Asal-usul Manusia
DAFTAR ISI
 
19. ASAL-USUL DAN KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN
    Asal-Usul Kehidupan
    Keberlangsungan Kehidupan
 
20. Asal Manusia DAN TRANSFORMASI-TRANSFORMASI BENTUK 
      MANUSIA SEPANJANG ZAMAN
    Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah
    Komponen-Komponen Bumi (Tanah) Dan Pembentukan Manusia
    Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad
 
21. REPRODUKSI MANUSIA: AKIBAT-AKIBATNYA ATAS TRANSFORMASI-
      TRANSFORMASI SPESIES
    Pengingat Gagasan-Gagasan Tertentu Mengenai Reproduksi 
      Manusia
    Pernyataan-Pernyataan dalam Al-Quran
        Sejumlah Cairan Yang Dibutuhkan Untuk Pembuahan
        Kompleksitas Cairan Pembuah
        Penanaman Telur Dalam Organ-Organ Kemaluan Wanita
        Evolusi Embrio di Dalam Rahim
    Transformasi-Transformasi Bentuk Manusia Sepanjang Abad 
      dan Perkembangan Embrionik
 
------------------------------------------------------------
                 19. ASAL-USUL DAN KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN
------------------------------------------------------------
 
Salah satu sifat  asli  Al-Quran,  yang  membedakannya  dari
Bibel  sebagaimana  disebutkan  di  atas, adalah bahwa untuk
mengilustrasikan  penegasan  yang   berulang-ulang   tentang
ke-Mahakuasaan  Tuhan,  Kitab  tersebut merujuk kepada suatu
keragaman gejala alam. Dalam hal sejumlah besar fenomena ini
ia   juga  memberikan  suatu  uraian  terinci  tentang  cara
fenomena-fenomena  itu  berevolusi  -penyebab-penyebab   dan
akibat-akibatnya.   Kesemua   rincian   ini   pantas   untuk
diperhatikan.  Pernyataan-pernyataan  yang  dikandung   oleh
Al-Quran  tentang  manusia,  adalah  di  antara  yang paling
mengejutkan saya ketika saya membaca  kitab  tersebut  untuk
pertama  kalinya  dalam  bahasa  Arab  aslinya.  Hanya  yang
aslinya  sajalah  yang   bisa   menjelaskan   makna   sejati
pernyataan-pernyataan  yang  amat  sering disalahterjemahkan
disebabkan alasan-alasan yang disebut di atas.
 
Yang menjadikan penemuan-penemuan ini sangat penting  adalah
bahwa  kesemuanya  itu  merujuk  pada banyak pengertian yang
belum dikenal  pada  saat-saat  Al-Quran  diwahyukan  kepada
manusia  dan  yang -baru empat belas abad kemudian- terbukti
sepenuhnya selaras dengan sains modern.  Dalam  konteks  ini
sama  sekali  tak  perlu  mencari-cari penjelasan-penjelasan
palsu yang cenderung muncul di beberapa publikasi dan bahkan
di  dalam  sejarah-sejarah  ilmu kedokteran yang di dalamnya
Muhammad  dianggap  sebagai   memiliki   kemampuan-kemampuan
kedokteran  (sebagaimana juga Al-Quran disebut-sebut sebagai
mengandung  resep-resep  kedokteran,  suatu   gagasan   yang
sepenuhnya tidak tepat).[1]
 
                                         Asal-Usul Kehidupan
------------------------------------------------------------
 
Al-Quran memberikan jawaban yang amat jelas pada pertanyaan:
Pada titik manakah kehidupan bermula? Dalam bagian ini, saya
akan   mengajukan   ayat-ayat   Al-Quran  yang  di  dalamnya
dinyatakan bahwa Asal Manusia  adalah  (bersifat)  air.
Ayat  pertama  di bawah ini juga menunjuk kepada pembentukan
alam semesta.
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa  lelangit  dan
bumi  disatukan,  kemudian  mereka  Kami  pisahkan  dan Kami
menjadikan setiap yang hidup dari air. Lantas akankah mereka
tak beriman?" (QS 21:30)
 
Pengertian  'menghasilkan  sesuatu  dari  sesuatu yang lain'
sama sekali tidak menimbulkan  keraguan.  Ungkapan  tersebut
bisa  juga  berarti  bahwa  setiap sesuatu yang hidup dibuat
dari air (sebagai  komponen  pentingnya)  atau  bahwa  semua
benda  hidup  berasal  dari  air. Kedua makna itu sepenuhnya
sesuai dengan data saintifik. Pada  kenyataannya,  kehidupan
berasal  dari yang bersifat air dan air adalah komponen yang
paling penting dari seluruh sel-sel hidup. Tanpa  air  hidup
menjadi  tidak  mungkin.  Jika  kemungkinan  kehidupan  pada
planet lain diperbincangkan, maka  pertanyaan  yang  pertama
selalu: Adakah cukup air untuk mendukung kehidupan di tempat
tersebut?
 
Data modern membawa kita untuk berpikir  bahwa  wujud  hidup
yang    paling   tua   barangkali   termasuk   dalam   dunia
tumbuh-tumbuhan:  ganggang  telah  ditemukan  sejak  periode
pra-Cambria  yaitu saat dikenalinya daratan yang paling tua.
Organisme yang termasuk dalam dunia hewan barangkali  muncul
sedikit lebih kemudian: mereka muncul dari laut.
 
Kata   yang   di   sini  diterjemahkan  sebagai  'air'  pada
kenyataannya adalah ma'[2] yang berarti baik air  di  langit
maupun  air  di  lautan atau segala jenis cairan. Dalam arti
yang pertama air merupakan unsur yang penting  bagi  seluruh
kehidupan tumbuh-tumbuhan:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka
Kami[3]  tumbuhkan   (dari   air    itu)    berpasang-pasang
tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda." (QS 20:53)
 
Inilah    perujukan    pertama   kepada   suatu   'pasangan'
tumbuh-tumbuhan. Nanti kita akan kembali  kepada  pengertian
ini.
 
Dalam  arti  keduanya yang merujuk pada segala jenis cairan,
kata tersebut dipergunakan dalam bentuk  tak-tentunya  untuk
menunjukkan  zat  yang berada pada dasar pembentukan seluruh
kehidupan hewan:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis  hewan  dari  air."
(QS 24:45)
 
Sebagaimana  akan  kita lihat nanti, kata tersebut juga bisa
diterapkan pada cairan mani.[4]
 
Jadi, pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran tentang asal-usul
kehidupan,  apakah itu merujuk kepada kehidupan secara umum,
unsur yang melahirkan tumbuh-tumbuhan di dalam tanah ataupun
benih  hewan-hewan, seluruhnya sepenuhnya sesuai dengan data
saintifik modern.  Tak  satu  pun  mitos  tentang  asal-usul
kehidupan  yang  lazim  dianggap  benar oleh orang pada saat
Al-Quran diwahyukan kepada  manusia  disebutkan  dalam  teks
tersebut.
 
                                   Keberlangsungan Kehidupan
------------------------------------------------------------
 
Al-Quran  merujuk pada banyak aspek kehidupan di dalam dunia
hewan dan tetumbuhan. Saya telah menguraikan kesemuanya  itu
dalam  karya  saya  sebelum  ini yang diterbitkan pada tahun
1976 (edisi bahasa Inggris,  1978).  Dalam  studi  ini  saya
ingin  memusatkan  perhatian pada ruang yang diberikan dalam
Al-Quran kepada tema keberlangsungan kehidupan.
 
Berbicara secara umum, komentar-komentar yang diberikan atas
pembiakan  (reproduksi) dalam dunia tumbuh-tumbuhan bersifat
lebih panjang daripada yang merujuk kepada  pembiakan  dalam
dunia  hewan.  Meskipun demikian, ada banyak pernyataan yang
menggarap tema reproduksi  manusia,  sebagaimana  akan  kita
lihat di bawah ini.
 
Sudah  merupakan suatu pengetahuan yang diakui bahwa ada dua
metode reproduksi di dalam dunia tumbuh-tumbuhan: yaitu yang
bersifat  seksual  dan  aseksual  (contohnya, pelipatgandaan
spora-spora atau proses menyetek yang merupakan kasus-khusus
pertumbuhan).  Perlu kita perhatikan, bahwa Al-Quran merujuk
kepada bagian-bagian jantan dan betina tetumbuhan tersebut:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
 
"(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka
Kami    tumbuhkan    (dari    air    itu)   berpasang-pasang
tumbuh-tumbuhan yang saling terpisah." (QS 20:53)
 
"Satu dari sepasang" merupakan penerjemahan dari  kata  zauj
(jamaknya azwaj) yang arti aslinya adalah "yang bersama-sama
dengan yang lainnya membentuk satu pasangan." Kata  tersebut
bisa  juga langsung diterapkan pada pasangan kawin (artinya,
manusia), sebagaimana juga pasangan sepatu.
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-
 pasangan." (QS 13:3)
 
Pernyataan  ini  berarti  kemaujudan  organ-organ jantan dan
betina dalam seluruh beragam spesies  buah-buahan.  Hal  ini
sepenuhnya  sesuai  dengan  data  yang  ditemukan pada kurun
waktu yang jauh lebih kemudian berkenaan dengan  pembentukan
buah,  karena  seluruh  tipe  berasal  dari  tetumbuhan yang
memiliki organ-organ seksual (sekalipun  beberapa  varietas,
seperti   pisang,  berasal  dari  bunga-bungaan  yang  tidak
dibuahi).
 
Pada  umumnya,  reproduksi  seksual  di  dunia  hewan  hanya
digarap  secara  ringkas  dalam Al-Quran. Pengecualian dalam
hal ini adalah berkenaan  dengan  manusia.  Karena,  seperti
yang  akan  kita  lihat  kemudian  dalam  bab  berikut  ini,
pernyataan-pernyataan mengenai topik  ini  berjumlah  banyak
dan sangat terinci.
 
-------------    
Catatan kaki:
 
1 Seluruh kandungan Al-Quran  merupakan  ketentuan-ketentuan
tertentu  mengenai  kebiasaan-kebiasaan  yang sehat seperti:
kebersihan diri, larangan  minum  alkohol;  suatu  ketentuan
seperti  berpuasa  di  bulan  Ramadhan juga merupakan bagian
yang jelas dari aturan-aturan ini. Penyebutan madu di  dalam
Al-Quran   tidak   mencakup   indikasi   apa   pun  mengenai
kasus-kasus khusus yang di situ  madu  ternyata  bermanfaat
bagi kesehatan manusia.
2  Pembaca  yang ingin mengetahui lebih lanjut transliterasi
bahasa Arab ke Latin, hendaknya melihat bagan  dalam  Bibel,
Quran, dan Sains Modern (Edisi Prancis).
3  Perubahan  dalam  struktur  gramatikal suatu ungkapan ini
bersifat umum atau lazim dalam Al-Quran. Tuhan  adalah  yang
mula  pertama  dirujuk  secara  tak  langsung, kemudian teks
tersebut mengaitkan Firman-Firman Langsung-Nya, sebab 'Kami'
dengan jelas berarti Tuhan.
4  Disimpan oleh kelenjar reproduksi, cairan mani mengandung
spermatozoa.
20. ASAL-USUL  MANUSIA DAN  TRANSFORMASI-TRANSFORMASI BENTUK
    MANUSIA SEPANJANG ZAMAN                            (2/5)
------------------------------------------------------------
 
Beberapa ayat di dalam Al-Quran berikut ini tidak mengandung
sesuatu  pun kecuali makna spiritual mendalam. Yang lainnya,
dalam       pandangan       saya,       merujuk       kepada
transformasi-transformasi    yang    tampaknya   menunjukkan
perubahan-perubahan  di  dalam   morfologi   manusia.   Yang
terkemudian   ini   menguraikan   fenomena  yang  sepenuhnya
bersifat material, yang terjadi di dalam berbagai fase  tapi
selalu  dalam  susunan  yang  tepat.  Campur tangan kehendak
Tuhan, yang mengatasi segalanya,  disebutkan  beberapa  kali
dalam  ayat-ayat  ini. Hal tersebut tampak dimaksudkan untuk
mengarahkan transformasi-transformasi  yang  terjadi  selama
suatu   proses  yang  hanya  bisa  diuraikan  sebagai  suatu
'evolusi.' Di sini, kata tersebut dipergunakan dengan maksud
untuk  menunjukkan satu rangkaian modifikasi-modifikasi yang
tujuannya adalah untuk sampai kepada satu  bentuk  definitif
(tetap).  Tambahan  pula, penekanan diberikan kepada gagasan
bahwa ke-Mahakuasaan Tuhan tampil pada  kenyataan  bahwa  Ia
memusnahkan   populasi  manusia  untuk  memberi  jalan  bagi
populasi baru lainnya: hal  ini  tampak  bagi  saya  sebagai
tema-tema utama yang muncul dari himpunan ayat Al-Quran yang
disatukan di dalam bab ini.
 
Tak syak lagi, para pengulas terdahulu tidak  mampu  melihat
adanya   gagasan   bahwa  bentuk  manusia  bisa  jadi  telah
mengalami   transformasi.    Meskipun    demikian,    mereka
berkehendak untuk mengakui bahwa perubahan-perubahan mungkin
saja  benar-benar  telah   terjadi   dan   mereka   mengakui
kemaujudan   tahapan-tahapan   di   sepanjang   perkembangan
embrionik -suatu gejala yang  biasa  teramati  pada  seluruh
kurun  waktu  dalam  sejarah.  Meskipun demikian, hanya pada
masa  kita  inilah,  sains  modern  mengizinkan  kita  untuk
sepenuhnya  memahami  arti  ayat-ayat Al-Quran yang menunjuk
kepada   tahapan-tahapan   berturutan   dari    perkembangan
embrionik di dalam rahim.
 
Pada   saat  ini  kita  memang  bisa  bertanya-tanya  apakah
perujukan-perujukan di  dalam  Al-Quran  kepada  tahap-tahap
yang  berurutan dari perkembangan manusia, paling tidak pada
beberapa ayat, tidak melampaui sekadar pertumbuhan embrionik
sedemikian   sehingga   mencakup   transformasi-transformasi
morfologi  manusia   yang   terjadi   selama   berabad-abad.
Kemaujudan  perubahan-perubahan  seperti  itu  telah  secara
resmi  dibuktikan  oleh  paleontologi  dan  buktinya  sangat
banyak sehingga tak perlu lagi untuk mempertanyakannya.
 
Para   penafsir  Al-Quran  terdahulu  barangkali  tak  punya
firasat bakal  adanya  penemuan-penemuan  pada  berabad-abad
kemudian.  Mereka  hanya bisa memandang ayat-ayat khusus ini
dalam konteks perkembangan embrio, tak ada  alternatif  lain
pada masa itu.
 
Kemudian   tibalah   bom  Darwin  yang  -melalui  pemuntiran
terang-terangan teori Darwin  oleh  para  pengikut  awalnya-
mengekstrapolasikan  pengertian  tentang  suatu evolusi yang
bisa diterapkan atas manusia,  meskipun  tingkat  evolusinya
belum  lagi  dibuktikan  di  dalam  dunia  hewan.  Dalam hal
Darwin, teori tersebut didorong sampai  ke  tingkat  ekstrem
sedemikian  sehingga  para  peneliti mengklaim sebagai telah
memiliki  bukti  bahwa  manusia  berasal  dari  kera  -suatu
gagasan  yang,  bahkan  pada masa sekarang, tak seorang ahli
paleontologi terhormat sekalipun mampu membuktikannya. Meski
demikian  jelas  terdapat satu jurang yang sangat senjang di
antara konsep tentang manusia yang berasal dari kera  (suatu
teori yang sepenuhnya tak bisa dipertahankan) dengan gagasan
transformasi-transformasi bentuk manusia di sepanjang  waktu
(yang   telah   sepenuhnya   dibuktikan).  Kerancuan  antara
keduanya telah mencapai puncaknya ketika mereka  digabungkan
menjadi  satu -dengan hujjah-hujjah yang sangat dicari-cari-
di  bawah  panji  kata   EVOLUSI.   Kerancuan   yang   tidak
menguntungkan  ini  telah  menyebabkan beberapa orang secara
salah mengkhayalkan bahwa karena kata tersebut  dipergunakan
untuk menunjuk manusia, maka ia mesti berarti bahwa, menurut
kenyataan itu sendiri, Asal Manusia bisa dilacak hingga
kera.
 
Adalah amat penting untuk memahami dengan gamblang perbedaan
di  antara  keduanya;  kalau  tidak,  ada  risiko  timbulnya
kesalahpahaman  tentang makna yang dikaitkan kepada beberapa
ayat Al-Quran  tertentu  yang  akan  saya  kutip.  Di  dalam
ayat-ayat  ini  tak ada satu isyarat yang paling samar-samar
pun   berkenaan   dengan   bukti   untuk   mendukung   teori
materialistis    tentang   asal-usul   manusia   yang   amat
mengguncangkan kaum Muslim, Yahudi dan Nasrani tersebut.
 
      Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah
------------------------------------------------------------
 
Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua ayat berikut ini, manusia
ditampilkan  di dalam Al-Quran sebagai suatu wujud yang amat
erat berkaitan dengan tanah (perujukan pertama):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dan Allah menumbuhkan  kamu  sebagai  suatu  tumbuhan  dari
tanah,  dan  kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya,
Dia akan mengeluarkan  kamu  lagi,  sebagai  suatu  keluaran
baru." (QS 71 :17-18)
 
Ayat  berikut ini menyebutkan tentang tanah (perujukan nomor
2):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dari (tanah) itulah Kami,[5] membentuk kamu  dan  kepadanya
Kami  akan  mengembalikan  kamu  dan  daripadanya  Kami akan
mengeluarkan kamu pada kali yang lain. " (QS 20:55)
 
Aspek spiritual asal manusia dari tanah ini ditekankan  oleh
kenyataan bahwa kita mesti kembali ke tanah setelah kematian
dan juga oleh gagasan bahwa  Tuhan  akan  mengeluarkan  kita
lagi  pada  Hari  Pengadilan,  suatu  makna  spiritual yang,
sebagaimana telah kita lihat, juga ditegaskan oleh Bibel.
 
Sehubungan dengan penerjemahan  di  atas,  berkenaan  dengan
perujukan  nomor  2, saya ingin menunjukkan kepada baik para
pembaca berbahasa Arab maupun yang menguasai bahasa Arab  di
Barat,  kata  bahasa Arab khalaqa biasa diterjemahkan dengan
kata kerja 'menciptakan'. Tetapi, penting  untuk  diketahui,
bahwa sebagaimana ditunjukkan oleh kamus yang amat baik yang
disusun oleh Kasimirski,  arti  asli  kata  tersebut  adalah
'memberikan  suatu  proporsi  kepada sesuatu atau membuatnya
memiliki proporsi atau jumlah tertentu.' Bagi Tuhan  (saja),
penerjemahan  tersebut  telah  dimudahkan  dengan penggunaan
kata 'menciptakan,' yakni mewujudkan sesuatu yang sebelumnya
tidak  maujud.  Dengan  berbuat  demikian,  orang-orang yang
secara eksklusif menggunakan istilah  'menciptakan'  sebagai
merujuk  kepada  tindakan  itu,  telah  gagal  menerjemahkan
gagasan tentang 'proporsi' yang  menyertainya.  Penerjemahan
yang lebih tepat, barangkali, adalah dengan menggunakan kata
'membentuk' atau 'membentuk dalam  proporsi  tertentu.'  Hal
ini  akan  membawa  kita  lebih dekat kepada makna asli kata
bahasa Arabnya. Inilah sebabnya, kenapa saya  telah  memilih
menggunakan   kata   'membentuk'  di  dalam  sebagian  besar
terjemahan-terjemahan saya,  dengan  makna  yang  disiratkan
oleh kata bahasa Arab primitifnya.
 
      Komponen-Komponen Bumi (Tanah) Dan Pembentukan Manusia
------------------------------------------------------------
 
Makna  spiritual  utama  asal-usul  manusia dari tanah tidak
menyingkirkan  pengertian,  yang  ada  di  dalam   Al-Quran,
tentang   apa   yang   pada   masa   kini   disebut  sebagai
'komponen-komponen'  kimiawi   tubuh   manusia   yang   bisa
ditemukan  di  tanah[6] agar bisa  membawakan pengertian ini
yang pada masa kini diakui sebagai  tepat  secara  saintifik
kepada  orang-orang  yang  hidup ketika Al-Quran diwahyukan,
maka terminologi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pada
masa    itu   harus   digunakan.   Manusia   dibentuk   dari
komponen-komponen yang dikandung di dalam tanah. Gagasan ini
muncul  dengan  sangat  jelas  dari  berbagai  ayat  yang di
dalamnya elemen-elemen pembentuk tersebut ditunjukkan dengan
berbagai nama (perujukan nomor 3):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dia  telah  menyebabkan kamu tumbuh dari bumi (tanat)." (QS
11.61)
 
Gagasan tentang tanah (ardh di dalam bahasa  Arab)  diulangi
pada surah 53 ayat 32.
 
Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 4):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Maka  sesungguhnya  Kami telah membentukmu dari tanah gemuk
(soil)." (QS 22 :5)
 
Asal manusia dari tanah gemuk (thurab di dalam bahasa  Arab)
diulangi  dalam surah 18 ayat 37, surah 30 ayat 20, surah 35
ayat 11 dan surah 40 ayat 67. Selanjutnya  (perujukan  nomor
5):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dialah yang membentuk kamu dari lempung." (QS 6 :2)
 
Lempung (thin dalam bahasa Arab) dipergunakan dalam beberapa
ayat  untuk   mendefinisikan   komponen-komponen   pembentuk
manusia.
 
Selanjutnya (perujukan nomor 6):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari lempung." (QS 32:7)
 
Penting  untuk dicatat dalam hal ini bahwa Al-Quran menunjuk
kepada 'awal' suatu penciptaan dari lempung. Hal  ini  jelas
bermakna bahwa tahap yang lain akan segera mengikuti.
 
Meskipun  tampak  tidak memberikan data baru bagi studi masa
kini, kutipan berikut ini diberikan demi  kelengkapan.  Ayat
ini merujuk kepada manusia (perujukan nomor 7):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Sesungguhnya  Kami telah membentuk mereka dari lempung yang
pekat." (QS 37:11)
 
Selanjutnya (perujukan nomor 8):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dia membentuk manusia dari lempung, seperti tembikar."  (QS
55:14)
 
Citra   di  atas  menunjukkan  bahwa  manusia  'dimodelkan',
sebagaimana ditunjukkan dalam ayat berikut  ini.  Kita  juga
bisa  menemukan  gagasan  tentang 'pencetakan' manusia, yang
merupakan subyek sub-bagian berikut (perujukan nomor 9):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dan sesungguhnya Kami telah membentuk manusia dari lempung,
dari lumpur yang dicetak." (QS 15:26)
 
Gagasan yang sama diulangi (perujukan nomor 10):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dan  sesungguhnya  Kami  telah membentuk manusia dari suatu
saripati lempung." (QS 23 :12)
 
Saya menggunakan kata 'saripati' untuk menerjemahkan istilah
bahasa  Arab  sulalat  yang  berarti 'sesuatu yang disarikan
dari sesuatu yang lain' sebagaimana akan kita  lihat  nanti.
Kata  tersebut  muncul  di  bagian  lain  Al-Quran,  yang di
dalamnya dinyatakan bahwa Asal Manusia  adalah  sesuatu
yang  disarikan  dari cairan mani; (pada masa kini diketahui
bahwa  komponen  aktif  cairan  mani  adalah  organisme  sel
tunggal yang disebut 'spermatozoon' ).
 
Saya  membayangkan  bahwa  'saripati  lempung' pasti merujuk
pada berbagai komponen kimiawi yang  menyusun  lempung  yang
disarikan  dari  air yang dalam hal bobotnya merupakan unsur
utama.
 
Air  yang  di  dalam  Al-Quran  dianggap  sebagai  asal-usul
seluruh  kehidupan,  disebutkan  sebagai unsur penting dalam
ayat berikut (perujukan nomor 11):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dan Dia (pula) yang membentuk manusia  dan  air,  maka  Dia
jadikan    pertalian    keturunan   (oleh   laki-laki)   dan
kekeluargaan oleh wanita." (QS 25:54)
 
Sebagaimana di tempat lain dalam  Al-Quran,  'manusia'  yang
dirujuk di sini adalah Adam.
 
Beberapa ayat menyinggung penciptaan wanita (perujukan nomor
12):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Tuhanmu sajalah) yang telah membentuk kamu  dari  setunggal
diri dan darinya menciptakan istrinya." (QS 4:1)
 
Ayat ini diulangi pada surah 7 ayat 189 dan surah 39 ayat 6.
Topik yang sama dirujuk dalam peristilahan yang kurang lebih
sama dalam surah 30 ayat 21 dan surah 42 ayat 11.
 
Tak   akan  timbul  keraguan  bahwa  di  dalam  kedua  belas
perujukan di atas banyak ruang diberikan  kepada  perenungan
simbolis  tentang  Asal Manusia, termasuk suatu isyarat
yang jelas tentang apa yang  akan  terjadi  atasnya  setelah
kematiannya,  dan  mengandung  penunjukan-penunjukan  kepada
fakta bahwa manusia akan kembali ke  bumi  demi  dimunculkan
kembali  pada  Hari  Pengadilan.  Meskipun demikian, di sana
juga tampak adanya perujukan kepada komposisi kimiawi  tubuh
manusia.
 
-------------
Catatan kaki:
 
5 Kami menunjukkan Tuhan.
6 Yang dimaksud komponen, atau 'unsur' (istilah-istilah yang
digunakan  untuk  lebih  mempermudah  membaca  teks),  ialah
materi yang dapat  diekstraksi  dari  bumi  dan  yang  tidak
merusak  bentuk, yakni berbagai komponen atom yang membentuk
molekul; seluruh unsur yang membentuk bagian  tubuh  manusia
ada  dalam  jumlah  yang  lebih sedikit atau lebih banyak di
bumi.
Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad
------------------------------------------------------------
                                                       (3/5)
 
Bertentangan   dengan   di  atas,  komentar  yang  diberikan
terhadap beberapa ayat Al-Quran, yang  akan  saya  kutip  di
bawah   ini,   terutama   mengandung   pengertian-pengertian
material.  Kita  di  sini   berada   di   dalam   lingkungan
transformasi-transformasi   morfologis  tulen  yang  terjadi
dalam cara yang selaras dan  seimbang  berkat  adanya  suatu
organisasi  yang amat terencana, mengingat fenomena-fenomena
tersebut terjadi dalam tahap-tahap yang  berturutan.  Dengan
demikian,  kehendak  Tuhan yang terus-menerus memimpin nasib
masyarakat manusia, ditampakkan dalam  keseluruhan  kekuatan
dan keagungan-Nya melalui peristiwa-peristiwa ini.
 
Al-Quran,    pertama    kali,    berbicara   tentang   suatu
'penciptaan', tetapi ia meneruskan dengan menguraikan  suatu
tahap kedua, yang di dalamnya Tuhan memberikan bentuk kepada
manusia. Tak syak lagi, penciptaan dan organisasi morfologis
manusia dilihat sebagai peristiwa-peristiwa yang berturutan.
 
Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 13):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Sesungguhnya  Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami
memberimu  bentuk,  kemudian  Kami   katakan   kepada   para
Malaikat: 'Bersujudlah kamu kepada Adam'." (QS 7:11)
 
Karenanya,  adalah  mungkin  untuk membedakan tiga peristiwa
berturutan yang dua di antaranya penting  bagi  studi  kita:
Tuhan  menciptakan  manusia  dan  kemudian  memberinya suatu
bentuk (Shawwara dalam bahasa Arab).
 
Di bagian-bagian lain dinyatakan bahwa bentuk  manusia  akan
bersifat selaras (perujukan nomor 14):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Ketika  Tuhan  mereka  berfirman  kepada para malaikat: Aku
hendak membentuk seorang manusia dari lempung,  dari  lumpur
yang  diacu;  bila Aku telah membentuknya secara selaras dan
meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kepadanya."  (QS
16 :28-29)
 
Ungkapan  'membentuk dengan selaras' (sawwai) diulangi dalam
surah 38 ayat 72.
 
Ayat  lain  menguraikan  bagaimana  bentuk  selaras  manusia
didapat   melalui   adanya   keseimbangan  dan  kompleksitas
struktur. Kata  kerja  rakkaba  dalam  bahasa  Arab  berarti
'membuat  sesuatu  dari  komponen-komponen' (perujukan nomor
16):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"(Tuhanlah) yang telah  menciptakan  kamu  lalu  membentukmu
secara  selaras  dan dalam proporsi yang tepat, dalam bentuk
apa  saja   yang   Dia   kehendaki,   Dia   membuatmu   dari
komponen-komponen." (QS 82 :73)
 
Manusia   diciptakan   dalam   bentuk  apa  pun  yang  Tuhan
kehendaki. Ini adalah suatu hal yang amat penting.
 
Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 16):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Sesungguhnya Kami telah membentuk manusia  menurut  rencana
organisasional yang sebaik-baiknya." (QS 95 :4)
 
Kata  bahasa  Arab taqwim berarti 'mengorganisasikan sesuatu
dengan cara terencana' yang, oleh karena itu, berarti  suatu
susunan  kemajuan  yang  telah  lebih  dahulu  didefinisikan
secara cermat.  Kebetulan  sekali  para  spesialis  evolusi,
ketika  menguraikan  transformasi-transformasi  yang terjadi
sepanjang waktu, menggunakan ungkapan itu pula:  perencanaan
organisasional   itu   sudah   benar-benar   terbukti   dari
studi-studi saintifik mengenai masalah ini.
 
Konteks surah 95, yang darinya ayat di atas diambil,  adalah
penciptaan   manusia   secara  umum  dengan  merujuk  kepada
kenyataan bahwa begitu  manusia  telah  diberi  bentuk  yang
sedemikian terorganisasikan oleh kehendak Tuhan, ia terbenam
ke dalam kondisi yang amat buruk (yang berarti  jompo  dalam
usia  tua). Surah tersebut sama sekali tidak menyebut-nyebut
perkembangan   embrionik   melainkan    hanya    menguraikan
penciptaan  makhluk  manusia  secara  umum.  Dalam  kerangka
struktur, perencanaan organisasional tersebut jelas  merujuk
kepada spesies manusia sebagai suatu keseluruhan.
 
Penafsiran   yang   telah   saya   berikan   atas  ayat  ini
mencerminkan  pentingnya  konteks   sebagai   sarana   untuk
menyampaikan  apa  yang  dirujuk  oleh  suatu  kata tertentu
(perujukan nomor 17):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dia  sesungguhnya  telah  membentukmu   dalam   tahap-tahap
(tingkat-tingkat)." (QS 71:14)
 
Kata   bahasa   Arab  yang  diterjemahkan  di  sini  sebagai
'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat',  adalah  athwar  (kata
tunggalnya   thaur).   Inilah  satu-satunya  ayat  di  dalam
Al-Quran yang di dalamnya kata tersebut muncul dalam  bentuk
majemuknya.  Tidak  mungkinlah  untuk mencari-cari di tempat
lain  di  dalam  teks  tersebut  kepastian  mengenai  apakah
'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat' itu -yang jelas merujuk
kepada manusia- berkenaan  dengan  perkembangan  manusia  di
dalam  rahim  (yakni, seperti yang diduga oleh para pengulas
terdahulu dan yang juga merupakan anggapan saya  sendiri  di
dalam  buku saya terdahulu), ataukah kesemuanya itu menunjuk
kepada transformasi-transformasi yang dialami  oleh  spesies
manusia  di  sepanjang  waktu.  Ini adalah satu masalah yang
patut direnungkan.
 
Untuk memperoleh jawabannya, sudah pasti pertama sekali kita
mesti  membahas tema tersebut sebagaimana diuraikan di dalam
Al-Quran. Demikianlah kita  melihat  bahwa  surah  7l,  yang
darinya ayat di atas kita ambil, terutama berhubungan dengan
tanda-tanda  ke-Mahakuasaan  dan  Kekuasaan  Tuhan   sebagai
Pencipta secara umum. Bagian di dalam Al-Quran yang mencakup
ayat 14 (satu bagian yang merujuk pada  khutbah  Nuh  kepada
kaumnya)  secara  esensial  tertanam  di dalam rahmat Tuhan,
kerahiman-Nya di dalam memberi  manusia  karunia-karunia-Nya
dan ke-Mahakuasaan-Nya di dalam menciptakan manusia, langit,
matahari,  bulan,  dan  bumi.   Berkenaan   dengan   masalah
penciptaan,  Al-Quran  menyebut  aspek  spiritual penciptaan
manusia dari tanah (perujukan nomor  1  di  dalam  ayat-ayat
yang dikutip di atas).
 
Sama  sekali  tak  ada penunjukan, di dalam surah 71, kepada
perkembangan bayi yang belum  lahir,  suatu  persoalan  yang
oleh para pengulas terdahulu diduga sebagai ditunjukkan oleh
kata    'tahap-tahap.'   Meskipun   kata   tersebut    tidak
dipergunakan  di  tempat  lain  dalam  teks  tersebut, namun
Al-Quran tak syak lagi menunjuk secara terinci  pada  banyak
surat   lain  berkenaan  dengan  'tahap-tahap'  perkembangan
embrionik ini (lihat bab  selanjutnya).  Meskipun  demikian,
tak  ada  perujukan  di  dalam surah ini. Meskipun demikian,
kita tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa bagian  dari
Al-Quran   yang   kita  perbincangkan  di  sini  boleh  jadi
benar-benar menambahkan perkembangan ber-'tahap'  embrio  di
dalam rahim kepada topik-topik lain yang disebutkan di atas:
tak ada satu isyarat pun yang menunjukkan bahwa hal tersebut
boleh diabaikan.
 
Kenyataannya, perkembangan individu dan spesies-spesies yang
memilikinya, berkesesuaian dengan faktor-faktor penentu  itu
juga   sepanjang  waktu;  faktor-faktor  tersebut  merupakan
gen-gen yang memainkan peran yang amat menentukan  di  dalam
pengelompokan   warisan   keayahan  atau  keibuan  di  dalam
tingkatan mula reproduksi. Apakah kita memilih menghubungkan
fase-fase    ini   dengan   perkembangan   individual   atau
spesies-spesies   itu,   konsep   yang   diungkapkan   tetap
sepenuhnya  selaras  dengan  data  saintifik modern mengenai
masalah ini.
 
Kemudian ayat-ayat yang mendahului perujukan nomor 17 secara
memadai   menyatakan   dengan  jelas  bahwa  bentuk  manusia
mengalami  transformasi-transformasi   sedemikian   sehingga
sekalipun  jika  kita menghilangkan perujukan nomor 17 makna
umumnya tidak akan terpengaruh.
 
Dua  ayat  berikut  ini  menunjuk  pada  penggantian   suatu
masyarakat   manusia   oleh   masyarakat   manusia   lainnya
(perujukan nomor 18)
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Kami telah menciptakan mereka dan  menguatkan  mereka,  dan
apabila   Kami   kehendaki,   maka   Kami  mengganti  mereka
sepenuhnya dengan orang-orang yang  serupa  dengan  mereka."
(QS 76:28)
 
Amatlah  mungkin  bahwa 'penguatan' yang disebutkan di dalam
ayat  di  atas  menunjuk  kepada  susunan   fisik   manusia.
(perujukan nomor 19):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Jika  (Dia)  menghendaki,  niscaya  Dia  musnahkan kamu dan
menggantimu  dengan  yang   dikehendaki-Nya   setelah   kamu
(musnah),   sebagaimana   Dia  telah  menjadikan  kamu  dari
keturunan orang-orang lain." (QS 6:133)
 
Kedua     ayat     di     atas     menekankan      kesirnaan
masyarakat-masyarakat  manusia  tertentu  dan penggantiannya
oleh masyarakat-masyarakat lainnya, sesuai  dengan  kehendak
Tuhan, sepanjang waktu tertentu.
 
Para pengulas terdahulu, terlebih-lebih, memandang ayat-ayat
ini  sebagai  hukuman  yang  ditimpakan  oleh   Tuhan   atas
masyarakat-masyarakat  yang  penuh  dosa. Secara umum, aspek
religiuslah yang terutama ditekankan. Meskipun demikian,  di
sana  pun  ada  fakta material dan hal ini jelas diungkapkan
dalam bentuk sirnanya berbagai  masyarakat  (yang  ukurannya
tidak  disebutkan) dan penggantian pada kurun waktu tertentu
dari    suatu    masyarakat-masyarakat     tertentu     oleh
keturunan-keturunan bangsa-bangsa launnya.
 
Oleh karena itu, kesimpulannya ialah bahwa kelompok-kelompok
manusia yang telah maujud sepanjang waktu kiranya  mempunyai
morfologi  yang  beragam,  tetapi  modifikasi-modifikasi ini
telah berlangsung sesuai dengan rencana organisasional  yang
ditetapkan oleh Tuhan; masyarakat musnah dan digantikan oleh
kelompok-kelompok  lainnya:  inilah  yang  dengan   berbagai
ungkapan harus disampaikan oleh Al-Quran kepada kita. Adalah
sia-sia  untuk  mencari  kesenjangan-kesenjangan  di  antara
Al-Quran  dan  data  palentologi  atau dengan informasi yang
memungkinkan kita untuk membayangkan  adanya  suatu  evolusi
kreatif, karena tidak ada hal demikian.
21. REPRODUKSI MANUSIA: AKIBAT-AKIBATNYA ATAS TRANSFORMASI-
    TRANSFORMASI SPESIES                               (4/5)
------------------------------------------------------------
 
Setelah mencapai bab penelitian kita  ini  berkenaan  dengan
jawaban-jawaban   yang   diberikan   oleh   Al-Quran  kepada
pertanyaan 'dari manakah asal-usul  manusia?'  kiranya  kita
barangkali  cenderung  untuk  berpikir  bahwa tema ini telah
sepenuhnya tergarap. Halnya memang tampak  demikian  setelah
kita   pelajari   ayat-ayat   yang  dikutip  dalam  dua  bab
sebelumnya. Tetapi kita mesti  ingat  bahwa  mengenai  salah
satu  ayat ini kita melihat betapa bermanfaatnya untuk terus
melanjutkan analisis kita dengan  bertumpu  pada  data  yang
terdapat  di  dalam  Al-Quran  berkenaan  dengan  reproduksi
manusia.
 
Sesungguhnya pernyataan-pernyataan Al-Quran yang berhubungan
dengan     tema     ini    mengandung    jawaban    terhadap
pertanyaan-pertanyaan   mengenai   transformasi-transformasi
yang  terjadi  dalam  morfologi  manusia selama berabad-abad
yang memang diatur oleh kode genetik yang  terbentuk  karena
bersatunya  kromosom-kromosom  yang  diterima  dari  sel-sel
reproduksi keayahan dan keibuan.  Dengan  demikian,  warisan
genetik   yang  disatukan  menentukan  pertama embrio[7] dan
kemudian   foitus,[8]    suatu     kemungkinan     munculnya
perubahan-perubahan   morfologis   sebagaimana  dibandingkan
dengan    yang    dimiliki    oleh    ayah     atau     ibu.
Modifikasi-modifikasi   ini   menjadi  bersifat  pasti  atau
definitif setelah anak dilahirkan dan selama  pertumbuhannya
di  masa  kanak-kanaknya. Paling tidak modifikasi-modifikasi
ini memberi kepada sang  anak  kepribadian  struktural  yang
bersifat khas. Lepas dari kembar identik yang terbentuk dari
satu ovule tak satu manusia pun benar-benar sama  satu  sama
lain.   Sedangkan  paling  jauh  hal  ini  adalah  persoalan
perbedaan-perbedaan susunan yang  mempengaruhi  spesies  itu
sendiri.  Karena  itu,  keseluruh-terpaduan  perubahan  yang
terjadi dari generasi ke generasi, yang akhirnya  menentukan
transformasi-transformasi morfologis yang telah dicatat oleh
para ahli paleontologi pada berbagai kelompok manusia  sejak
zaman dulu.
 
Konsekuensinya,  kita  harus  meninjau  kembali  pokok-pokok
utama mengenai reproduksi yang terdapat di  dalam  Al-Quran.
Oleh karena itu, secara ringkas saya akan meringkaskan studi
terinci atas masalah ini yang muncul dalam  Bibel,  Al-Quran
dan Sains Modern.
 
Bagi  kita,  menangkap  makna  (khususnya  berkenaan  dengan
perbandingan antara  pernyataan-pernyataan  yang  terkandung
didalam  Kitab-kitab  Suci  dan  data saintifik), kita mesti
ingat bahwa teks tersebut  diturunkan  kepada  manusia  pada
abad  ketujuh AD (Anno Domini)*. Karya manusia apa pun pada
masa itu mengemukakan pernyataan-pernyataan yang tak  tepat.
Ilmu  belum  berkembang,  maka mau tak mau pemaparan apa pun
mengenai reproduksi  manusia  penuh  dengan  gagasan-gagasan
yang  berasal  dari  mitos dan tahyul. Harus bagaimana lagi,
sebab untuk memahami mekanisme kompleks  dalam  proses  ini,
manusia  harus mengetahui anatomi dan menggunakan mikroskop,
dan ilmu-ilmu dasar mesti dimaujudkan sehingga hal ini  akan
melicinkan   jalan   bagi  fisiologi,  embriologi  dan  ilmu
kebidanan.
 
                          Pengingat Gagasan-Gagasan Tertentu
                                 Mengenai Reproduksi Manusia
------------------------------------------------------------
 
Yang  saya  niatkan  di sini bukanlah mengajukan teori-teori
tetapi  menyajikan  gagasan-gagasan  yang  didasarkan   pada
fakta-fakta.   Teori-teori   pada  hakikatnya  terbuka  bagi
perubahan. Jika didekati dari suatu  sudut  teoritis,  sains
yang  berada  dalam  keadaan  yang  sahih sekarang bisa saja
disalahkan besok. Oleh karena itu, suatu dasar yang  memadai
untuk  perbandingan  adalah  dasar  yang  bertumpu pada daya
saintifik dan  tidak  terbuka  bagi  perubahan,  yang  telah
benar-benar  dikukuhkan dan diuji melalui eksperimentasi dan
malah mungkin telah secara efektif dipraktekkan.
 
Sudah merupakan fakta yang diakui bahwa  reproduksi  manusia
berlangsung dalam suatu rangkaian proses yang dimulai dengan
pembuahan di dalam tabung Falopia,*  suatu  sel  telur  yang
telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan
melalui siklus menstrual. Yang melakukan pembuahan  tersebut
adalah  suatu sel yang berasal dari pria, yaitu spermatozoa,
yang berpuluh-puluh juta spermatozoa terkandung  dalam  satu
sentimeter  kubik sperma. Meskipun demikian, yang dibutuhkan
untuk menjamin terjadinya pembuahan adalah satu  spermatozoa
saja,  atau  dengan  kata lain, sejumlah sangat kecil cairan
sperma. Cairan benih dan spermatozoa  diproduksi  oleh  buah
pelir  dan  untuk  waktu  tertentu  disimpan  di dalam suatu
sistem saluran dan tandon. Ketika  terjadi  kontak  seksual,
spermatozoa  itu  berpindah  dari  tempat  penyimpanannya ke
saluran  kencing,  dan  di  tengah  jalan,  cairan  tersebut
diperkaya  dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut yang,
meskipun demikian,  tidak  mengandung  unsur-unsur  pembuah.
Keluaran-keluaran   getah   ini,   meskipun  demikian,  akan
memberikan suatu  pengaruh  besar  atas  pembuahan  tersebut
dengan  membantu  sperma  untuk  sampai  ke tempat sel telur
wanita dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu merupakan
suatu  campuran:  ia  mengandung  cairan  benih dan berbagai
keluaran getah tambahan.
 
Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim  melalui  tabung
Falopia;  bahkan  pada  saat ia turun itulah, ia telah mulai
terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan  menyusup  ke
dalam ketebalan atau kekentalan lendir dan otot-otot, begitu
tembuni terbentuk.
 
Segera  setelah  embrio  tampak  oleh  mata  telanjang,   ia
terlihat  sebagai  suatu  kelemit daging yang tidak memiliki
bagian-bagian yang bisa dibedakan.  Di  sana  ia  berkembang
secara  bertahap hingga mencapai satu bentuk manusia, selama
tahap-tahap ini bagian-bagian tertentu seperti  kepala  agak
lebih   besar   volumenya   dibanding   bagian-bagian  tubuh
selebihnya. Hal-hal ini akhirnya menyusut,  sedang  struktur
penopang  hidup  dasar  membentuk  kerangka yang dikelilingi
otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut  (bagian
dalam tubuh) dan sebagainya.
 
                        Pernyataan-Pernyataan dalam Al-Quran
------------------------------------------------------------
 
Ringkasan  singkat  di  atas menggambarkan tahap-tahap dasar
perkembangan yang pada  halaman-halaman  berikut  akan  kita
perbandingkan  dengan  pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran.
Untuk lebih  mempermudah  pemahaman  atas  butir-butir  yang
diajukan  di  dalam  Al-Quran, kiranya bisa didaftar sebagai
berikut:
 
1. sejumlah kecil cairan yang dibutuhkan untuk pembuahan;
2. campuran  cairan  pembuahan;
3. penanaman telur yang telah dibuahi;
4. evolusi embrio
 
 
             Sejumlah Cairan Yang Dibutuhkan Untuk Pembuahan
------------------------------------------------------------
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"(Tuhan) telah membentuk manusia dari sejumlah kecil  mani."
(QS 16:4)
 
Ungkapan  ini  terdapat  sebelas  kali  dalam Al-Quran. Kata
bahasa Arab yang  diterjemahkan  di  sini  sebagai  sejumlah
kecil  (sperma)  adalah nuthfah. Barangkali hal ini bukanlah
penerjemahan yang paling ideal,  tetapi  tampaknya  tak  ada
satu  kata  dalam  bahasa  Inggris  pun yang bisa sepenuhnya
menangkap makna penuhnya. Kata tersebut  berasal  dari  kata
kerja   bahasa   Arab  yang  berarti  'jatuh  bertitik  atau
menetes.' Arti utamanya merujuk  kepada  jejak  cairan  yang
tertinggal di dasar sesuatu ember setelah ember dikosongkan.
Dengan kata lain sejumlah sangat kecil cairan yang merupakan
arti  kedua  kata  tersebut  yaitu setetes air. Dalam contoh
khusus ini ia berarti sejumlah  kecil  sperma,  karena  kata
tersebut  dikaitkan  dengan  kata  'sperma'  (mani  di dalam
bahasa Arab) dalam ayat berikut:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Bukankah  (manusia)  dahulu  merupakan  setetes  mani  yang
ditumpahkan." (QS 75:37)
 
Penting  untuk  disadari  bahwa  Al-Quran  menyatakan secara
jelas bahwa kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung
pada   volume  cairan  yang  di-'semburkan.'  Gagasan  bahwa
sejumlah sangat kecil  cairan  sebagai  sepenuhnya  bersifat
efektif tidak segera tampak nyata. Orang-orang yang tak tahu
fakta sebenarnya berkenaan  dengan  gejala  ini  pasti  akan
cenderung berpikir sebaliknya. Namun lebih dari seribu tahun
sebelum kemaujudan spermatozoa ditemukan  di  awal  abad  17
Al-Quran  mengungkapkan  gagasan-gagasan yang terbukti benar
berdasarkan penemuan identitas  unsur  pembuah  yang  diukur
dalam  satuan-satuan perseribu milimeter. Adalah benar-benar
spermatozoalah yang terdapat  di  dalam  cairan  benih  yang
mengandung  pita  DNA.  Hal  ini  pada  gilirannya membentuk
kendaraan bagi gen-gen dari sang ayah  yang  bersatu  dengan
gen-gen  dari ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon
manusia.
 
Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi  pria  -yang
bergabung  dengan  gen-gen  sel reproduksi wanita- membentuk
faktor-faktor yang akan menentukan berbagai  kekhasan  calon
manusia  itu.  Sebagaimana telah kita lihat sebelumnya dalam
buku  ini,  begitu  penyusutan  kromatik  berlangsung,  maka
spermatozoa    itu    membawa    gen-gen   yang   mengandung
faktor-faktor yang menentukan apakah calon manusia itu  akan
berjenis  kelamin  laki-laki  (hemicromosom  Y)  atau wanita
(hemicromosom X). Jika, di antara  tak  terhitung  banyaknya
spermatozoa yang berkumpul di sekitar tepi sel telur sebagai
sel-sel  pembuah  yang  mungkin,   satu   spermatozoa   yang
benar-benar  berhasil membuahinya mengandung hemicromosom Y,
maka calon anak tersebut akan menjadi anak  laki-laki.  Jika
spermatozoa  yang menembus sel telur mengandung hemicromosom
X, maka anak tersebut akan menjadi seorang  anak  perempuan.
Oleh  karena  itu,  jenis kelamin seseorang, secara genetik,
ditentukan pada saat terjadi pembuahan oleh  unsur  pembuah,
dalam     sejumlah     sangat    kecil,    dan    setelahnya
kekhasan-kekhasan seksual  anak  tersebut  terus  terbentuk.
Al-Quran mengandung pernyataan di bawah ini mengenai masalah
di atas (ketika merujuk kepada manusia):
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Dari sejumlah kecil  cairan,  (Tuhan)  membentuknya  (dalam
proporsi yang tepat) lalu menentukannya." (QS 80:19)
 
(Saya  telah  menerjemahkan  kata khalaqa sesuai dengan arti
aslinya  -yang  disebutkan  dalam  bab   sebelumnya-   yaitu
'membentuk dengan proporsi yang sesuai' atau 'membentuk' dan
bukannya dengan kata kerja 'menciptakan.'
 
Kita tentu mesti mengakui bahwa dalam hal ini ada kesesuaian
yang   mencengangkan   antara   pernyataan-pernyataan  dalam
Al-Quran berkenaan dengan suatu  ketentuan  yang  ditetapkan
pada  tahap  ini  dan  pengetahuan  kita tentang fakta bahwa
warisan genetik yang diterima dari ayahlah  yang  menentukan
jenis kelamin seseorang suatu hal yang ditekankan di atas.
 
-------------    
Catatan kaki:
 
7 Sebelum bulan kedua masa kehamilan.
8 Setelah bulan kedua masa kehamilan.
* Anno Domini: penanggalan yang dibuat dengan bertolak  dari
kelahiran Yesus penyunting.
*  Tabung  Falopia: pembuluh lembut yang menghubungkan rahim
dengan daerah indung telur dalam  sistem  reproduksi  wanita
(manusia)  dan  betina  (hewan-hewan bertulang belakang yang
lebih tinggi) - penyunting.
9 Jika memang demikian,  tentu  hukum-hukum  ketata-bahasaan
satu segi  dari  teks  Al-Quran  yang tak pernah salah  akan
menentukan bahwa kata itu muncul  dalam  bentuk  ganda,  dan
bukan dalam bentuk jamak sebagaimana muncul di sini.
*  Prostat: sebuah kelenjar pada hewan menyusui yang terdiri
atas jaringan otot dan kelenjar  yang  mengelilingi  saluran
kencing (sperma) pada kandung kemih -penyunting.
Kompleksitas Cairan Pembuah
------------------------------------------------------------
                                                       (5/5)
 
Ini  merupakan  suatu  konsep  yang  sangat tepat dan dengan
gamblang diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Quran berikut ini.
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Sungguh Kami telah membentuk manusia  dari  sejumlah  kecil
cairan yang bercampur." (QS 76 :2)
 
Istilah 'cairan-cairan yang bercampur' berkaitan dengan kata
Arab amsyaj. Para pengulas terdahulu  mengartikan  kata  ini
sebagai   suatu  cairan  laki-laki dan  wanita[9] sedemikian
sehingga seakan-akan wanita juga menghasilkan  cairan-cairan
yang  berperan  dalam reproduksi. Penafsiran seperti ini tak
bisa dipertahankan lagi. Hal ini tak  lain  adalah  cerminan
dari   gagasan-gagasan   yang  populer  pada  saat  Al-Quran
diwahyukan kepada manusia, suatu periode  yang  di  dalamnya
secara  amat  alami orang tak tahu apa-apa tentang fisiologi
atau embriologi wanita.  Hal  ini  menjelaskan  kenapa  para
pengulas terdahulu percaya pada kemaujudan suatu cairan yang
bersumber dari wanita yang berperan dalam proses  pembuahan.
Celakanya,  pendapat-pendapat  seperti ini, yang diungkapkan
oleh para pengulas yang tak syak lagi sangat  terkemuka  dan
memenuhi  syarat  untuk  berbicara  tentang  masalah-masalah
keagamaan,  terus  mempengaruhi  penafsiran-penafsiran  yang
diberikan oleh para ahli masa kini berkenaan dengan berbagai
macam masalah, yaitu gejala-gejala alam.  Oleh  karena  itu,
kita  mesti  menegaskan  fakta  bahwa sel telur wanita tidak
terkandung di dalam suatu cairan seperti sperma,  dan  bahwa
berbagai  keluaran  getah  yang benar-benar terjadi di dalam
vagina dan  lendir  rahim  sepenuhnya  tak  ada  hubungannya
dengan  pembentukan suatu manusia baru sejauh menyangkut zat
aktual mereka.
 
'Cairan-cairan yang bercampur' yang  dirujuk  oleh  Al-Quran
hanya  khas  bagi  cairan sperma yang kompleksitasnya dengan
demikian terpaparkan.
 
Seperti   kita   ketahui,   cairan    ini    terdiri    atas
keluaran-keluaran  getah dari kelenjar-kelenjar berikut ini:
buah   pelir-buah   pelir   benih   (mani),   prostat*   dan
kelenjar-kelenjar yang melekat pada saluran kencing.
 
Al-Quran  masih  menyebut  hal-hal lain. Ia juga menjelaskan
kepada kita bahwa unsur pembuah  pria  berasal  dari  cairan
sperma.
 
"(Tuhan)  menjadikan  keturunannya dari saripati cairan yang
hina." (QS 32:8)
 
Kata sifat 'yang hina' (mahin di dalam  bahasa  Arab)  mesti
diterapkan   tidak   saja  pada  sifat  cairan  itu  sendiri
melainkan juga pada  fakta  bahwa  ia  disemprotkan  melalui
saluran kencing.
 
Mengenai  kata  'saripati',  kita sekali lagi bertemu dengan
kata Arab sulalat, yang kepadanya kita  tadi  merujuk  dalam
memperbincangkan  pembentukan  manusia,  selama  Penciptaan,
dari 'sari pati' lempung. Hal  itu  menunjuk  pada  'sesuatu
yang diambil dari sesuatu yang lain', sebagaimana kita lihat
di atas, dan juga kepada  bagian  terbaik  dari  sesuatu  '.
Konsep  yang  diungkapkan  di sini tidak bisa tidak, membuat
kita berpikir tentang spermatozoa.
 
           Penanaman Telur Dalam Organ-Organ Kemaluan Wanita
------------------------------------------------------------
 
Penanaman sel telur  yang  telah  terbuahi  di  dalam  rahim
disebutkan  dalam  banyak  ayat  Al-Quran.  Kata  Arab  yang
digunakan dalam konteks ini adalah 'alaq, yang arti tepatnya
adalah  'sesuatu  yang  bergantung'  sebagaimana  dalam ayat
berikut ini.
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Bukankah (manusia) dahulu adalah sejumlah kecil sperma yang
ditumpahkan?  Kemudian  ia  menjadi sesuatu yang bergantung;
lalu  Allah  membentuknya  dalam  ukuran  yang   tepat   dan
selaras." (QS 75:37-38)
 
Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel telur yang dibuahi
tertanam dalam  lendir  rahim  kira-kira  pada  hari  keenam
setelah  pembuahan  mengikutinya dan secara anatomis sungguh
telur tersebut merupakan sesuatu yang bergantung.
 
Gagasan tentang  'kebergantungan'  mengungkapkan  arti  asli
kata  dalam  bahasa Arab 'alaq. Salah satu turunan dari kata
tersebut adalah  'segumpal  darah,'  suatu  penafsiran  yang
masih  kita  temukan  sekarang  dalam  terjemahan-terjemahan
Al-Quran. Hal ini sepenuhnya merupakan terjemahan yang tidak
tepat  dari  pengulas-pengulas  zaman  dahulu yang melakukan
penafsiran  menurut  arti  turunan  kata  tersebut.   Karena
kurangnya pengetahuan pada waktu itu, maka mereka tak pernah
menyadari bahwa arti asli  kata  tersebut  sudah  sepenuhnya
memadai. Di samping itu, dalam hal ayat-ayat yang mengandung
pengetahuan modern, ada satu kaidah umum yang  terbukti  tak
pernah  salah,  yaitu bahwa makna paling tua dari suatu kata
selalu  merupakan  arti  yang   dengan   jelas   menunjukkan
kesetaraannya   dengan   penemuan-penemuan   ilmiah,  sedang
arti-arti  turunannya  secara  berubah-ubah  membawa  kepada
pernyataan-pernyataan  yang  tidak  tepat  atau  malah  sama
sekali tak punya arti.
 
                               Evolusi Embrio di Dalam Rahim
------------------------------------------------------------
 
Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang dicirikan  di
dalam   Al-Quran   oleh   kata   sederhana   'sesuatu   yang
bergantung,' embrio, menurut Al-Quran, melewati  satu  tahap
yang  di  dalamnya  ia  secara harfiah tampak seperti daging
(daging yang digulung-gulung). Sebagaimana kita  ketahui  ia
terus  tampak  demikian  sampai  kira-kira  hari kedua puluh
ketika ia mulai secara bertahap  mengambil  bentuk  manusia.
Jaringan-jaringan  tulang  dan  tulang belulang mulai tampak
dalam  embrio  itu  yang  secara  berturutan  diliputi  oleh
otot-otot.  Gagasan  ini  diungkapkan dalam Al-Quran sebagai
berikut:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"Kami  bentuk  hal  yang  menjadi   segumpal   daging   yang
digulung-gulung, dan segumpal daging itu Kami bentuk menjadi
tulang-belulang,  lalu  tulang-belulang  itu  Kami   bungkus
dengan daging yang utuh." (QS 23 14)
 
Dua  tipe  daging  yang  diberi  dua  nama  berbeda di dalam
Al-Quran,  yang  pertama  'daging  yang   digulung-digulung'
disebut  sebagai  mudhraj,  sedang  yang  kedua 'daging yang
masih  utuh'  ditunjukkan  oleh  kata   lahm   yang   memang
menguraikan secara amat tepat bagaimana rupa otot itu.
 
Al-Quran   juga   menyebutkan  munculnya  indera-indera  dan
bagian-bagian dalam tubuh.
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"(Tuhan) menganugerahkan bagimu pendengaran, penglihatan dan
bagian-bagian dalam tubuh." (QS 32:9)
 
Penunjukan  dalam  Al-Quran kepada organ-organ seksual mesti
juga  kita  perhatikan,  karena  perujukan  olehnya  sungguh
sangat tepat sebagaimana ditunjukkan oleh ayat ini.
 
                                              [Tulisan Arab]
 
"(Tuhan)    membentuk   berpasang-pasangan   laki-laki   dan
perempuan dari sejumlah kecil (sperma) ketika sejumlah kecil
(sperma) itu dipancarkan." (QS 53 :45-46)
 
Sebagaimana  telah  kita  lihat di atas, Al-Quran menekankan
fakta bahwa hanya sejumlah amat  kecil  cairan  sperma  yang
dibutuhkan   untuk  pembuahan.  Unsur  pembuah  pria,  yaitu
spermatozoa, mengandung hemicromosom  yang  akan  menentukan
jenis  kelamin  calon manusia itu. Saat-saat yang menentukan
terjadi ketika spermatozoa menembus sel telur  dan  kemudian
jenis kelamin tersebut tidak berubah. Ayat-ayat yang dikutip
di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin  manusia  ditentukan
oleh  sejumlah  kecil  cairan  pembuah.  Cairan  inilah yang
membawa  spermatozoa  yang  mengandung   hemicromosom   yang
menentukan  bentuk  seksual  manusia baru. Dalam konteks ini
teks Al-Quran  dan  data  embriologi  modern  secara  sangat
mencengangkan ternyata sama.
 
Semua  pernyataan  ini  sesuai  dengan fakta-fakta kuat masa
kini. Tetapi bagaimana  orang-orang  yang  hidup  pada  masa
Muhammad  dapat mengetahui berbagai rinci embriologi? Karena
data ini belum ditemukan sampai seribu tahun  setelah  wahyu
Al-Quran diturunkan. Sejarah sains membuat kita menyimpulkan
bahwa tak ada satu penjelasan  manusia  mengenai  kemaujudan
ayat-ayat ini di dalam Al-Quran.
 
     Transformasi-Transformasi Bentuk Manusia Sepanjang Abad 
                                  dan Perkembangan Embrionik
------------------------------------------------------------
 
Bagi orang-orang yang  tidak  akrab  dengan  embriologi  dan
genetika,   tidak  segera  tampak  bahwa  setiap  dan  semua
modifikasi  yang  berlangsung  di  dalam  individu   manusia
berasal  dari  perubahan-perubahan yang terjadi pada gen-gen
yang diberikan kepada individu baru  oleh  kromosom-kromosom
yang diturunkan dari ayah dan ibunya. Sebagaimana dinyatakan
sebelumnya, satu pembagian berlangsung dalam setiap  warisan
genetis yang diikuti satu penyatuan unsur-unsur yang berasal
dari paruh masing-masing. Hal ini dengan  cepat  menimbulkan
awal  perubahan-perubahan  morfologis  selama kehamilan, dan
dengan demikian juga modifikasi-modifikasi  fungsional  yang
muncul  kemudian.  Dengan demikian transformasi-transformasi
terus  berlangsung  setelah  lahirnya  sang  bayi,  melewati
pertumbuhan  masa  kecil,  hingga individu tersebut mencapai
kedewasaan dan transformasi-transformasi tersebut sepenuhnya
sempurna.
 
Jika  konsep-konsep  ini  tidak  dipahami dengan benar, maka
kesalahan-kesalahan   bisa    terjadi    berkenaan    dengan
gagasan-gagasan   orang-orang   yang  biasa  berpikir  bahwa
ayat-ayat Al-Quran yang  dikutip  dalam  bab  ini  berkenaan
hanya   dengan   perkembangan   bayi   di  dalam  rahim  dan
mengabaikan perkembangan morfologis berikutNya dari  manusia
itu.  Itulah sebabnya kenapa sangat penting untuk memasukkan
semua ayat yang merujuk pada reproduksi manusia dalam  studi
kita mengenai bagian -bagian teks Al-Quran yang- sejauh yang
dapat saya lihat berhubungan dengan transformasi-transformasi
bentuk manusia selama berabad-abad.
 
Untuk menjernihkan persoalan ini, saya akan memberikan  satu
contoh  berkenaan dengan transformasi patologis yang terdiri
atas suatu kerusakan bawaan yang khususnya umum  terjadi  di
antara   kesalahan-kesalahan   pembentukan   manusia:  yaitu
mongolisme.° Penemuan-penemuan telah menunjukkan  bahwa  hal
itu  disebabkan atau diakibatkan oleh berlipat tiganya suatu
kromosom yang telah diberi nomor 21, yang darinya  kerusakan
tersebut mengambil nama Trisomi 21. Pada masa kini diketahui
bahwa penyebabnya  terletak  pada  gen-gen  yang  terkandung
dalam  kromosom  dan bahwa kerusakan tersebut terjadi dengan
frekuensi maksimum ketika ibu sang bayi berumur  lebih  dari
40 tahun.
 
Penyakit  tersebut  dicirikan  oleh suatu perkembangan fisik
dan intelegensia kanak-kanak  dan  bentuk-bentuk  morfologis
khas  tertentu  yang  barangkali  tidak  tampak  jelas waktu
kelahiran tapi kemudian menjadi sangat nyata. Jadi,  kondisi
tersebut  dikenali, cepat atau lambat, sesuai dengan tingkat
keseriusannya.  Meskipun   demikian,   apa   pun   kasusnya,
karakteristik   dasarnya   diperoleh   selama  minggu-minggu
pertama kehidupan.
 
Modifikasi-modifikasi morfologis yang  bermacam-macam  dalam
diri  manusia  mengikuti  pola  yang  sama.  Proses tersebut
bermula selama kehamilan, dan secara bertahap menjadi  lebih
nyata  hingga  manusia  tersebut mencapai kedewasaan. Dengan
demikian,  selama  generasi-generasi  yang  berturutan  yang
memisahkan   Australopitecus   dari   manusia  modern  (yang
mencapai sepuluh ribu unit), masuk akallah untuk beranggapan
bahwa  tak  sedikit  modifikasi  yang  terjadi  dalam setiap
generasi, yang secara bertahap tertumpuk hingga menghasilkan
transformasi-transformasi     yang     melahirkan    manusia
sebagaimana kita kenali pada masa  kini.  Oleh  karena  itu,
adalah  mustahil,  berkenaan  dengan  hasil  akhirnya, untuk
memisahkan modifikasi-modifikasi  kecil  yang  selaras  yang
terjadi  atau  berlangsung  dalam  setiap  generasi di dalam
rahim dari transformasi-transformasi menyeluruh yang terjadi
atas  sejumlah  besar  generasi.  Penjelasan  ini diperlukan
untuk  memahami  cara  Al-Quran  mengungkapkan  konsep  ini,
sehubungan  dengan  evolusi  embrio  di dalam rahim, menurut
kehendak Allah, sebagaimana dinyatakan dengan jelas di dalam
Al-Quran.
 
-------------    
Catatan kaki:
 
°  Mongolisme:  kepandiran  bawaan,  yang  dalam  kepandiran
bawaan itu seorang anak dilahirkan dengan  tengkorak  kepala
yang  pendek  dan  rata  (pesek), kedua mata yang sipit, dan
kelainan-kelainan lain -penyunting
                                                   
 
 --------------------------------------------------------------------------------Asal Manusia
Menurut Bibel, Al-Quran, Sains
oleh Dr. Maurice Bucaille
Penerbit Mizan, Cetakan VII, 1994
Wednesday, December 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment