit kulit, maka dengan begitu, hipotesa S. de
Miceli tersebut telah dibuktikan kebenarannya.

Rekonstruksi yang aneh tersebut tidak mengindahkan
fakta-fakta lain dalam riwayat Bibel, khususnya mengenai
disebutkannya kota Ramses. Dengan disebutkan kota Ramses
dalam Bibel maka tiap-tiap hipotesa tentang waktunya Exodus
yang digambarkan sebagai terjadi sebelum Ramses memerintah
adalah sangat lemah.

Mengenai bekas-bekas penyakit kulit yang terdapat pada mumia
Tutmes II, hal tersebut tak cukup untuk membuktikan bahwa
Tutmes II adalah Fir'aunnya Exodus, oleh karena anaknya,
yakni Tutmes III dan cucunya, yakni Amenophis II semuanya
menunjukkan bekas-bekas penyakit kulit; beberapa pengarang
melontarkan hipotesa bahwa penyakit semacam itu adalah
penyakit keluarga saja. Dengan begitu maka hipotesa bahwa
Tutmes II adalah Fir'aun Exodus tak dapat dipertahankan.

Hal yang serupa dicetuskan oleh Daniel Raps dalam bukunya:
Le Peuple de la Bibel ('Bangsa yang dibicarakan' dalam
Bibel). Ia mengatakan bahwa Amenophis II adalah Fir'aunnya
Exodus. Hipotesa itu tidak lebih kuat daripada hipotesa yang
pertama. Dengan alasan bahwa, bapaknya, Tutmes III terlalu
nasionalis, Daniel Raps mengatakan bahwa Amenophis II adalah
penindas orang-orang Yahudi, dan ibu tirinya, yang bernama
ratu Hatshep-sout (dengan tidak ada keterangan sesuatupun)
adalah wanita yang mengambil Musa dari sungai.
R.P. de Vaux mendasarkan hipotesanya dalam bukunya Sejarah
Kuno bangsa Yahudi, bahwa Ramses II adalah Fir'aunnya Exodus
atas dasar yang lebih kokoh. Hipotesa tersebut walaupun
tidak sesuai sepenuhnya dengan riwayat Bibel, namun
mempunyai sesuatu keunggulan yaitu, telah menunjukkan fakta
yang penting, yakni bahwa Ramses II telah memerintahkan
mendirikan kota-kota Ramses dan Pitom, yaitu kota-kota yang
tersehut dalam Bibel. Orang tidak akan menggambarkan bahwa
Exodus itu dapat terjadi sebelum Ramses II menjadi Raja,
yaitu menurut kronologõ Driaton dan Vandier pada tahun 1301
S.M. dan menurut Rowton pada tahun 1290 S.M. Dua hipotesa
yang tersebut di atas tak dapat diterima karena pertimbangan
bahwa Ramses II adalah Fir'aunnya penindasan yang
dibicarakan oleh BibeL

R. P. de Vaux berpendapat bahwa Exodus terjadi pada
pertengahan pertama atau di tengah-tengah pemerintahan
Ramses II. Datum yang diberikan oleh R.P. de Vaux tidak
tepat sama sekali. Ia mengusulkan waktu tersebut agar dapat
memberi waktu kepada pengikut-pengikut Musa untuk menetap di
Kan'an dan kepada penggantl Ramses II, Fir'aun Mineptah
untuk membereskan soal perbatasan ketika bapaknya meninggal
dan untuk mengkoreksi Bani Israil, sebagai yang tertulis
dalam suatu monumen tahun V daripada pemerintahannya.

Ada dua argumentasi yang dapat menyangkal hipotesa tersebut.

a. Bibel menerangkan dalam kitab Keluaran (2, 23) bahwa raja
Mesir meninggal ketika Musa menetap di negeri Madyan. Raja
Mesir ini digambarkan dalam kitab Keluaran sebagai raja yang
memerintahkan orang-orang Yahudi mendirikan kota Ramses dan
Pitom dengan kerja paksa. Raja itu ialah Ramses II. Dengan
begitu maka Exodus hanya dapat terjadi pada zaman
penggantinya. Tetapi R.P. de Vaux rupanva lupa sumber dalam
Bibel, yakni kitab Kejadian fasal 2 ayat 23.

b. Yang lebih mengherankan lagi, ialah bahwa R.P. de Vaux
yang direktur Sekolah Bibel di Yerusalem itu tidak
menyebutkan dua paragraf yang sangat penting dalam Bibel
ketika membicarakan teorinya tentang Exodus. Dua paragraf
tersebut mengatakan bahwa Fir'aun mati dalam mengejar
pelarian-pelarian. Hal ini menjadikan waktu Exodus tidak
lain kecuali pada akhir pemerintahannya.

Perlu diulangi di sini bahwa sesungguhnya tidak disangsikan
lagi bahwa Fir'aun mati dalam mengejar Bani Israil. Kitab
Keluaran fasal 13 dan 14 dengan jelas menyebutkan hal ini.
Fir'aun mempersiapkan keretanya dan memimpin tentaranya (
14, 6). Raja Mesir mengejar orang-orang Israil memimpin
tentaranya (14, 8). Air laut pasang lagi dan menenggelamkan
kereta-kereta dan penunggang kuda daripada tentara Fir'aun
yang telah masuk di laut di belakang orang-orang Yahudi. Tak
ada seorang pun yang tinggal (14, 28). Pujian 136 daripada
Dawud menguatkan kematian Fir'aun, memohon kepada Yahweh,
yang menenggelamkan Fir'aun, dan tentaranya dalam lautan
yang penuh tumbuh-tumbuhan (136, 15).

Dengan begitu, ketika Musa masih hidup, ada seorang Fir'aun
yang mati ketika Musa menetap di Madyan, dan ada lagi
seorang Fir'aun yang mati dalam peristiwa Exodus. Jadi tak
ada Fir'aunnya Musa, tetapi ada dua Fir'aun, yaitu Fir'aun
yang menindas orang Yahudi dan Fir'aunnya Exodus. Hipotesa
R.P. de Vaux yang mengatakan bahwa Ramses II adalah Fir'aun
Exodus tidak memuaskan karena tidak memberi penjelasan yang
menyeluruh. Pemikiran-pemikiran di bawah ini akan membawa
argumen-argumen tambahan yang menolaknya.

3. RAMSES II FIR'AUN PENINDASAN, MINEPTAH FIR'AUN EXODUS

P. Montet mengambil dan tradisi asli dari Iskandariyah23
yang disebutkan oleh Maspero dan yang ditemukan lagi lama
sesudah itu dalam tradisi Islam dan dalam tradisi Kristen
Kuno.24

Teori tersebut ditulis dalam buku "Mesir dan Bibel" karangan
Delachaux dan Niestle, serta diperkuatkan dengan
dokumen-dokumen tambahan, khususnya yang berhubungan dengan
riwayat Qur-an yang tidak pernah disinggung oleh ahli
arkeologi besar itu. Sebelum mempelajari teori tersebut
marilah kita kembali kepada Bibel.

Kitab Kejadian memuat nama Ramses, walaupun nama Fir'aun
tidak disebutkan. Dalam Bibel, Ramses adalah nama salah satu
dari dua kota yang dibangun dengan tenaga kerja paksa
orang-orang Yahudi. Sekarang kita mengetahui bahwa dua kota
tersebut berada di daerah Tanis Qantir, di bagian timur
daripada Delta Nil. Di sana, Ramses menyuruh membangun
ibukotanya. Sebelum Ramses II di tempat itu sudah ada
bangunan-bangunan, tetapi Ramses II lah yang menjadikan
tempat itu penting. Dokumen-dokumen yang ditemukan pada
puluhan tahun yang akhir ini memberikan satu bukti yang
jelas. Untuk pembangunan itu Ramses memakai tenaga orang
Yahudi yang dipaksa kerja.

Membaca nama Ramses dalam Bibel tidak mengherankan orang
zaman sekarang. Kota itu telah menjadi mashur semenjak
Champolion menemukan kunci bahasa hieroglyph (Mesir kuno)
150 tahun yang lalu, dalam mempelajari cin-ciri bahasa
tersebut. Jadi sekarang orang sudah terbiasa membacanya
dengan mengerti artinya. Tetapi kita perlu mengetahui bahwa
bahasa Mesir kuno sudah tidak dikenal orang lagi pada abad
III M, dan nama Ramses hanya terdapat dalam Bibel dan
beberapa buku Yunani atau Latin yang merubah bentuknya
Tacite, dalam karangannya Annales, menyebut nama Ramses.
Bibel telah memelihara bentuk nama itu. Nama itu disebutkan
empat kali dalam Pentateuqe atau Taurat (Kejadian, 47, 11;
Keluaran 1, 11 dan 12, 37; kitab Bilangan 33, 3 dan 33, 5).

Dalam bahasa Ibrani, nama Ramses ditulis dengan dua cara:
RA(E)MSS, atau RAEAMSS. Dalam Bibel cetakan Yunani yang
dinamakan Septante, bentuk nama itu adalah RAMESSE. Bibel
latin (Volgate) menuliskannya Ramesses. Dalam Bibel
Clementine edisi Perancis (edisi pertama pada tahun 1621),
nama itu ditulis Ramses. Edisi Perancis ini banyak tersiar
pada waktu Napoleon melakukan penelitian-penelitian. Dalam
karangannya: Ringkasan Sistem Hieroglyphiq Orang Mesir Kuno
(cetakan kedua tahun 1828 halaman 276) Champolion
membicarakan tentang cara menulis "Ramses" dalam Bibel.

Dengan begitu maka Bibel telah memelihara nama Ramses dalam
bentuk Ibrani, Yunani dan Latin.

Hal tersebut di atas memungkinkan kita untuk mengatakan:

a) Exodus tak dapat digambarkan sebelum seorang Ramses
memegang pemerintahan Mesir

b) Musa dilahirkan di masa pemerintahan raja yang membangun
kota Ramses dan Pitom, yakni Ramses II.

c) Ketika Musa menetap di negeri Madyan, Fir'aun yang
memerintah, yakni Ramses II meninggal. Sejarah Nabi Musa
selayaknya terjadi pada zaman pengganti Ramses II, yaitu
Mineptah.

Di samping hal-hal tersebut, Bibel menyebutkan suatu unsur
yang sangat penting untuk menunjukkan waktu terjadinya
Exodus, yaitu bahwa ketika Musa menjalankan perintah Tuhan
untuk meminta agar Bani Israil dimerdekakan, ia sudah
berumur 80 tahun.

Kitab Keluaran 7, 7: Musa berumur 80 tahun dan Harun berumur
83 tahun ketika mereka berbicara kepada Fir'aun. Di lain
pihak, Kitab Keluaran, 2, 23 menyebutkan bahwa Fir'aun yang
memerintah ketika Musa dilahirkan, telah meninggal ketika
Musa menetap di negeri Madyan; walaupun riwayat Bibel
tersebut tidak menunjukkan pergantian nama Raja. Dua ayat
dalam Bibel tersebut mengandung arti bahwa jumlah waktu
berkuasanya dua Fir'aun yang memerintah Mesir ketika Musa
hidup di situ adalah sedikitnya 80 tahun.

Di pihak lain Ramses II memerintah selama 67 tahun (dari
tahun 1301 sampai tahun 1235 S.M.) menurut perhitungan
Driaton dan Vandier, atau dan tahun 1290 sampai tahun 1224
S.M. menurut perhitungan Rowton. Ahli-ahli sejarah Mesir tak
dapat memberikan angka tepat tentang lamanya pemerintahan
Mineptah, pengganti Ramses II, tetapi masa itu sedikitnya 10
tahun, karena tahun ke 10 daripada pemerintahannya
diperingati oleh beberapa dokumen seperti yang diterangkan
oleh R. P. de Vaux. Pengarang Manelhon mengirakan 20 tahun
untuk masa pemerintahan Mineptah. Driaton dan Vandier
memberikan dua kemungkinan, mungkin hanya 10 tahun dari
tahun 1224 sampai tahun 1214 S.M., atau 20 tahun dari tahun
1224 sampai tahun 1204 S.M.; ahli sejarah Mesir tidak tahu
secara pasti bagaimana pemerintah Mineptah berakhir. Yang
diketahui orang adalah bahwa setelah Mineptah, Mesir
mengalami krisis dalam negeri yang berat selama kira-kira
seperempat abad.

Walaupun kronologi raja-raja Mesir tidak tepat, kita dapat
mengatakan bahwa selama Kerajaan Baru tak terdapat dua masa
pemerintahan Raja yang berturut-turut yang dapat mencapai
atau melebihi 80 tahun kecuali periode Ramses II-Meneptah,
Pemberitaan Bibel mengenai umur Musa ketika ia memikirkan
pembebasan kaum Yahudi hanya dapat dimasukkan dalam rangka
kesinambungan antara Pemerintahan Ramses II dan pemerintahan
Mineptah. Dengan begitu kita dapat mengatakan bahwa Musa
lahir pada permulaan Pemerintahan Ramses II, berada di
Madyan ketika Ramses II meninggal dunia setelah memerintah
selama 67 tahun, kemudian Musa menjadi pembela kaum Yahudi
dan menghadapi Mineptah anak dan pengganti Ramses II.
Hikayat itu mungkin terjadi pada pertengahan kedua daripada
pemerintahan Mineptah jika ia memerintah selama 20 tahun,
dan hal ini sesuai dengan pendapat Rowton. Kemudian Musa
memimpin orang-orang Yahudi keluar dari Mesir pada akhir
pemerintahan Mineptah, karena raja itu binasa ketika
mengejar orang-orang Yahudi yang meninggalkan Mesir seperti
yang diterangkan oleh Qur-an dan Bibel.

Kerangka berpikir ini sangat sesuai dengan riwayat kitab
suci tentang masa kecilnya Musa dan bagaimana ia diambil
oleh keluarga Fir'aun. Kita tahu bahwa Ramses II sudah
sangat tua waktu ia mati; ada yang mengatakan ia berumur 90
tahun atau 100 tahun; menurut hipotesa ini, pada perrnulaan
pemerintahannya, Ramses berumur 23 atau 33 tahun, yakni
permulaan masa kekuasaannya yang berlangsung selama 67
tahun. Pada umur muda itu ia mungkin sudah kawin. Tidak ada
kontradiksi antara riwayat "Musa ditemukan di sungai oleh
keluarga Fir'aun" menurut Qur-an dengan campur tangan isteri
Fir'aun yang meminta daripadanya supaya membiarkan anak itu
hidup. Bibel mengatakan bahwa yang menemukan Musa di sungai
itu anak perempuan Fir'aun. Ramses yang sudah kita ketahui
umurnya pada permulaan pemerintahannya, mungkin saja punya
anak perempuan yang dapat menemukan Musa, si bayi yang
ditingalkan keluarganya. Dengan begitu maka riwayat Qur-an
dan nwayat Bibel tidak bertentangan.

Hipotesa yang kita susun di sini adalah secara mutlak,
sesuai dengan Qur-an. Tetapi bertentangan dengan suatu
paragraf dalam Bibel, yaitu ayat pertama dari fasal 6 dalam
Kitab Raja-raja pertama (perlu ditegaskan bahwa paragraf
tersebut tidak merupakan bagian dari Taurah). Paragraf
tersebut sangat disangsikan dan R.P. de Vaux menolak
kronologi daripada fasal ini dalam Perjanjian Lama, yaitu
kronologi yang mengatakan bahwa waktu larinya Bani Israil
dari Mesir terjadi sesudah dibangunnya Candi Nabi Sulaiman.
Bahwa hal tersebut masih menjadi pembahasan menyebabkan kita
tidak dapat memberi nilai positif kepadanya, karena
bertentangan dengan teori yang kita bicarakan di sini.
PROBLEMA MENGENAI MONUMEN TAHUN V PEMERINTAHAN MINEPTAH

Mula-mula orang-orang mengira dapat menemukan suatu
sangkalan terhadap teori bahwa larinya Bani Israil dari
Mesir merupakan kejadian yang terakhir daripada masa
pemerintahan Fir'aun tersebut; sangkalan tersebut dikira
telah ditemukan dalam teks monumen tahun ke V pemerintahan
Mineptah.

Monumen tersebut penting sekali karena merupakan
satu-satunya dokumen dalam bahasa Mesir kuno yang mengandung
kata "Israil." Monumen tersebut, yang dibikin pada masa
pertama dari pemerintahan Mineptah telah ditemukan di Thebes
dalam suatu kuburan Fir'aun, monumen tersebut memperingati
kemenangan-kemenangan yang diperoleh Mesir terhadap
tetangga-tetangganya, khususnya, pada akhir dokumen itu
disebutkan: kemenangan terhadap Israil yang sudah
dibinasakan dan tak mempunyai benih lagi. Orang mengambil
konklusi dari dokumen tersebut bahwa orang-orang Yahudi
sudah menetap di Kan'an pada tahun kelima pemerintahan
Mineptah dan oleh karena itu keluarnya orang Yahudi dari
Mesir telah terjadi sebelum dokumen tersebut dibikin.

Sangkalan tersebut tak dapat diterima karena sangkalan itu
berarti bahwa tak ada orang Yahudi di Kan'an ketika ada
orang-orang Yahudi di Mesir. Walaupun begitu, orang yang
mengatakan bahwa Exodus terjadi pada zaman Ramses II, yaitu
R.P. de Vaux menulis dalam buku-bukunya Sejarah Israil Kuno,
mengenai penghunian di Kan'an: "Untuk daerah Selatan, waktu
menetapnya orang-orang yang masih ada hubungan kerabat
dengan Israil di daerah Cades, tak dapat ditentukan, akan
tetapi terang sebelum Exodus." Jadi R.P. de Vaux
menggambarkan kemungkinan menetapnya kelompok-kelompok yang
keluar dari Mesir sebelum terjadinya Exodus yang dipimpin
Musa. Apiru atau Habiru yang diidentifilkasikan dengan
orang-orang Israil sudah terdapat di Syria, Palestina, lama
sebelum Ramses II, jadi sebelum Exodus. Bukankah raja
Amenophis II menurut suatu dokumen telah mendatangkan
orang-orang tawanan sebanyak 3.600 dan dikerjakan sebagai
buruh di Mesir. Pada zaman raja Seti pertama, orang-orang
Yahudi menimbulkan keributan-keributan di Kan'an, di daerah
Beth-Shean; begitulah disebutkan oleh P. Montet dalam
bukunya Mesir dan Bibel. Dengan begitu maka ada kemungkinan
besar bahwa Mineptah menindak unsur-unsur pengacau di
perbatasan, sedangkan dalam negeri Mesir, terdapat kelompok
Yahudi yang pada akhirnya mengikuti Musa untuk keluar dari
Mesir. Jadi terdapatnya monumen tahun kelima daripada
Pemerintahan Mineptah tidak bertentangan dengan hipotesa
kita.

Di lain pihak munculnya kata "Israil" dalam sejarah bangsa
Yahudi tidak ada hubungannya dengan menetapnya kelompok
pengikut Musa di Kan'an. Asal mula kata itu adalah sebagai
berikut:

Menurut Kejadian (32, 29) Israil adalah nama kedua daripada
Yakob, anak Ishak cucu Ibrahim, arti nama itu menurut
ahli-ahli tafsir Terjemahan Ekumenik daripada Bibel
Perjanjian Lama (1975) adalah: "mudah-mudahan Allah
menunjukkan dirinya Jaya." Setelah kata itu dijadikan nama
orang, tidak mengherankan jika orang memakainya untuk
menunjukkan "kelompok" sambil mengingat-ingat seorang moyang
yang besar. Jadi kata Israil itu sudah ada beberapa ratus
tahun sebelum Musa. Tidak mengherankan kalau dalam monumen
Mineptah kata itu disebutkan. Tetapi disebutkannya kata itu
tidak merupakan argumen yang menguatkan terjadinya Exodus
Musa sebelum tahun V daripada pemerintahan Mineptah.

Sesungguhnya dengan menunjuk kelompok yang dinamakan
"Israil," monumen Mineptah tidak menunjukkan suatu kelompok
politik yang sudah berdiri, karena monumen tersebut ditulis
pada akhir abad XIII S.M., sedangkan kerajaan Israil
didirikan pada abad X S.M. Jadi, monumen tersebut hanya
menunjuk kelompok manusia biasa.25

Sekarang kita mengetahui bahwa untuk masuk dalam sejarah,
Israil memerlukan waktu pembentukan selama 8 atau 9 abad.
Dalam periode tersebut terdapat kelompok-kelompok setengah
nomad dalam daerah Kan'an, khususnya kelompok Amorites dan
Arameans. Dalam periode tersebut muncul pula di
tengah-tengah rakyat patriach-patriach (kepala-kepala
keluarga) seperti Ibrahim, Ishak dan Ya'kub atau Israil.
Nama kedua dari kepala keluarga terakhir, yakni Israil,
merupakan bibit pertama daripada kesatuan politik yang akan
muncul lama setelah zaman Mineptah, karena kerajaan Israil
berlangsung dari tahun 931-930 sampai 721 S.M.

4. DISEBUTKANNYA KEMATIAN FIR'AUN ZAMAN EXODUS
OLEH KITAB-KITAB SUCI

Matinya Fir'aun pada waktu Exodus merupakan suatu bagian
yang sangat penting dalam riwayat Qur-an dan Bibel. Kematian
Fir'aun itu dapat difahami dari teks dengan jelas sekali.
Dalam Bibel, kematian Fir'aun itu tidak hanya disebutkan
dalam Pentateuqe atau Torah tetapi juga dalam Zaburnya Daud;
pembicaraan tentang ini telah disebutkan di atas.

Adalah sangat mengherankan bahwa pengarang-pengarang Kristen
tidak menyebutkan kematian Fir'aun. R.P. de Vaux berpendapat
bahwa Exodus terjadi pada bagian pertama daripada
pemerintahan Ramses II atau pada pertengahan pemerintahan
itu; ia tidak memperhitungkan bahwa Fir'aun telah binasa
dalam pengejaran kaum Yahudi, yang berarti bahwa Exodus itu
terjadi pada akhir pemerintahannya. Dalam buku-bukunya:
"Sejarah Israil Kuna," direktur Sekolah Bibel Yerusalem
tidak mempedulikan kontradiksi antara pendapatnya dan
paragraf-paragraf yang tersebut dalam dua kitab (fasal)
daripada Bibel.

P. Montet dalam bukunya "Mesir dan Bibel" mengatakan bahwa
Exodus terjadi pada zaman pemerintahan Mineptah, akan tetapi
ia tidak menulis sepatah katapun tentang matinya Fir'aun
yang memimpin pengejaran orang-orang Yahudi yang lari.

Pendirian yang mentakjubkan ini sangat bertentangan dengan
pendirian orang-orang Yahudi. Mazmur Daud no. 136 dalam ayat
15 memuji "Tuhan yang telah membinasakan Fir'aun dan
tentaranya dalam lautan yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan"
sering disebutkan dalam doa-doa mereka. Mereka itu mengerti
bahwa ada persesuaian antara ayat-ayat tersebut dengan
kata-kata dalam Kitab Keluaran (14, 28): "Air kembali pasang
dan menenggelamkan kereta-kereta serta para penumpang kuda
dari tentara Fir'aun yang telah masuk ke laut di belakang
mereka (kelompok Yahudi). Tak ada seorangpun yang tetap
hidup." Bagi mereka tak ada sangsi sedikitpun bahwa Fir'aun
telah binasa bersama tentaranya. Teks yang sama juga
terdapat dalam Bibel Kristen.

Para ahli tafsir Kristen sengaja mengelakkan diri dan
menentang segala bukti kematian Fir'aun. Tetapi sementara
orang menyebutkan riwayat yang ada dalam Qur-an dan
menganjurkan pembacanya untuk mengadakan pendekatan yang
khusus. Inilah yang kita temukan dalam Terjemahan Bibel di
bawah pengawasan Sekolah Bibel di Yerusalem; kita dapatkan
tafsiran R.P. Couroyer guru besar pada sekolah tersebut
mengenai badan Fir'aun:

"Qur-an (X, 90-92) menyebutkan hal-hal tersebut, dan menurut
tradisi orang awam, Fir'aun tenggelam dengan tentaranya, hal
ini tak disebutkan dalam Qur-an26 dan badannya menetap di
dasar laut dan memerintah para nelayan; jadi sejenis ikan
laut."

Pembaca yang tidak mengetahui isi Qur-an akan menghubungkan
antara pernyataan Qur-an yang bertentangan (menurut
pengarang tafsir Bibel tersebut) dengan Bibel, dengan
dongengan yang aneh yang katanya berasal dari tradisi orang
awam, yang disebutkan dalam tafsir Bibel setelah menyebutkan
Qur-an.

Hakekat pernyataan Qur-an tentang hal ini tak ada
hubungannya dengan apa yang dikatakan oleh pengarang tafsir
Bibel tersebut; ayat 90 s/d 92 daripada surat 10 dalam
Qur-an mengatakan bahwa Bani Israil melalui lautan selagi
Fir'aun dan tentaranya mengejar mereka. Pada waktu ia hampir
tenggelam, Fir'aun berteriak: "Aku percaya bahwa tak ada
Tuhan kecuali Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan
aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri kepadaNya."
Tuhan menjawab: "Baru sekarang? Sebelum ini engkau telah
membangkang dan menimbulkan kerusakan. Baiklah Aku akan
menyelamatkan badanmu pada hari ini agar engkau menjadi
bukti bagi mereka yang datang sesudahmu. Sesungguhnya banyak
manusia yang lengah terhadap bukti-buktiKu."

Inilah yang dimuat dalam Qur-an tentang kematian Fir'aun.
Baik dalam ayat ini maupun dalam ayat-ayat lain dalam Qur-an
tak ada khayalan-khayalan seperti yang disebutkan oleh ahli
tafsir Bibel. Teks Qur-an mengatakan dengan jelas bahwa
badan Fir'aun akan diselamatkan; inilah hal yang pokok.

Pada waktu Qur-an disampaikan kepada manusia oleh Nabi
Muhammad, semua jenazah Fir'aun-Fir'aun yang disangka ada
hubungannya dengan Exodus oleh manusia modern terdapat di
kuburan-kuburan kuno di lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di
Thebes, di seberang Nil di kota Luxor. Pada waktu itu
manusia tak mengetahui apa-apa tentang adanya kuburan
tersebut. Baru pada abad 19 orang menemukannya seperti yang
dikatakan oleh Qur-an jenazah Fir'aunnya Exodus selamat.
Pada waktu ini jenazah Fir'aun Exodus disimpan di Museum
Mesir di Cairo di ruang mumia, dan dapat dilihat oleh
penziarah. Jadi hakekatnya sangat berbeda dengan legenda
yang menertawakan yang dilekatkan kepada Qur-an oleh ahli
tafsir Injil, R.P. Couroyer.
5. MUMIA FIR'AUN MINEPTAH

Jenazah Mineptah yang sudah diawetkan, anak dari Ramses II
yang dapat dipastikan sebagai Fir'aun Exodus, ditemukan
orang pada tahun 1898 oleh Loret, di Thebes, di lembah
Raja-raja (Wadi al Muluk). Elliot Smith membuka
perban-perbannya pada tanggal 8 Juli 1907. Dalam bukunya The
Royal Mummies (1912) ia menjelaskan apa yang dikerjakan
dalam membuka mumia tersebut dan memeriksa badannya. Pada
waktu itu mumia tersebut dapat dikatakan dalam keadaan baik
walaupun ada kerusakan di beberapa bagian. Semenjak waktu
itu mumia tersebut dipertunjukkan kepada para pengunjung
museum Cairo. Kepala dan lehernya terbuka, sedang
bagian-bagian badan lainnya ditutup dengan kain sedemikian
rupa sehingga sampai sekarang museum tidak memiliki photo
yang menyeluruh tentang badan mumia kecuali yang pernah
diambil oleh Elliot Smith pada tahun 1912.

Pada bulan Juni tahun 1975, para penguasa tinggi di Mesir
memperbolehkan diri saya untuk memeriksa bagian-bagian
daripada tubuh Fir'aun yang diketemukan serta mengambil
gambarnya. Jika kita bandingkan keadaan mumia sekarang
dengan keadaannya 60 tahun yang lalu ternyata sudah terdapat
kerusakan-kerusakan, bahkan ada bagian-bagian yang hilang.
Kain pembalut mumia telah banyak rusak, baik karena tangan
manusia di beberapa bagian, atau karena waktu untuk
bagian-bagian lain.

Kerusakan alamiah ini dapat diterangkan sebagai disebabkan
oleh perbedaan cara memeliharanya semenjak orang menemukan
mumia tersebut pada akhir abad XIX dalam kuburan Necropolis
(negara orang-orang mati) di Thebes di mana tubuh itu
berbaring lebih dari 3.000 tahun. Dalam keadaan sekarang,
mumia itu hanya dilindungi oleh kaca yang tidak dapat
menahan pengaruh udara dari luar dan polusi yang disebabkan
oleh micro organisme. Dalam keadaan mudah terpengaruh oleh
suhu udara dan tak terlindungi dari lembab musim, mumia
tersebut pada waktu ini dalam kondisi yang berlainan sekali
dengan kondisi yang telah dapat memeliharanya selama tiga
ribu tahun, jauh dari faktor-faktor kerusakan. Mumia
tersebut telah kehilangan proteksi pembalut-pembalutnya
serta pertahanan tempat yang tertutup dalam kuburan yang
temperaturnya tidak berubah dan udaranya kurang lembab
daripada udara Cairo dalam musim-musim tertentu. Memang
walaupun dalam necropole (kuburan raja-raja), mumia tersebut
mungkin saja dalam bahaya daripada pencuri-pencuri kuburan
atau perusak-perusak lain tetapi walaupun begitu, nampaknya
kondisi dahulu lebih baik daripada kondisi sekarang untuk
mempertahankan din dari pengaruh waktu.

Pada waktu penelitian mumia tersebut dalam bulan Juni tahun
1975, atas usul saya telah dilakukan penyelidikan khusus.
Penyelidikan radiografik telah dilakukan oleh Dr. El Melegy
dan Dr. Ramsys; di lain pihak Dr. Mustafa menilainya telah
melakukan penyelidikan tentang thorax27 dan perut; ini
adalah penyelidikan dengan endoscopie28 yang diterapkan
kepada mumia untuk pertama kali. Dengan cara ini kita dapat
mengambil foto perinci-perinci penting di dalam tubuh.
Dengan pemeriksaan microscope terhadap bagian-bagian yang
jatuh sendiri daripada mumia itu, yaitu pemeriksaan yang
dilakukan oleh Prof. Mignot dan Dokter Durignon, suatu
penyelidikan legal akan dapat diselesaikan bersama dengan
Prof. Ceccaldi.

Sangat disesalkan sekali bahwa hasi1 penyelidikan tersebut
belum rampung ketika buku ini ditulis.

Yang dapat kita tarik kesimpulan sekarang ialah kerusakan
tulang dan hilangnya substansi penting -- sebagian adalah
sangat fatal. Kita belum dapat memastikan apakah hal-hal
tersebut terjadi sesudah atau sebelum matinya Fir'aun.
Menurut riwayat kitab Suci, Fir'aun meninggal karena
tenggelam atau karena rasa shock yang dahsyat yang
mendahului tenggelamnya, dalam laut, atau kedua-duanya.

Hubungan antara kerusakan kulit dengan kerusakan seluruh
mumia yang sebab-sebabnya telah kita jelaskan di atas,
menimbulkan pertanyaan tentang masa depan pemeliharaan mumia
Fir'aun ini jika pencegahan dan pemulihan tidak dilaksanakan
selekasnya. Tindakan itu perlu sekali, agar satu-satunya
bukti material yang ada sekarang tentang matinya Fir'aun
Exodus dan penyelamatan tubuhnya yang dikatakan oleh Tuhan,
tidak musnah dengan mudah.

Adalah sangat diharapkan bahwa kita dapat memelihara
bekas-bekas sejarah. Tetapi dalam hal ini, ada hal yang
lebih penting, yaitu materialisasi dalam mumia terhadap
seorang yang mengenal Musa semasa hidupnya, menolak
permohonannya, mengejarnya ketika ia lari, dan kemudian mati
dalam pengejaran tersebut. Badannya, karena kehendak Tuhan,
selamat dari kebinasaan, dan menjadi bukti bagi manusia,
seperti diterangkan oleh Qur-an.29

Alangkah agungnya contoh-contoh yang diberikan oleh
ayat-ayat Qur-an tentang tubuh Fir'aun yang sekarang berada
di ruang mumia di Museum Mesir di kota Cairo. Penyelidikan
dan penemuan-penemuan modern telah menunjukkan
kebenaran-kebenaran Qur-an.
5. MUMIA FIR'AUN MINEPTAH

Jenazah Mineptah yang sudah diawetkan, anak dari Ramses II
yang dapat dipastikan sebagai Fir'aun Exodus, ditemukan
orang pada tahun 1898 oleh Loret, di Thebes, di lembah
Raja-raja (Wadi al Muluk). Elliot Smith membuka
perban-perbannya pada tanggal 8 Juli 1907. Dalam bukunya The
Royal Mummies (1912) ia menjelaskan apa yang dikerjakan
dalam membuka mumia tersebut dan memeriksa badannya. Pada
waktu itu mumia tersebut dapat dikatakan dalam keadaan baik
walaupun ada kerusakan di beberapa bagian. Semenjak waktu
itu mumia tersebut dipertunjukkan kepada para pengunjung
museum Cairo. Kepala dan lehernya terbuka, sedang
bagian-bagian badan lainnya ditutup dengan kain sedemikian
rupa sehingga sampai sekarang museum tidak memiliki photo
yang menyeluruh tentang badan mumia kecuali yang pernah
diambil oleh Elliot Smith pada tahun 1912.

Pada bulan Juni tahun 1975, para penguasa tinggi di Mesir
memperbolehkan diri saya untuk memeriksa bagian-bagian
daripada tubuh Fir'aun yang diketemukan serta mengambil
gambarnya. Jika kita bandingkan keadaan mumia sekarang
dengan keadaannya 60 tahun yang lalu ternyata sudah terdapat
kerusakan-kerusakan, bahkan ada bagian-bagian yang hilang.
Kain pembalut mumia telah banyak rusak, baik karena tangan
manusia di beberapa bagian, atau karena waktu untuk
bagian-bagian lain.

Kerusakan alamiah ini dapat diterangkan sebagai disebabkan
oleh perbedaan cara memeliharanya semenjak orang menemukan
mumia tersebut pada akhir abad XIX dalam kuburan Necropolis
(negara orang-orang mati) di Thebes di mana tubuh itu
berbaring lebih dari 3.000 tahun. Dalam keadaan sekarang,
mumia itu hanya dilindungi oleh kaca yang tidak dapat
menahan pengaruh udara dari luar dan polusi yang disebabkan
oleh micro organisme. Dalam keadaan mudah terpengaruh oleh
suhu udara dan tak terlindungi dari lembab musim, mumia
tersebut pada waktu ini dalam kondisi yang berlainan sekali
dengan kondisi yang telah dapat memeliharanya selama tiga
ribu tahun, jauh dari faktor-faktor kerusakan. Mumia
tersebut telah kehilangan proteksi pembalut-pembalutnya
serta pertahanan tempat yang tertutup dalam kuburan yang
temperaturnya tidak berubah dan udaranya kurang lembab
daripada udara Cairo dalam musim-musim tertentu. Memang
walaupun dalam necropole (kuburan raja-raja), mumia tersebut
mungkin saja dalam bahaya daripada pencuri-pencuri kuburan
atau perusak-perusak lain tetapi walaupun begitu, nampaknya
kondisi dahulu lebih baik daripada kondisi sekarang untuk
mempertahankan din dari pengaruh waktu.

Pada waktu penelitian mumia tersebut dalam bulan Juni tahun
1975, atas usul saya telah dilakukan penyelidikan khusus.
Penyelidikan radiografik telah dilakukan oleh Dr. El Melegy
dan Dr. Ramsys; di lain pihak Dr. Mustafa menilainya telah
melakukan penyelidikan tentang thorax27 dan perut; ini
adalah penyelidikan dengan endoscopie28 yang diterapkan
kepada mumia untuk pertama kali. Dengan cara ini kita dapat
mengambil foto perinci-perinci penting di dalam tubuh.
Dengan pemeriksaan microscope terhadap bagian-bagian yang
jatuh sendiri daripada mumia itu, yaitu pemeriksaan yang
dilakukan oleh Prof. Mignot dan Dokter Durignon, suatu
penyelidikan legal akan dapat diselesaikan bersama dengan
Prof. Ceccaldi.

Sangat disesalkan sekali bahwa hasi1 penyelidikan tersebut
belum rampung ketika buku ini ditulis.

Yang dapat kita tarik kesimpulan sekarang ialah kerusakan
tulang dan hilangnya substansi penting -- sebagian adalah
sangat fatal. Kita belum dapat memastikan apakah hal-hal
tersebut terjadi sesudah atau sebelum matinya Fir'aun.
Menurut riwayat kitab Suci, Fir'aun meninggal karena
tenggelam atau karena rasa shock yang dahsyat yang
mendahului tenggelamnya, dalam laut, atau kedua-duanya.

Hubungan antara kerusakan kulit dengan kerusakan seluruh
mumia yang sebab-sebabnya telah kita jelaskan di atas,
menimbulkan pertanyaan tentang masa depan pemeliharaan mumia
Fir'aun ini jika pencegahan dan pemulihan tidak dilaksanakan
selekasnya. Tindakan itu perlu sekali, agar satu-satunya
bukti material yang ada sekarang tentang matinya Fir'aun
Exodus dan penyelamatan tubuhnya yang dikatakan oleh Tuhan,
tidak musnah dengan mudah.

Adalah sangat diharapkan bahwa kita dapat memelihara
bekas-bekas sejarah. Tetapi dalam hal ini, ada hal yang
lebih penting, yaitu materialisasi dalam mumia terhadap
seorang yang mengenal Musa semasa hidupnya, menolak
permohonannya, mengejarnya ketika ia lari, dan kemudian mati
dalam pengejaran tersebut. Badannya, karena kehendak Tuhan,
selamat dari kebinasaan, dan menjadi bukti bagi manusia,
seperti diterangkan oleh Qur-an.29

Alangkah agungnya contoh-contoh yang diberikan oleh
ayat-ayat Qur-an tentang tubuh Fir'aun yang sekarang berada
di ruang mumia di Museum Mesir di kota Cairo. Penyelidikan
dan penemuan-penemuan modern telah menunjukkan
kebenaran-kebenaran Qur-an.

QUR-AN, HADITS & SAINS MODERN (1/2)

Qur-an tidak merupakan satu-satunya sumber doktrin dan hukum
Islam. Ketika Nabi Muhammad masih hidup dan sesudah beliau
meninggal, ada sumber tambahan yaitu tindakan-tindakan dan
ucapan-ucapan Nabi.

Informasi tentang tindakan dan ucapan Nabi tergantung kepada
tradisi mulut; orang-orang yang mengambil initiatif untuk
mengumpulkannya dalam suatu teks mengadakan penyelidikan
yang rumit jika tradisi lisan tersebut akan dijadikan
tulisan tentang kejadian-kejadian.

Dalam mengumpulkan informasi tersebut mereka sangat gigih
mencari kebenaran; hal ini dapat dibuktikan dengan fakta
bahwa dalam tiap riwayat mengenai kehidupan Nabi Muhammad
atau kata-katanya, terkumpul nama-nama orang-orang yang
mempunyai reputasi baik yang melaporkan riwayat tersebut,
dan urutan nama-nama itu menanjak sampai kepada keluarga
Nabi atau sahabat-sahabat yang menjadi sumber pertama
daripada informasi itu.

Dengan cara tersebut, muncullah kumpulan-kumpulan tindakan
dan ucapan-ucapan Nabi, yaitu yang biasanya dinamakan
"Hadits" arti kata itu adalah "kata-kata" tetapi yang
dimaksudkan ialah ucapan-ucapan dan tindakan.30

Kumpulan-kumpulan Hadits itu disiarkan beberapa puluh tahun
setelah wafatnya Nabi Muhammad; yang muncul pada abad
pertarna Hijriyah sangat terbatas. Kumpulan-kumpulan yang
lebih penting baru muncul dua abad sesudah Nabi Muhammad
wafat. Dengan begitu maka kumpulan Hadits yang memberi
informasi yang paling lengkap bukan kumpulan yang paling
dekat kepada zaman Nabi Muhammad. Kumpulan Bukhary dan
Muslim yang diselenggarakan lebih dari 200 tahun sesudah
wafatnya Nabi Muhammad memberikan dokumentasi yang terluas
dan paling dapat dipercayai. Kumpulan Bukhari dianggap yang
paling autentik setelah Qur-an. Haudas dan Marcais telah
menterjemahkannya ke dalam bahasa Perancis antara tahun 1903
dan 1904, dengan judul: Les Traditions Islamiques. Pada
akhir-akhir ini telah diterbitkan juga dengan teks Arab dan
terjemahan Inggris oleh Dr. Mohammad Muhsin Khan, dari
Universitas Islam di Medina. Dengan begitu Hadits dapat
dibaca oleh orang yang tak mengerti bahasa Arab. Tetapi kita
perlu bersikap sangat hati-hati terhadap beberapa terjemahan
yang dilakukan oleh orang-orang Barat termasuk orang-orang
Perancis, karena kita telah dapatkan kekeliruan yang tidak
merupakan terjemahan akan tetapi merupakan interpretasi;
malahan kadang-kadang mereka itu merubah arti Hadits
sehingga memberi pengertian yang tidak dimaksudkan.

Dari segi asal mulanya, orang dapat membandingkan
kumpulan-kumpulan Hadits itu dengan Injil. Kedua macam buku
itu mempunyai sifat yang sama, yaitu; pertama: telah ditulis
oleh pengarang-pengarang yang tidak merupakan saksi mata
kejadian yang mereka laporkan; dan kedua: telah ditulis
setelah lama kejadian-kejadian tersebut terjadi. Sebagaimana
halnya dengan Injil, Hadits-hadits itu tidak semuanya dapat
diterima sebagai autentik. Hanya jumlah kecil dipandang
autentik oleh ahli-ahli Hadits, dan dalam satu kumpulan kita
dapat menemukan Hadits-hadits autentik di samping Hadits
yang diragukan bahkan Hadits yang harus ditolak.

Berbeda dengan Injil-Injil empat, yang tidak pernah disangkal
oleh umat Kristen, kumpulan-kumpulan Hadits-hadits walaupun
yang dianggap paling autentik, pada suatu waktu dalam
sejarah Islam, telah merupakan sasaran kritik tajam dari
para ahli pikir Islam. Tetapi Qur-an, tetap menjadi buku
yang pokok dan tak dapat dipersoalkan lagi tentang
kebenarannya.

Saya menganggap penting untuk menyelidiki dalam kumpulan
Hadits-hadits tersebut, bagaimana di luar wahyu Ilahi,
Muhammad diriwayatkan telah membicarakan soal-soal yang
pengetahuan modern baru dapat membuka rahasianya pada
beberapa abad sesudahnya Saya sangat membatasi diri, dan
hanya penyelidikan Hadits yang biasanya dianggap paling
autentik, yaitu kumpulan Hadits Bukhari; sebabnya ialah
karena saya selalu berpikir bahwa karena Hadits-hadits itu
banyak yang disusun oleh para pengumpulnya menurut tradisi
oral, maka mereka dapat meriwayatkan fakta-fakta yang sama
akan tetapi dengan cara berbeda berhubungan dengan kesalahan
orang-orang yang meriwayatkannya. Hal tersebut berbeda
dengan Hadits yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang besar
jumlahnya sehingga dapat mencapai martabat Hadits autentik.

Saya menyelidiki pernyataan-pernyataan Hadits dalam hal-hal
yang pernah kita bicarakan tentang Qur-an dan Sains modern.
Hasil penyelidikan saya sangat jelas. Ada perbedaan yang
sangat besar antara pernyataan-pernyataan Qur-an yang cocok
jika dihadapkan dengan Sains modern dan pernyataan Hadits
dalam bidang sama yang sangat mudah dikritik.

Hadits yang merupakan tafsiran mengenai beberapa ayat Qur-an
kadang-kadang memberi penjelasan yang tak dapat diterima
sekarang.

Ada satu Hadits Bukhary yang menafsirkan surat 36 ayat 38
(Surat Yassin) yang telah kita bicarakan dalam fasal
Astronomi, dengan tafsiran sebagai berikut: "Ketika matahari
terbenam, ia sujud di bawah Arasy Tuhan. Matahari minta izin
untuk mengulangi perjalanannya, dan sujud sekali lagi.
Akhirnya ia kembali ke tempat dari mana ia datang dan bangun
kembali dari Timur." Teks aslinya adalah kabur dan sukar
diterjemahkan. (Kitab permulaan penciptaan, fasal 54, bab 4
no. 421). Bagaimanapun juga, Hadits tersebut mengandung
khayalan tentang perjalanan matahari dan hubungannya dengan
bumi. Sains telah menunjukkan bahwa yang benar adalah
sebaliknya isi Hadits tersebut. Jadi Hadits tersebut tidak
autentik.

Dalam fasal yang sama (Kitab permulaan penciptaan) fasal 54
bab 6 no. 430, terdapat keterangan tentang tahap-tahap
pertama daripada perkembangan embriyo. Keterangan tentang
waktu yang diperlukan oleh tahap-tahap itu terasa aneh; satu
tahap untuk mengumpulkan unsur-unsur yang menyusun manusia,
lamanya 40 hari, satu tahap di mana embryo itu merupakan
"sesuatu yang melekat" lamanya 40 hari, dan satu tahap di
mana embryo menjadi seperti daging yang dikunyah lamanya
juga 40 hari. Kemudian setelah campur tangan malaekat untuk
menentukan hari kemudian embryo itu, suatu ruh ditiupkan
dalam embryo tersebut. Gambaran perkembangan embriyo seperti
tersebut di atas tidak sesuai dengan Sains modern.

Kecuali dalam surat 16 (Nahl) ayat 69 yang menyebutkan bahwa
madu itu mengandung obat (tanpa menyebutkan untuk penyakit
apa), Qur-an tidak memberi tuntunan tentang pengobatan.
Tetapi Hadits memberikan tempat yang luas untuk soal
obat-obatan.

Dalam kumpulan Hadits Bukhary ada suatu bab khusus untuk
obat-obatan (bab 76). Dalam terjemahan Houdas dan Marcais
hal tersebut terdapat dalam jilid 4, halaman 62 s/d 91, dan
dalam bukunya Dr. Muhammad Muhsin Khan dengan terjemahan
Inggris terdapat dalam jilid 7 halaman 395 s/d 452.
Halaman-halaman tersebut memberi gambaran tentang
pendapat-pendapat orang pada waktu Hadits tersebut
dikumpulkan mengenai soal-soal yang berhubungan dengan
obat-obatan. Orang dapat menambahkan kepada hadits-hadits
dalam bab tersebut, hadits-hadits lain yang terdapat dalam
bagian-bagian lain daripada kumpulan Hadits Bukhary.

Dalam hadits-hadits yang saya sebutkan terakhir tadi,
terdapat pemikiran-pemikiran tentang sihir, mata jahat,
pengusiran setan dan lain-lain, walaupun Qur-an telah
membatasi hal-hal tersebut. Terdapat suatu hadits yang
mengatakan bahwa buah kurma dapat menjaga manusia dari
pengaruh sihir, dan dapat menyembuhkan gigitan binatang
berbisa.

Kita tidak perlu heran karena dalam zaman teknik dan
farmakologi belum maju, kita menemukan anjuran untuk
praktek-praktek yang sederhana atau obat-obatan alamiah
seperti cantuk (Hijamah) atau cara lain untuk mengeluarkan
darah kotor, mengobati luka dengan api, mencukur untuk
mengobati penyakit kulit, meminum susu onta, biji tertentu
atau tumbuh-tumbuhan tertentu, abu semacam tumbuh-tumbuhan
(untuk menghentikan darah keluar). Dalam keadaan yang
berbahaya, orang perlu menggunakan segala cara yang dapat
dilakukan, dan yang memang berguna. Tetapi saya rasa kurang
baik untuk menganjurkan minum kencing onta.

Kita juga kurang setuju dengan penjelasan-penjelasan
mengenai patologi. Di bawah ini beberapa contoh:

Asalnya penyakit panas badan: empat orang saksi menguatkan
pernyataan bahwa: panas badan itu datangnya dari api neraka
(Kitab pengobatan fasal 28).

Adanya obat bagi tiap-tiap penyakit, "Tuhan tidak menurunkan
penyakit kecuali ia juga menurunkan obatnya (Kitab
pengobatan fasal 1). Contoh konsepsi ini adalah Hadits lalat
(Kitab pengobatan, fasal 28 dan Kitab permulaan penciptaan,
bab 54, fasal 15, 16). Jika ada lalat jatuh dalam satu
wadah, lalat itu harus ditenggelamkan seluruhnya, karena
satu sayapnya mengandung racun, dan yang satu lagi
mengandung penawar, lalat mula-mula membawa racun kemudian
membawa obat.

Keguguran itu disebabkan karena si hamil melihat ular
tertentu (ular itu juga menyebabkan kebutaan). Ini
disebutkan dalam Kitab permulaan penciptaan, fasal 13 dan
14.

Mengeluarkan darah di luar waktu haid. Kitab Haid fasal 6
memuat Hadits tentang sebab mengeluarkan darah di luar waktu
haid (bab 16, 21 dan 28). Hal ini mengenai dua orang wanita.
Dalam satu kasus, tanpa perincian, mengenai symptom
tersebut, dinyatakan bahwa mengeluarkan darah itu sebabnya
karena suatu saluran darah ('irq); dalam kasus lainnya,
yaitu tentang seorang wanita yang mengeluarkan darah di luar
haid selama tujuh tahun. Di sini sebab yang sama dinyatakan
kembali. Orang dapat membuat hipotesa tentang sebab yang
sesungguhnya tentang symptom tersebut, tetapi mengingat
zaman Hadits Nabi Muhammad tersebut, kita tak dapat
menggambarkan bagaimana diagnosa tersebut didasarkan kepada
suatu argumen. Bagiamanapun juga hal ini mungkin juga benar.

Tak adanya penyakit menular, kumpulan Hadits Bukhary
menyebutkan dalam beberapa bagian dalam buku itu (fasal 19,
25, 30 31, 53 dan 54 kitab pengobatan, bab 76), kasus-kasus
khusus seperti lepra, pest, kolera, penyakit kulit onta, dan
juga penyakit menular secara umum. Pemikiran tentang hal-hal
tersebut mengandung pernyataan yang kontradiksi. Tetapi,
terdapat juga suara anjuran supaya orang jangan pergi ke
tempat di mana wabah pest berjangkit, dan supaya orang
menjauhi orang yang terserang penyakit lepra.31

Dengan begitu, kita dapat mengambil kesimpulan tentang
adanya hadits yang tak dapat diterima. Tetapi di samping
kesangsian tentang kebenaran hadits tersebut, dengan
disebutkannya di sini kita mendapat faedah yaitu bahwa
dengan memperbandingkannya dengan pernyataan ilmiah yang
terdapat dalam Qur-an, kita mengerti bahwa hadits-hadits
tersebut mengandung pernyataan yang tidak tepat. Konstatasi
ini mempunyai arti yang besar.

Kita harus ingat bahwa ketika Nabi Muhammad meninggal,
ajaran-ajaran yang diterima oleh para sahabat dari beliau
dapat dibagi menjadi dua kelompok:

Pertama, banyak pengikut Nabi yang hafal Qur-an seperti
beliau dan selalu mengulangi pembacaannya; di samping itu
terdapat tulisan-tulisan wahyu Qur-an yang dibuat waktu Nabi
Muhammad masih hidup, dan malahan sebelum hijrah.

Kedua, anggauta-anggauta dari sahabat-sahabatnya yang
terdekat, dan beberapa pengikutnya yang menyaksikan tindakan
dan kata-katanya, mereka itu memelihara apa yang mereka
saksikan atau dengarkan, dan menjadikannya sebagai sandaran
di samping Qur-an, untuk menetapkan doktrin dan hukum yang
sedang tumbuh.

Dalam tahun-tahun sesudah meninggalnya Nabi Muhammad,
teks-teks, tentang dua macam ajaran yang ia tinggalkan
bermunculan. Kumpulan Hadits yang pertama muncul 40 tahun
setelah Nabi meninggal, akan tetapi sebelum teks itu muncul,
Qur-an sudah dikumpulkan lebih dahulu pada zaman Abubakar
dan Umar. Utsman membuat teks definitif pada waktu ia
memerintah; yakni antara tahun 12 dan 24 sesudah Nabi
meninggal.

Yang perlu digaris bawahi adalah perbedaan antara kedua
macam teks dan segi sastra dan dari segi isi. Sesungguhnya
tak mungkin diadakan perbandingan dari segi style Qur-an dan
susunan tata Hadits. Dan lagi jika kita mernbandingkan isi
daripada dua teks tersebut dengan menghadapkannya kepada
hasil-hasil Sains modern, kita akan heran karena perbedaan
yang sangat besar. Saya harap saya telah berhasil
menunjukkan perbedaan antara:

Di satu pihak, pernyataan Qur-an yang sering kelihatan
remeh; tetapi jika diselidiki secara ilmiah dengan
hasil-hasil Sains modem akan ternyata bahwa
pernyataan-pernyataan itu menunjukkan hal-hal yang kemudian
dibenarkan oleh Sains.

Di lain pihak, beberapa pernyataan hadits yang kelihatannya
sesuai dengan cara berfikir pada waktu itu; tetapi
mengandung pernyataan-pernyataan yang sekarang tidak dapat
diterima secara ilmiah. Pernyataan-pemyataan tersebut
terselip dalam doktrin dan hukum Islam yang semua orang
menganggap autentik dan tak berani mempersoalkannya

Akhirnya, kita harus mengetahui bahwa sikap Nabi Muhammad
terhadap Qur-an sangat berbeda dengan sikap beliau terhadap
ucapan-ucapan beliau pribadi. Qur-an tidak merupakan
fatwa-fatwa beliau. Qur-an adalah wahyu Ilahi. Nabi menyusun
bagian-bagian Qur-an dalam waktu kurang lebih dua puluh
tahun dengan sangat hati-hati seperti yang sudah kita lihat.
Qur-an merupakan hal yang harus ditulis selama Nabi Muhammad
masih hidup. dan harus dihafalkan untuk dijadikan bacaan
sembahyang. Adapun Hadits yang disajikan sebagai hal yang
menunjukkan tindakan dan ucapan Nabi, hadits itu diserahkan
kepada pengikutnya untuk menjadi contoh dalam tindakan
mereka dan untuk ditulis sebagaimana mereka fahami. Ia tidak
memberi pengarahan dalam hal ini.

Oleh karena hanya jumlah tertentu daripada hadits dapat
dianggap secara pasti sebagai pemikiran Nabi Muhammad, maka
kebanyakan hadits hanya menunjukkan hal-hal yang dianggap
benar oleh orang-orang pada zaman dahulu, khususnya tentang
hal-hal ilmiah yang telah disebutkan dalam ketabiban. Dengan
membandingkan teks hadits dengan teks Qur-an, kita dapat
membedakan antara Qur-an dan hadits yang tidak benar dan
tidak autentik. Perbandingan ini menjelaskan perbedaan besar
antara tulisan-tulisan pada waktu itu yang penuh dengan
kekeliruan-kekeliruan ilmiah, dengan Qur-an, wahyu yang
sudah dibukukan dan yang bebas dari kesalahan-kesalahan
ilmiah.

Ketika penterjemah bertemu dengan pengarang dalam konferensi
pemikiran Islam di Aljazair pada bulan September 1978,
pengarang berpesan agar paragraf dibawah ini ditambahkan
dalam Bab Qur-an, Hadits dan Sains modern. Dalam cetakan
keenam, (bahasa Perancis) paragraf tersebut memang telah
dimuat.

Kebenaran Hadits dari segi keagamaan sama sekali tidak
menjadi persoalan. Tetapi jika Hadits itu membicarakan
soal-soal profane (bukan agama), maka tak ada perbedaan
antara Nabi Muhammad dan manusia lainnya. Sebuah Hadits
meriwayatkan pernyataan Nabi Muhammad sebagai berikut: "Jika
aku berikan perintah kepadamu mengenai agama, ikutilah, dan
jika aku menyampaikan sesuatu hal yang berasal dari
pendapatku sendiri, ingatlah bahwa aku adalah seorang
manusia." Al Saraksi dalam bukunya "al Usul" menafsirkan,
sebagai berikut: "Jika aku memberi tahu tentang hal agama,
kerjakanlah menurut keteranganku dan jika aku memberitahu
tentang soal-soal keduniaan, maka sesungguhnya kamu lebih
tahu tentang urusan keduniaanmu."





KONKLUSI UMUM

Pada akhir penyelidikan, telah nyata bahwa pendapat yang
dianut kebanyakan orang di Barat tentang kitab-kitab suci
yang kita miliki sekarang adalah tidak benar. Kita telah
melihat keadaan-keadaan dan zaman-zaman serta caranya
unsur-unsur Perjanjian Lama, Injil, dan Qur-an dikumpulkan
dan disusun. Keadaan yang mendahului lahirnya tiga kitab
wahyu berbeda sekali satu dengan lainnya; hal ini
menimbulkan akibat yang sangat penting mengenai autentisitas
teks dan aspek-aspek tertentu mengenai isinya.

Perjanjian Lama merupakan kumpulan karya sastra yang
dihasilkan selama ± 9 abad. Perjanjian Lama merupakan
campuran mosaik yang unsur-unsurnya sepanjang masa telah
dirubah-rubah oleh manusia; beberapa paragraf baru
ditambahkan kepada yang sudah ada sehingga pada waktu
sekarang sangat sulit untuk menemukan asalnya.

Injil dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada manusia
dengan jalan meriwayatkan tindakan dan ucapan Yesus, yaitu
ajaran-ajaran yang ia ingin mewariskan ketika tugasnya di
atas bumi sudah selesai. Kesulitan yang terdapat dalam Injil
ialah bahwa penulis-penulisnya bukan saksi mata yang
menyaksikan fakta-fakta yang mereka laporkan. Ajaran-ajaran
Injil hanya merupakan ekspresi berita tentang kehidupan
Yesus yang ditulis oleh juru bicara masyarakat Yahudi
Kristen, dalam bentuk tradisi lisan atau tulisan yang
sekarang sudah musnah, dan yang dahulu menjadi perantara
antara tradisi lisan dan teks yang definitif.

Dengan latar belakang inilah orang harus memandang kitab
suci Yahudi Kristen, dan jika kita ingin memikir secara
obyektif, kita harus meninggalkan konsepsi tafsir-tafsir
kuno.

Banyaknya sumber-sumber asal, mengakibatkan kontradiksi dan
pertentangan yang tak dapat dielakkan dan yang telah kita
berikan contoh-contoh yang banyak. Pengarang-pengarang Injil
mempunyai kecenderungan untuk membesar-besarkan beberapa
fakta mengenai Yesus, sebagai mana pengarang sastra epik
Perancis di abad Pertengahan berbuat tentang "Chansons de
geste." Dengan begitu maka kejadian-kejadian digambarkan
dengan nada khusus yang dõmiliki oleh pengarang-pengarang
itu, dan autentisitas fakta yang diriwayatkan, dalam
beberapa kasus menjadi sangat diragukan. Dalam kondisi
semacam itu, pernyataan-pernyataan kitab suci Yahudi Kristen
yang ada hubungannya dengan pengetahuan modern harus
diteliti dengan sikap hati-hati (reserve) yang diharuskan
oleh aspeknya yang diragukan.

Kontradiksi, kekeliruan, pertentangan dengan hasil-hasil
penyelidikan Sains modern dapat difahami sepenuhnya karena
hal-hal yang kita uraikan di atas. Tetapi rasa
keheran-heranan umat Kristen menjadi besar jika mereka
mengetahui bahwa usaha ahli-ahli tafsir resmi dilangsungkan
secara mendalam dan terus menerus untuk menutupi hal-hal
yang bertentangan dengan pengetahuan modern, dengan
permainan akrobatik dialektik yang hilang dalam lyrik
apologi. Contoh tentang hal ini kita dapatkan dalam silsilah
keturunan Yesus dalam Injil Matius dan Lukas yang
kontradiksi dan tak dapat diterima secara ilmiah, dan
menunjukkan keadaan mental yang tidak wajar. Injil Yahya
menarik perhatian kita karena perbedaan-perbedaannya yang
menyolok dengan ketiga Injil lainnya khususnya mengenai
kesepian yang biasanya tidak diperhatikan orang, yaitu tidak
disebutkannya Ekaristi di dalamnya.

Wahyu Qur-an mempunyai sejarah yang secara fundarnental
berbeda dengan dua kitab suci sebelurnnya. Diturunkan
bertahap-tahap dalam waktu kurang lebih dua puluh tahun.
Quran yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad dengan
perantaraan Malaekat Jibril, bicara langsung terus
dihafalkan oleh orang-orang yang percaya dan pada waktu yang
sama ditulis juga pada waktu Nabi Muhammad masih hidup-
Penelitian Qur-an yang terakhir yang diselenggarakan 24
tahun sesudah meninggalnya Nabi Muhammad, dan di bawah
pemerintahan Usman, dikuatkan oleh kontrol orang-orang yang
memang sudah hafal teks Qur-an, karena mereka mengerti
Qur-an pada waktu turunnya wahyu dan kemudian selalu
mengulangi hafalannya. Dari semenjak itu teks Qur-an telah
dipelihara secara sangat ketat. Qur-an tidak mengandung
problem tentang autentik atau tidak autentik.

Qur-an yang diwahyukan sesudah kedua kitab suci sebelumnya,
bukan saja bebas dari kontradiksi dalam riwayat-riwayatnya,
kontradiksi yang menjadi ciri Injil-Injil karena disusun
oleh manusia tetapi juga menyajikan kepada orang yang
mempelajarinya secara obyektif dengan mengambil petunjuk
dari Sains modern, suatu sifat yang khusus, yakni
persesuaian yang sempurna dengan hasil Sains modern. Lebih
dari itu semua, sebagai yang sudah kita buktikan Qur-an
mengandung pernyataan ilmiah yang sangat modern yang tidak
masuk akal jika dikatakan bahwa orang yang hidup pada waktu
Qur-an diwahyukan itu adalah pencetus-pencetusnya. Dengan
begitu maka pengetahuan ilmiah modern memungkinkan kita
memahami ayat-ayat tertentu dalam Qur-an yang sampai
sekarang tidak dapat ditafsirkan.

Perbandingan beberapa riwayat Bibel dengan riwayat Quran
tentang hal yang sama menunjukkan adanya perbedaan
fundamental antara pernyataan Bibel yang tak dapat diterima
secara ilmiah dengan pernyataan Qur-an yang sesuai
sepenuhnya dengan Sains modern, umpamanya tentang penciptaan
dan tentang banjir Nabi Nuh seperti yang sudah kita lihat.

Mengenai Exodus Musa kita dapatkan dalam Qur-an suatu
tambahan yang berharga kepada riwayat Perjanjian Lama.
Tambahan itu seluruhnya sesuai dengan hasil-hasil
penyelidikan arkeologi yang menunjukkan bila
kejadian-kejadian dalam sejarah Musa itu terjadi. Perbedaan
sangat penting antara Qur-an dan Bibel dalam soal-soal lain
adalah pertentangan dengan anggapan bahwa Muhammad menjiplak
suatu copy Bibel untuk menulis Qur-an, semua itu tanpa
bukti.

Akhirnya, penelitian perbandingan tentang penyataan yang
penting untuk Sains, terdapat dalam Hadits, kata-kata
Muhammad; tetapi banyak di antara yang disangsikan
kebenarannya, walaupun menunjukkan kepercayaan manusia pada
waktu itu dan di lain pihak pernyataan Qur-an yang mengenai
Sains juga, menunjukkan perbedaan besar yang meyakinkan kita
bahwa sumber Hadits berlainan dengan sumber Qur-an.

Orang tidak dapat menggambarkan bahwa banyak pernyataan
Qur-an yang mempunyai aspek ilmiah itu adalah karya manusia,
karena keadaan pengetahuan pada zaman Muhammad tidak
memungkinkan hal tersebut. Oleh karena itu adalah wajar,
bukan saja untuk mengatakan bahwa Qur-an itu ekspresi suatu
wahyu akan tetapi juga untuk memberikan kedududukan yang
istimewa kepada wahyu Qur-an berhubung dengan jaminan
autentisitasnya dan berhubung dengan terdapatnya
pernyataan-pernyataan ilmiah yang setelah- diteliti pada
zaman kita sekarang ini, ternyata sebagai satu tantangan
kepada penjelasan yang berasal dari manusia.

Catatan kaki:
1 Tiap tiap bentuk permusuhan terhadap Islam, walaupun
datangnya dari musuh-musuh agama Kristen, pada waktu
tertentu dalam sejarah, mendapat smbutan yang hangat
dari pembesar-pembesar tertinggi dalam gereja Katolik.
Paus Benoit XIV yang mashur sebagai Paus yang terbesar
pada abad XVIII, tidak ragu-ragu untuk mengirim restunya
kepada Voltaire. Dengan mengirim restu itu, Paus
tersebut ingin menyampaikan terima kasihnya, karena
Voltaire mempersembahkan karangannya "Mohammad atau
Fanatisme" (1741) kepada Paus Benoit XIV tersebut.
Karangan tersebut merupakan ejekan
kasar terhadap Muhammad, yang kwalitasnya sama dengan
buku apa saja yang ditulis oleh ahli pena yang pandai
tetapi beriktikad jahat. Tragedi tersebut mendapat
kehormatan karena termasuk dalam lakon-lakon dalam
kumpulan Comedie Francaise.
2 Lumen Gentium, judul suatu dokumen Konsili Vatikan
(1962-1965).
3 Soal bahasa dan terjemahan memang sulit. Di Indonesia
sebaliknya. Kita lebih suka memakai kata "Allah" sebab
sudah terang bahwa "Allah" adalah kata yang tersebut
dalam Al Qur-an dan sebagian besar bangsa Indonesia
beragama Islam. Kata "Allah" mempunyai konotasi sendiri
yakni: sifat-sifat yang ada dalam Qur-an seperti sifat
Tunggal, adil, bijaksana, pemurah, penyayang dan
seterusnya, sedang kata Tuhan mempunyai konotasi
menurut agama orang yang memakainya (Rasjidi).
4 Para penterjemah Qur-an yang masyhur-masyhur tidak
terlepas danpada kebiasaan sekuler ini, yakni memasukkan
dalam terjemahan mereka hal-hal yang tak terdapat dalam
teks Arab. Dengan tidak merubah teks, orang dapat
menambah judul yang tak terdapat dalam teks asli, dan
tambahan itu merubah arti umum -- R. Blachere dalam
terjemahannya yang terkenal, terbitan Maisonneuse tahun
1966 halaman 115, memasukkan judul yang tak terdapat
dalam Qur-an di atas ayat-ayat yang memang mengajak
umat Islam untuk memegang senjata, akan tetapi bukan
mengajak kepada agressi, R. Blachere membubuhi judul
"Kewajiban untuk melakukan perang suci." Tentu saja
pembaca yang tidak dapat memahami Qur-an kecuali dengan
terjemahan akan merasa yakin bahwa seorang Islam wajib
melakukan Perang Suci.
5 Menurut penyelidikan, ketika Nabi Muhammad masih hidup
ada beberapa sahabat yang mengumpulkan Hadits-Hadits
untuk keperluan pribadi; Penterjemah Rasyidi.
6 Wahyu ini telah merubah keadaan Nabi Muhammad. Kita akan
membicarakan artinya, khususnya berhubung karena Nabi
Muhammad tak dapat membaca dan menulis pada waktu itu.
7 Pengarang menghitung waktu turunnya wahyu Kerasulan
Muhammad adalah 23 tahun, 13 di Mekah dan 10 di Medinah.
Tetapi antara wahyu pertama dan kedua terjadi masa putus
selama 3 tahun. (Rasjidi).
8 Saya pernah baca di majalah Time beberapa Tahun yang
lalu, bahwa Presiden Russia, Breznev menghadiahkan
mushaf Uthmani berasal dari Tasykent kepada Kepala
Negara Libya, Mua'mmar Qadhafi.
9 Riwayat Bibel yang dimaksudkan di sini adalah riwayat
Sakerdotal (riwayat para pendeta) yang telah dibicarakan
dalam bagian pertama daripada buku ini. Riwayat Yahwist
yang hanya diringkas dalam beberapa baris dalam teks
Bibel sekarang adalah sangat tidak berarti untuk
dibicarakan.
10 Kita dapatkan bahwa bulan dan matahari yang keduanya
dalam Bibel dinamakan benda bercahaya, di sini dan di
lain tempat dalam Qur-an diberi dua nama yang berbeda.
Di sini bulan dinamakan cahaya (nur) dan matahari
dibandingkan dengan pelita (siraj) yang mengeluarkan
cahaya. Di lain tempat kita akan mendapatkan nama-nama
atau sifat lain untuk matahari.
11 Di luar Qur-an, pada zaman Nabi dan abad-abad sesudahnya
dalam teks-teks yang meriwayatkan Hadits angka 7 dipakai
untuk menunjukkan "banyak."
12 Pernyataaan bahwa penciptaan sama sekali tidak
meletihkan Tuhan nampak sebagai jawaban yang tepat
terhadap riwayat Bibel yang kita muat dalam bagian
pertama daripada buku ini, yaitu bagian yang mengatakan
bahwa Tuhan beristirahat pada hari ketujuh sesudah Dia
bekerja pada hari-hari sebelumnya.
13 Mengenai bulan, orang berpendapat bahwa asalnya adalah
pecahan daripada bumi, disebabkan oleh makin lambatnya
peredaran.
14 Saya sering mendengar dari orang-orang yang berusaha
mencari penjelasan manusiawi mengenai soal-soal yang
ditimbulkan oleh Qur-an, bahwa Qur-an memuat
keterangan-keterangan yang tepat dan mengherankan
tentang astronomi, hal itu karena orang Arab memang
menonjol dalam pengetahuan astronomi. Penjelasan
seperti tersebut melupakan bahwa pada umumnya
perkembangan Sains di negara-negara Islam terjadi
setelah Qur-an selesai diwahyukan, dan melupakan pula
bahwa pengetahuan ilmiah pada periode yang agung itu
tidak memungkinkan seorang manusia untuk menulis
ayat-ayat tentang astronomi yang kita dapatkan dalam
Qur-an. Pembuktian tentang hal ini akan saya berikan
dalam paragraf-paragraf yang akan datang.
15 excentriq artinya dua lingkaran yang titik pusatnya
berlainan.
16 Ayat ini diikuti dengan ajakan untuk mengakui nikmat
Tuhan; itulah isi pokok daripada surat 55.
17 Kota Sana'a, sekarang ibu kota Yaman telah didiami orang
pada zaman Nabi Muhammad. Kota itu terletak dalam
ketinggian 2400 m.
18 Dalam ayat lain (surat 6 ayat 98) "tempat menetap"
dikatakan dengan istilah yang sangat dekat dengan
istilah di atas dan dapat berarti uterus (rahim) ibu.
Secara pribadi saya berpendapat bahwa itulah arti ayat
tadi, akan tetapi interpretasinya yang terperinci
memerlukan perkembangan-perkembangan yang di sini bukan
tempatnya untuk menyebutkannya. Surat 39 ayat 6
artinya: "Dia menjadikan kamu dalam badan ibumu,
kejadian demi kejadian, dalam tiga kegelapan." Juga
memerlukan interpretasi yang tepat. Ahli-ahli tafsir
modern mengartikannya sebagai tiga bagian anatomik yang
memelihara bayi dalam kandungan: dinding perut, rahim
dan zat-zat yang membungkus bayi (placenta, membrane,
dan cairan aminotik). Saya merasa perlu menyebutkan
ayat tersebut agar penyelidikan ini menjadi sempurna.
Interpretasi yang diberikan di sini secara anatomis tak
dapat dibantah, tetapi apakah itu yang dimaksudkan oleh
teks Qur-an.
19 Sepanjang pengetahuan penterjemah, hanya R. Blachere
yang mengartikan ayat tersebut dengan pengertian itu.
20 Semenjak manusia mengetahui tentang kronologi zaman kuno
dan mengetahui bahwa khayalan kronologi daripada
penulis-penulis teks Sakerdotal dalam Perjanjian Lama
tidak dapat dipercaya, kronologi tersebut lekas-lekas
dihilangkan dari Bibel. Tetapi ahli tafsir modern
tentang silsilah keturunan, yang sampai sekarang masih
dimuat dalam Bibel, tidak menarik perhatian pembaca
Bibel yang dicetak untuk awam kepada
kesaiahan-kesalahan yang terdapat dalam Bibel.
21 Rass adalah telaga yang sudah kering, kaum Rass
menyembah patung dan Tuhan mengutus Nabi Syu'aib kepada
mereka.
22 Kita akan lihat bahwa angka ini berlebih-lebihan.
23 Pada masa jayanya dinasti Ptolomeus, sebelum dihancurkan
oleh tentara Romawi di Iskandariyah terdapat
dokumen-dokumen penting tentang sejarah kuno.
Dokumen-dokumen tersebut sudah hilang.
24 Dalam sejarah suci pada permulaan abad XX seperti yang
dikarang oleh pendeta H. Lesetre untuk
pelajaran-pelajaran agama, disebutkan bahwa Exodus
terjadi pada waktu Mineptah memerintah Mesir.
25 R. P.B. Couroyer, Professor di Sekolah Bibel Yerusalem,
dalam komentarnya tentang Kitab Kejadian mengatakan
bahwa nama "Israil" selalu disertai kata "aku" dan
bukan "negara" seperti nama-nama lain yang terdapat
dalam dokumen.
26 Tentunya yang dimaksudkan oleh pengarang tafsir itu
adalah riwayat Bibel.
27 Thorax: badan-badan manusia antara leher dan diaphram,
mengandung alat pernafasan dan sirkulasi.
28 Endoscopie: alat untuk mengetahui keadaan dalam badan
manusia.
29 Mumia Ramses II, seorang saksi dalam sejarah Nabi Musa
juga menjadi bahan penyelidikan seperti mumia Mineptah.
Penyelidikan tersebut memerlukan daya upaya yang sama.
30 Sesungguhnya, kata yang lebih tepat adalah Sunnah Nabi.
Hadits berarti riwayat, yakni orang-orang yang bernama
baik itu meriwayatkan tentang Sunnah Nabi.
(penterjemah).
31 Dalam menguraikan pendapatnya mengenai Hadits
obat-obatan, pengarang menimbulkan kesan bahwa ia sangat
terpengaruh dengan pengobatan modern. Hal ini dapat
difahami karena ia adalah seorang dokter ahli bedah
yang hidup di Paris Barangkali kalau ia mengunjungi
Indonesia ia akan keheran-heranan melihat jamu-jamu dan
pengobatan tradisional yang masih dipraktekkan orang
(penterjemah).



BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

No comments: